Senin, 19 Desember 2011

Setelah Investment Grade, Lalu?


Setelah Investment Grade, Lalu?
Anggito Abimanyu, DOSEN DI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UGM
Sumber : REPUBLIKA, 19 Desember 2011



Lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings menaikkan peringkat Indonesia ke level investment grade. Meski dianggap agak sedikit terlambat, status ini akan membuat Indonesia setara dengan sejumlah negara-negara berkembang lainnya.

Fitch adalah salah satu dari tiga lembaga pemeringkat utang dunia terkemuka setelah Standard and Poor's dan Moody's. Meskipun tidak memiliki reputasi dan kredibilitas sehebat dua yang lain, pemeringkatan utang oleh Fitch tetap dapat dipercaya. Biasanya setelah penilaian oleh Fitch diikuti dengan S&P dan Moody's.

Lembaga pemeringkat melakukan penilaian suatu negara berdasarkan prestasi di bidang makroekonomi, seperti ketahanan perekonomian dalam menghadapi external shock, rasio utang dan kekuatan fiskal, dan stabilitas kebijakan makro serta sektor keuangan.

Fitch dalam keterangannya menjelaskan telah menaikkan Long-Term Foreign-and Local-Currency Issuer Default Ratings (IDR) Indonesia menjadi BBB- dari BB+ dengan outlook atas kedua peringkat tersebut stabil. Country Ceiling dinaikkan menjadi BBB dan Short-Term Foreign-Currency IDR dinaikkan menjadi to F3.

Peringkat investment grade masih ada 10 peringkat lagi sebelum menuju "prime grade" (triple A) dan saat ini Indonesia sudah menapak ke peringkat terbawah dari zona investasi atau disebut sebagai medium grade. Dalam zona ini, Indonesia dianggap bebas risiko berinvestasi, tetapi masih memiliki risiko pembalikan kondisi.

Makna Investment Grade

"Kenaikan peringkat ini mencerminkan pertumbuhan ekonomi yang kuat dan resilient, rasio utang publik yang rendah dan terus menurun, likuiditas eksternal yang menguat, dan kerangka kebijakan makro yang hati-hati," kata Philip McNicholas, director Group Fitch's Asia-Pacific Sovereign Ratings dalam siaran persnya, Kamis (15/12).

Lembaga pemeringkat ini pun tetap menyoroti sejumlah masalah struktural, seperti pendapatan per kapita dan rasio penerimaan pajak yang rendah, pasar keuangan domestik yang dangkal, serta permasalahan-permasalahan di bidang kualitas infrastruktur dan pemberantasan korupsi yang masih perlu diatasi. Sekalipun demikian, Fitch memandang permasalahan itu tidak menghalangi kenaikan peringkat Indonesia. Apabila masalah-masalah struktural tersebut dapat ditangani, niscaya kenaikan peringkat bisa langsung melaju dua tingkat.

Fitch pun memproyeksikan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) rata-rata lebih dari 6,0 persen per tahun selama periode proyeksi sampai 2013 di tengah kondisi ekonomi global yang kurang kondusif. Proyeksi Fitch ini sekaligus mengingatkan bahwa sasaran pertumbuhan ekonomi 6,7 persen sangat tidak realistis.

Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menyambut baik lembaga pemeringkat Fitch Ratings yang menaikkan peringkat Indonesia dari BB+ menjadi BBB- dengan gambaran stabil. Ini menandakan keberhasilan Indonesia menjaga stabilitas ekonomi makro. "Upgrade membuktikan keberhasilan Indonesia dalam menjaga stabilitas ekonomi makro sekaligus mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang masih tinggi di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global," ujar Darmin dalam rilisnya, Kamis (15/12) malam.

Darmin pun berharap, dengan memasuki level investment grade ini, penguatan fundamental ekonomi dan reformasi struktural terus berlanjut. Sambutan positif juga datang dari pemerintah. "Kita sambut gembira di tengah situasi perekonomian global justru tak begitu optimistis di Eropa banyak yang downgrade dan masih banyak terancam. Tapi, Indonesia mengalami investment grade," kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa berbangga.

Kenaikan peringkat Indonesia oleh Fitch Ratings ini menunjukkan tidak hanya kondisi makroekonomi Indonesia saja yang baik, tapi pengelolaan fiskal juga demikian. "Ini sangat menguntungkan kita dan berakibat terhadap yield (imbal hasil surat utang) akan turun. Biaya-biaya kita akan drop. Ini kita capai di 2011 dan ini hadiah akhir tahun kita," jelas Hatta.

Kenaikan peringkat ini juga bakal menjadi penarik minat investor asing untuk menanamkan uangnya di Indonesia. Dan, pemerintah berharap proyek infrastruktur bakal bergerak deras karena investment grade ini serta penguatan fundamental ekonomi dan reformasi struktural terus berlanjut.

Memanfaatkan Momentum

Reformasi struktural yang diperlukan saat ini adalah pada sektor energi dan infrastuktur. Dua sektor ini berprestasi jauh di bawah harapan pada 2011. Pengelolaan energi yang meliputi investasi, produksi dan konsumsi, serta subsidi sumber daya energi sepanjang 2011 dapat dikatakan buruk. Target-target yang telah ditetapkan jauh melenceng. Investasi hilir dan listrik tidak tercapai, produksi atau lifting di bawah target, dan volume konsumsi BBM serta listrik membengkak.

Peningkatan penggunaan energi terbarukan, seperti gas dan panas bumi untuk kebutuhan dalam negeri, belum terealisasi. Sementara, masalah Newmont dan Freeport mencuat dan menjadi barometer kemunduran iklim investasi asing di Indonesia. Sektor ini menjadi prioritas utama perbaikan struktural.

Sementara itu, infrastruktur, jalan, bandara, dan pelabuhan benar-benar masih menjadi momok bagi republik ini. Karena infrastruktur yang buruk pula, biaya transportasi Indonesia tergolong paling mahal sejagat. Alhasil, itu memengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi di Indonesia. Pembangunan listrik oleh PLN dan kerja sama swasta juga banyak yang mengalami kemunduran.

Mundurnya penyelesaian proyek 10 ribu mw berbahan bakar batu bara mengakibatkan pembengkakan subsidi listrik tahun ini sebesar Rp 20 triliun. Sektor ini sama pentingnya.

Satu lagi yang harus dipikirkan adalah dengan status investment grade, akan membuat banjirnya arus modal masuk (capital inflow). Adalah menjadi tugas pemerintah dan Bank Indonesia agar investor asing menanamkan modalnya di Indonesia dalam jangka panjang. Ini adalah kesempatan kedua yang dimiliki setelah arus dana deras masuk pada 2010 tidak dimanfaatkan untuk pendanaan investasi jangka panjang.

"Investment grade membawa beberapa implikasi, pertama, persepsi pasar yang walau bukan sesuatu yang tahan lama, pengaruhnya membawa persepsi baik kepada perekonomian. Implikasi kedua, itu kalau negara sudah investment grade, pemilik dana jangka panjang menjadi lebih terbuka untuk ke sini (menanamkan modal)," ungkap Gubernur BI Darmin Nasution, Jumat (15/12).

Di negara-negara maju, seperti Jepang dan Amerika Serikat (AS), pemilik dana jangka panjang yang mengelola banyak uang, seperti dana pensiun, merasa sulit untuk menempatkan dananya di negara-negara yang belum masuk peringkat investment grade. Dengan kita investment grade, terbuka kemungkinan mengelola dana jangka panjang untuk menempatkan dana. Sifat capital inflow berubah, dari yang tadinya banyak jangka pendek dan spekulatif menjadi jangka panjang.

Jika dana yang ditempatkan di pasar modal lebih bersifat jangka panjang, gejolak pasar finansial terhadap situasi krisis di pasar global pun relatif akan lebih tenang. Investment grade akan berpengaruh terhadap perusahaan-perusahaan di Indonesia.

Investment grade dari suatu negara berpengaruh pada grade berbagai perusahaan. Perusahaan terbaik kita ikut terangkat. Ketika menerbitkan obligasi, misalnya, mereka dapat lebih murah (membayar yield obligasi). Pada dasarnya, itu bentuk benefit yang bisa kita harapkan. Selamat kepada kita semua, saatnya memanfaatkan dan jangan lengah.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar