Selasa, 20 Desember 2011

Kemandirian Energi Pendukung Ekonomi

MENYAMBUT INDONESIA 2012
Kemandirian Energi Pendukung Ekonomi
Sumber : SINDO, 19 Desember 2011



Pertumbuhan ekonomi dunia yang kini dipimpin negara-negara berkembang, khususnya di kawasan Asia, mendorong kenaikan kebutuhan energi yang cukup besar,baik energi listrik maupun bahan bakar minyak (BBM).

Pada 2011-2012, kebutuhan energi dunia diperkirakan meningkat hingga 1,6 juta barel setara minyak per hari dari kebutuhan sekitar 86,7 juta barel setara minyak per hari pada 2010. Sebagai salah satu negara berkembang yang pertumbuhan ekonominya paling baik, Indonesia dipastikan sebagai salah satu negara pengonsumsi energi dalam jumlah cukup besar. Maka itu, sudah sepatutnya Indonesia mengantisipasi hal ini dengan memperkuat ketahanan energi.

Tanpa dukungan pasokan energi yang mencukupi, laju pertumbuhan ekonomi nasional bakal terseok.Tanpa aliran listrik yang memadai, sulit bagi industri mengembangkan kapasitasnya,apalagi berharap masuknya investasi baru. Demikian pula dengan pasokan gas serta bahan bakar, kalaupun sumber energi itu tersedia,jika biaya memperolehnya terlalu tinggi, sulit berharap industri dapat bersaing di kancah global. Pemerintah sadar betul akan persoalan besar di sektor energi nasional tersebut.

Solusi konkret menuju kemandirian energi didasarkan pada tiga persoalan besar yang telah diidentifikasi.Menurut Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa, persoalan pertamaadalah diversifikasi sumber energi dan pola penghematan penggunaan energi. Untuk persoalan ini, pemerintah menyiapkan kebijakan penghematan, khususnya BBM bersubsidi yang diberlakukan di Jawa- Bali mulai April 2012.

Namun, langkah ini juga belum menjamin ketersediaan energi dalam negeri.Langkah jangka pendek dan jangka panjang perlu dipersiapkan. Indonesia yang memiliki sumber daya alam (SDA) cukup besar,khususnya batubara,gas,dan panas bumi, perlu terus dikembangkan sebagai energi alternatif. Persoalan kedua, perbaikan pada sisi kemampuan produksi energi nasional.

Dalam hal ini, pemerintah memiliki pekerjaan rumah yang berat mengingat kinerja produksi minyak (lifting) nasional tidak pernah mencapai target yang ditentukan.Butuh perbaikan kebijakan maupun teknis guna mendongkrak produksi minyak sesuai potensi yang sebetulnya masih cukup besar. Namun,ini butuh waktu,target liftingsebesar 1 juta barel per hari diperkirakan baru bisa terealisasi pada 2013.

Ketiga, kebijakan harga energi.Saat ini pemerintah tengah menyempurnakan kebijakan harga untuk energi agar tidak terlalu memberatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).Persoalan restrukturisasi pola subsidi, perbaikan harga listrik yang masih tak seimbang mengingat biaya pembangkit yang lebih besar ketimbang harga jual,menjadi agenda tersendiri. Perbaikan harga energi alternatif,khususnya energi baru dan terbarukan, juga menjadi pekerjaan rumah agar pengembangannya bisa terlaksana.

Pengembangan panas bumi,bahan bakar nabati dan bahan bakar gas (BBG) seolah jalan di tempat gara-gara harga yang tak menarik minat investor. Indonesia yang memiliki sumber daya alam cukup besar, khususnya batubara, gas, dan panas bumi, perlu dikembangkan .Dalam bukunya Migas dan Energi di Indonesia,

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Widjajono Partowidagdo menyebutkan, hal pertama yang perlu dipahami semua pihak adalah bahwa Indonesia bukan negara kaya minyak, sehingga tidak bijaksana jika masih menggantungkan diri pada minyak bumi. Kemandirian di bidang energi hanya mungkin terjadi jika ketergantungan akan minyak dilepas, dengan memaksimalkan potensi energi alternatif yang dimiliki.

Namun,u ntuk mengembangkan energi tersebut butuh dana tak sedikit. Saat ini baru pengembangan batu bara sebagai bahan bakar pembangkit listrik melalui megaproyek 10.000 MW saja yang betul-betul berjalan. Program itu pun belum menjawab kebutuhan energi dalam negeri. Berdasarkan perhitungan, dibutuhkan tambahan lebih dari 3.000 MW listrik per tahun untuk mengejar rasio elektrifikasi.

Pertumbuhan listrik sebesar 3.000 MW itu pun baru mampu mendukung pertumbuhan ekonomi 6-7% per tahun. Menurut pemerintah,dengan target pertumbuhan ekonomi 7%, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) punya pekerjaan rumah cukup besar,yakni menumbuhkan ketersediaan listrik 1,25 kali lipat dari pertumbuhan ekonomi atau sekitar 9-10% per tahun. Soal kebutuhan dana untuk merealisasikannya, PLN masih harus bersandar pada dana subsidi pemerintah.

Cara lainnya, kerja sama dengan swasta untuk beberapa pembangkit tertentu. Namun, itu pun belum cukup.Karena itu, alokasi anggaran juga dihitung dengan mempertimbangkan kenaikan tarif dasar listrik (TDL) sebesar 10%. Terlepas dari kebijakan apa pun yang akan dijalankan pemerintah, dukungan energi untuk menopang pertumbuhan ekonomi nasional tidak bisa ditawar lagi. Kemandirian energi menjadi syarat mutlak agar pembangunan ekonomi terus berkelanjutan.
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar