Selasa, 20 Desember 2011

Memaksimalkan Potensi ESDM, Wawancara dengan Wakil Menteri ESDM


MENYAMBUT INDONESIA 2012
Memaksimalkan Potensi ESDM
Wawancara dengan Wakil Menteri ESDM
Sumber : SINDO, 19 Desember 2011




Kebutuhan energi terus meningkat guna menunjang geliat perekonomian yang ke depan ditargetkan berkisar 6-7% per tahun. Kendati pemerintah sadar betul akan kebutuhan itu, tetap bukan perkara mudah untuk memenuhinya.

Harga energi yang terus merangkak naik sementara produksi terus berkurang akibat penurunan alamiah menjadi tantangan tersendiri. Bagaimana upaya pemerintah untuk menjawab tantangan tersebut? Berikut petikan wawancara dengan Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Widjajono Partowidagdo mengenai upaya pemenuhan kebutuhan energi dan prospek sektor ini pada 2012.

Apa tantangan yang paling berat untuk memenuhi kebutuhan energi menurut Kementerian ESDM dan bagaimana cara menyikapinya?

Sebetulnya, semua masalah energi dan mineral Indonesia kalau ditangani secara serius pasti bisa terselesaikan. Tapi untuk langkah awal, kita harus menyatukan mindset masyarakat yang saat ini mengalami asymmetric information soal energi. Bahkan banyak sekali akademisi yang mengatakan harga bahan bakar minyak (BBM) harus murah karena kita kaya akan minyak. Itu jelas tidak benar. Bukan berarti kita nggakpunya potensi minyak, kita punya potensi 50 miliar barel, tapi yang proven (terbukti) cuma 4 miliar barel. Nah untuk membuktikan potensi itu harus ada eksplorasi dan itu biayanya mahal.

Apakah kita bisa mengatasi kendala itu, secara teknologi misalnya?

Secara teknologi kita tentu bisa mengatasi,namun biayanya mahal dan kita belum punya duit. Supaya eksplorasi berjalan lancar, berbaiklah dengan investor asing. Kita perlu mengundang investor asing. Namun, investor asing ini tidak akan datang kalau di sini tidak menguntungkan. Coba kita bandingkan dengan Malaysia. Mereka itu cadangan terbuktinya lebih besar dari kita sekarang, di atas 4 miliar barel.

Produksinya juga hampir menyamai Indonesia, sementara penduduknya jauh lebih sedikit dari kita.Mereka juga lebih menarik karena walaupun mereka belajar PSC (production sharing contract/kontrak bagi hasil) di Indonesia, mereka melakukan sistem kontrak revenue over cost (ROC) yang dihitung setiap tahun. Kalau ROC rendah, bagian pemerintahnya juga rendah, bisa di bawah 50% tapi kalau ROC tinggi (bagi hasilnya) bisa 85:15, jadi di sana itu lebih fleksibel.

 Apa lagi kendala yang membuat kita kurang menarik dibanding Malaysia?

Selain dalam sistem fiskal kita kalah menarik dengan Malaysia, peraturan kehutanan kita juga tidak menguntungkan investor.Saya bicara berdasarkan fakta, misalnya pembebasan lahan eksplorasi yang masih sulit, masalah eksplorasi dikenakan pajak, dan lain-lain. Perlu diketahui, minyak dan panas bumi tidak mengelupas tanah, tapi hanya membor tanah, paling banyak butuh 100 hektare, dari sekian ribu hektare (wilayah kerja) hanya beberapa hektare saja yang dibutuhkan, tapi izin susah. Sekarang minyak tidak dapat, tapi hutannya juga tetap gundul. Hal semacam ini yang bikin kita terhambat. Kenapa tidak perusahaan minyak atau panas bumi diberi izin, lalu mereka juga disuruh memeli-hara hutan, kan selesai.

Bagai-mana dengan pengembangan energi alternatif lainnya?

Sebenarnya panas bumi, energi air, dan gas belum berkembang di Indonesia. Mengapa juga energi baru dan terbarukan tidak berkembang, itu dikarenakan kita memilih menggunakan energi yang mahal daripada yang murah. Sebagai contoh, di Sumatera Selatan biaya listrik hanya Rp600 per kwh karena pakai gas dan batubara, sedangkan di Medan harganya Rp3.500 per kwh karena pakai minyak.

Coba bayangkan, bedanya 6 kali lipat. Makanya,kenapa tidak dikurangi saja ekspor gas ke Singapura lalu dialihkan gasnya untuk PLN.Kenapa tidak ke Singapura kita ekspor listrik saja. Kita bisa pakai batu bara di Batam karena batu bara Indonesia hanya 20% untuk domestik dan yang lainnya di ekspor.

Apa kendala untuk mewujudkan hal itu?

Hal tersebut bisa kita capai, tapi syaratnya kita harus bisa bekerja sama dan satu suara.Jika ada permasalahan yang harus diselesaikan, cepat bilang kepada kementerian terkait agar didukunglah program-program ini. Saya yakin,dalam waktu tiga tahun kita bisa menghasilkan yang terbaik untuk negara. Tapi sekali lagi, saya bukan penentu kebijakan di negeri ini. Karena itu perlu ada koordinasi dengan kementerian terkait.

Bagaimana prospek investasi di sektor energi tahun depan?

Banyak sekali yang ingin investasi di Indonesia. Beberapa bulan lalu saya ke Korea dan China, mereka ingin sekali investasi di Indonesia. Tugas saya berbicara di media adalah bertujuan agar masyarakat Indonesia maupun mancanegara mengerti prospek investasi di sini. Saya ingin bercerita bahwa sebelum wawancara dengan SINDO ini saya juga diwawancara media Amerika Serikat, USA Today.

Saya harap, dengan dimuatnya wawancara saya dengan USA Today, banyak investor dari sana akan datang tahun depan.Jadi saya akan terus bertemu dengan media massa sebanyak mungkin, saya akan traveling bertemu akademisi dan pemerintah daerah untuk mendorong mereka ikut memajukan bangsa ini.
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar