Membangun
“Mindset Problem Solver”
Puspita Zorawar, EXPERTISE
PERSONAL DEVELOPMENT INDONESIA
Sumber
: SINAR HARAPAN, 3 Desember 2011
Pernahkah Anda mendengar istilah
superkeeper? Dalam terminologi Lance A Berger & Dorothy R Berger (Best
Practices on Talent Management, PPM 2008), superkeeper adalah karyawan yang
mampu menghasilkan kinerja unggul, yang memberi inspirasi kepada karyawan
lainnya untuk menghasilkan kinerja unggul juga.
Mereka adalah karyawan yang membentuk
dan mewujudkan kompetensi inti organisasi/perusahaan. Mereka adalah para model
peran keberhasilan. Biasanya jumlah mereka hanyalah 3-5 persen dari seluruh
anggota organisasi.
Tentu saja para profesional di
organisasi/perusahaan yang termasuk dalam kategori superkeeper ini akan menjadi
key person dalam organisasi. “Hilangnya” atau absennya mereka akan berpengaruh
pada kinerja dan pertumbuhan organisasi, karena kapasitas mereka sangat
berdampak pada kinerja organisasi saat ini ataupun di masa yang akan datang.
Mengenai superkeeper di dalam
perusahaan Microsoft, Bill Gates mengatakan, ”Take our 20 best people away from
us and I can tell you that Microsoft would be an unimportant company."
Orang-orang yang tergabung dalam superkeeper adalah orang-orang yang selalu
menjadi problem solvers, dapat mengatasi masalah dan mendapatkan solusi bagi kemajuan
perusahaan.
Orang-orang superkeeper yaitu yang
menjadi key person di perusahaan, tentu saja tidak menjadi superkeeper dengan
tiba-tiba, namun melalui sebuah proses yang tidak sebentar.
Namun, “proses yang tidak sebentar
juga” terjadi pada kelompok yang hasil kinerjanya jauh dari yang diharapkan,
yang disebut kelompok misfit, yang jumlahnya dapat lebih dari 70 persen dari
jumlah SDM yang ada di dalam perusahaan.
Pernahkah kita berpikir apakah
perbedaan antara kelompok superkeeper (orang-orang yang berhasil menjadi
problem solvers dan mencapai kinerja unggul di atas yang diharapkan) dengan
kelompok misfit (orang–orang menjadi problem bagi perusahaan, yang kinerjanya
jauh di bawah yang diharapkan)? Perbedaannya sering hanya pada sebuah mindset.
Mindset sebagai jumlah total dari
keyakinan, nilai-nilai, identitas, ekspektasi, sikap, kebiasaan, opini, dan
pola pikir, tentang diri kita, juga tentang orang lain, dan bagaimana kita
memaknai hidup kita.
Pengertian mindset yang lain dalam
American Heritage Dictionary adalah: “a fixed mental attitude or disposition
that predetermines a person’s responses to and interpretation of situation”
(suatu sikap mental yang menentukan respons dan interpretasi seseorang terhadap
situasi yang dihadapinya.
Orang-orang yang termasuk dalam
kelompok superkeeper memiliki mindset selalu ingin maju, selalu ingin tahu dan
belajar sesuatu yang baru, selalu ingin menambah ilmu, memiliki rasa sense of
belonging terhadap apa yang ditugaskan kepadanya, sangat bisa diandalkan, dan
memiliki rasa tanggung jawab dan yang tidak kalah penting adalah mereka
memiliki mindset menjadi problem solvers (selalu mencari solusi dari setiap
masalah yang dihadapi), sehingga menjadi key person dalam perusahaannya.
Pada suatu pelatihan, Pak Anton curhat
bahwa bosnya-yang usianya lebih muda dan pendidikan formalnya lebih tinggi,
sebetulnya tidak menguasai lapangan. Menurut Pak Anton, bosnya hanyalah
mengerti dan menguasai hal-hal yang bersifat office matters.
Situasi ini kurang menggembirakan
untuk Pak Anton, karena Pak Anton sudah bekerja sangat lama di perusahaan
tersebut, sudah sangat menguasai lapangan, namun diperintah oleh seorang atasan
yang lebih muda dan tentu saja lebih besar gajinya.
Rasanya kok tidak fair ya... keluh Pak
Anton selanjutnya. ”Kalau saya mengambil sekolah lagi, tentu saja saya tidak
sanggup karena faktor usia,” Pak Anton meneruskan curahan hatinya.
Sore itu pada saat coffee break, saya
mendapat kesempatan bercerita kepada Pak Anton secara one on one. Saya teringat
seorang peserta dalam sebuah pelatihan kami yang terdahulu, sebut saja Pak
Imam. Pak Imam adalah seorang yang kira-kira usianya tidak jauh beda dengan Pak
Anton, juga level pendidikan Pak Imam kira-kira juga sama dengan Pak Anton.
Pak Imam adalah seorang yang tekun
bekerja dan sangat menguasai lapangan. Pak Imam sangat mencintai pekerjaannya
dan selalu menjadi motivator bagi timnya sehingga tim Pak Imam dapat mencapai
kinerja yang bagus.
Pak Imam selalu berusaha mencari
solusi dalam setiap masalah yang timbul dalam pekerjaannya. Karena selalu
menjadi problem solvers, bos Pak Imam malahan sering tidak ikut campur lagi
dalam rutinitas kerja tim Pak Imam. Walau demikian, Pak Imam selalu melaporkan
pekerjaannya sesuai prosedur yang ada.
Cerita tentang Pak Imam berlanjut,
pada suatu ketika, bos Pak Imam memanggil Pak Imam ke ruangannya dan
menyampaikan suatu berita bahwa bos Pak Imam telah mempromosikan Pak Imam untuk
mengambil kesempatan masuk dalam tim manajerial.
Tentu saja hal ini sangat membuat Pak
Imam terharu karena sebetulnya Pak Imam merasa bahwa pendidikannya tidak cukup
tinggi untuk masuk dalam level manajerial.
Namun, karena dukungan bos Pak Imam –
yang juga lebih muda, lebih tinggi pendidikan formalnya, Pak Imam dengan penuh
antusias menerima tawaran tersebut.
Karena dukungan bosnya, Pak Imam pada
akhirnya, beberapa tahun kemudian, berhasil masuk dalam kelompok superkeeper di
dalam perusahaannya. Sekali lagi karena ada seseorang yang sangat mendukungnya,
yaitu mantan bosnya sendiri.
Situasi yang dihadapi Pak Anton dan
Pak Imam sama. Mereka sama-sama ahli di lapangan. Mereka sama-sama mendapat bos
yang lebih muda usianya, namun lebih tinggi level pendidikan formalnya.
Namun, Pak Anton dan Pak Imam ternyata
memiliki mindset yang berbeda dalam menghadapi situasi yang sama. Pak Imam
tidak merasa malu belajar dari yang lebih muda dan bisa menjadi good team
player dalam tim besar yang dipimpin seorang muda tersebut, namun hal ini tidak
terjadi di Pak Anton.
Perbedaan mindset membawa kita kepada
hasil proses yang berbeda. Milikilah mindset problem solvers dalam setiap
tantangan kehidupan kita. Persoalan hari ini mungkin akan berbeda dengan
persoalan esok hari. If you only have a hammer, you tend to see every problem
as a nail (Abraham Maslow).
Jika kita hanya memiliki sebuah palu
saja, kita akan selalu melihat persoalan sebagai sebuah paku saja, padahal
tidak! Seseorang yang sukses adalah seorang problem solvers dalam setiap
persoalan yang dihadapi. There's no use talking about the problem unless you
talk about the solution. (Betty Williams). ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar