Dua Samudra
Trias Kuncahyono ; Penulis Kolom “Kredensal” Kompas Minggu
|
KOMPAS,
11 Oktober 2015
Bumi Indonesia
ditakdirkan bernatur maritim. Secara geografis, Indonesia terletak di antara
dua benua-Asia dan Australia-serta dua samudra-Pasifik dan Hindia.
Mengingkari takdir ini berarti mengabaikan anugerah Yang Mahakuasa. Geography is destiny, geografi adalah
takdir. Begitu kata pepatah lama. Apakah takdir sebuah negara, sebuah bangsa,
ditentukan oleh letak geografi?
Seakan ingin
menjawab pertanyaan itu, Kaisar Perancis Napoleon Bonaparte (1769-1821) atau
Napoleon I pernah mengatakan, "Politik
negara berada dalam geografinya." Dalam rumusan lain, negarawan
Prusia, Otto von Bismarck (1815-1898), mengatakan, "... Hanya satu hal yang tidak berubah dalam politik
negara-negara, yaitu geografi," (Daoed
Joesoef, Studi Strategi, Logika Ketahanan dan Pembangunan Nasional, 2014).
Dengan
demikian, posisi geografis sebuah negara adalah penting. "Politik, terutama hubungan internasional, dipengaruhi
faktor-faktor geografi," begitu tulis Oxford English Dictionary. Definisi ini menegaskan, perbedaan
antara politik dan geopolitik adalah geodimensi-persimpangan antara geografi
dan politik.
Kishore
Mahbubani dalam The Great Convergence,
Asia, The West, and The Logic of One World (2013) menulis, ada dua mazhab
utama dari strategi geopolitik: mazhab internasionalis-liberal dan mazhab
realis. Mazhab internasionalis-liberal menyatakan, sesuatu yang fundamental
telah berubah dalam sejarah manusia. Di masa lalu, geopolitik adalah zero-sum game. Kini, permainan itu
digantikan oleh kerja bersama bangsa-bangsa dalam kerangka kerja global yang
lebih besar. Kontes geopolitik dapat menjadi win-win game.
Dalam
geopolitik, hubungan yang sangat penting selalu antara kekuatan sangat besar
(saat ini AS) dan kekuatan sangat besar yang tengah muncul (saat ini
Tiongkok). Sejarah mencatat, ketika sebuah kekuatan besar mencoba untuk
menggantikan kekuatan besar lainnya, yang hampir selalu terjadi adalah
perang.
Relasi dan
persinggungan dua kekuatan besar dunia- yang satu sedang muncul- yakni AS dan
Tiongkok, semakin terasa di kawasan Asia Timur yang kian dinamis. Di Asia
Timur, terutama di Laut Tiongkok Selatan, terjadi pergeseran kekuatan yang
memiliki implikasi strategis terhadap hubungan di antara negara-negara di
kawasan, termasuk Indonesia.
Laut Tiongkok
Selatan adalah perairan yang bertaburkan beberapa kepulauan dan kaya sumber
alam. Ada enam negara-Tiongkok, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei, dan
Taiwan-yang mengklaim kedaulatannya atas kepulauan kaya itu. Tiongkok, negara
terbesar di kawasan, sudah berupa satu kekuatan laut.
Mengingat laut
ini juga menghubungkan Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, jadi berfungsi
selaku jalur transportasi perdagangan antarkawasan-Eropa Barat dan Timur,
Timur Tengah, Asia Tenggara dan Timur-Amerika Serikat dan Rusia merasa berhak
campur. Maka, bagian Pasifik ini berpotensi besar jadi semacam mare nostrum
(laut kita) zaman dahulu.
Istilah mare
nostrum awalnya digunakan orang-orang Romawi menunjuk pada Laut Tyrrhenian
setelah mereka mengalahkan Sicilia, Sardinia, dan Corsica dalam Perang
Punisia dengan Khartago. Pada 30 SM, Kekaisaran Romawi mendominasi wilayah
dari Semenanjung Iberia hingga Mesir dan mare nostrum mulai diterapkan untuk
seluruh Laut Tengah.
Dengan
demikian, kemungkinan besar di masa mendatang- sudah mulai terasa saat
ini-rivalitas di antara negara-negara besar di kawasan Asia Timur akan
semakin nyata. Mereka akan seperti Romawi pada masa lalu, bersaing untuk
menguasai akses di dua samudra-Hindia dan Laut Tiongkok Selatan sebagai
bagian dari Samudra Pasifik-serta supremasi maritim di kedua samudra itu. Hal
itu juga didorong pergeseran ekonomi-bisnis internasional dari kawasan
Atlantik ke Pasifik.
Kalau mengikuti rumusan di atas-politik, terutama hubungan
internasional, dipengaruhi oleh faktor-faktor geografi-dan fakta lapangan
selama ini, maka kebijakan luar negeri Indonesia harus didasarkan pada
kondisi geografisnya. Dengan demikian, perkembangan geostrategis dan
geoekonomi di kawasan akan memengaruhi kebijakan luar negerinya: bagaimana
posisi dan peran Indonesia di ASEAN dan juga bagaimana Indonesia menjalin
relasi dengan kekuatan besar yang menjadi pemain utama di kawasan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar