Selasa, 27 Oktober 2015

Arti Strategis Kunjungan Jokowi ke AS

Arti Strategis Kunjungan Jokowi ke AS

Budi Bowoleksono  ;  Duta Besar RI untuk Amerika Serikat (sejak Mei 2014)
                                                       KOMPAS, 27 Oktober 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Presiden Joko Widodo berkunjung ke Amerika Serikat pada 25-29 Oktober 2015. Selain bertemu dengan Presiden AS Barack Obama, Presiden Jokowi juga akan menemui kalangan pebisnis, politikus, dan masyarakat Indonesia di AS.

Kunjungan tersebut memiliki arti strategis dari segi bilateral, regional, dan global, dan memberikan manfaat praktis yang nyata bagi Indonesia.

Secara bilateral, AS adalah mitra dagang terbesar ketiga bagi Indonesia setelah Tiongkok dan Jepang. Menurut US Bureau of Economic Analysis, volume dagang Indonesia-AS tahun 2014 mencapai 27,5 miliar dollar AS, dengan surplus Indonesia 11 miliar dollar AS. Di tahun yang sama, investasi AS di Indonesia 13,5 miliar dollar AS, dan investasi Indonesia di AS 1,2 miliar dollar AS.

Angka-angka itu cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan diproyeksikan akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Dengan 250 juta penduduk dan kelas menengah yang tumbuh pesat, Indonesia merupakan negara yang amat berpotensi untuk perdagangan dan investasi AS.

Hal itu ditambah lagi dengan akan berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada awal 2016 yang menyatukan 600 juta penduduk 10 negara ASEAN menjadi pasar tunggal. Sementara AS dengan 320 juta penduduk merupakan pasar besar bagi produk-produk ekspor Indonesia, seperti tekstil dan produk tekstil, karet, ikan, dan furnitur.

Dari segi politik, Indonesia dinilai oleh AS telah berhasil melakukan transformasi demokrasi. Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga dunia sekaligus negara demokrasi berpenduduk Muslim terbesar. Jumlah umat Islam Indonesia lebih besar dari jumlah seluruh umat Islam di semua negara Timur Tengah jika digabungkan.

Sebagai nilai tambah penting, mayoritas warga Muslim di Indonesia menganut nilai-nilai Islam moderat dan toleran. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai bukti nyata bahwa Islam, demokrasi, dan modernitas bisa berjalan beriringan.

Menjaga stabilitas

Secara regional, AS dan Indonesia merupakan mitra dalam upaya menjaga stabilitas Asia Pasifik. Saat ini kawasan tersebut merupakan mesin pertumbuhan ekonomi dunia. Laut Tiongkok Selatan (LTS), misalnya, adalah jalur bagi 5,3 triliun dollar AS perdagangan global, dan dari jumlah itu 1,2 triliun dollar AS merupakan perdagangan AS.

Dengan demikian, stabilitas kawasan itu tidak hanya menjadi kepentingan negara-negara sekitar, tetapi juga kepentingan AS dan dunia. ASEAN, dengan Indonesia sebagai salah satu pemain kunci, berperan penting dalam menjaga stabilitas kawasan Asia Pasifik.

Di level global, Indonesia dan AS bermitra dalam isu-isu krusial, seperti perubahan iklim dan perang melawan terorisme. Sebagai negara kepulauan tropis dengan luas hutan terbesar ketiga dunia, peran Indonesia dalam menangani perubahan iklim global amat dibutuhkan. Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen dengan upaya sendiri dan/atau 41 persen dengan bantuan internasional pada tahun 2030.

Dalam isu terorisme, upaya memerangi kekerasan ekstremisme tidak bisa dilakukan semata-mata dengan kekuatan senjata, tetapi juga harus melibatkan wacana tanding atas ideologi ekstremisme. Indonesia yang berhaluan Islam moderat berperan penting melawan pengaruh ideologi ekstremisme yang dianut sebagian kecil umat Islam.

Ketiga aspek bilateral, regional, dan global menjadi kerangka strategis kunjungan Presiden Jokowi ke AS. Secara lebih mendasar, kunjungan tersebut merupakan pengejawantahan amanat konstitusi yang menghendaki Indonesia berperan aktif di dunia internasional sambil menegakkan politik luar negeri bebas aktif. Kunjungan Presiden Jokowi ke sejumlah negara mengirim pesan bahwa Indonesia ingin berteman baik dengan semua negara, termasuk negara-negara yang kesannya saling bersaing.

Kunjungan ke AS juga akan mendukung implementasi visi Presiden Jokowi mengenai Indonesia sebagai negara maritim. Salah satu kesepakatan yang akan diluncurkan adalah Nota Kesepakatan Kerja Sama Maritim yang meliputi keamanan maritim, ekonomi maritim, sumber daya laut dan perikanan, keselamatan navigasi, dan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kelautan.

Kemitraan dengan AS yang merupakan negara dengan kemampuan maritim terkuat dunia akan membawa manfaat besar bagi pengembangan kemampuan maritim Indonesia. Selain itu akan diluncurkan pula berbagai kesepakatan di bidang pertahanan, energi, dan penerbangan.
Kesepakatan bisnis

Dari segi praktis, kunjungan itu akan menjadi momen peluncuran kesepakatan bisnis di antara perusahaan-perusahaan AS di Indonesia. Setelah bertemu Presiden Obama, Presiden Jokowi akan bertatap muka dan berdiskusi dengan kalangan bisnis AS dalam sebuah acara yang digelar bersama Kamar Dagang AS. Harapannya, Presiden bisa meyakinkan kalangan bisnis AS untuk meningkatkan investasi di Indonesia.

Dari Washington DC, Presiden akan bertolak ke San Francisco untuk bertemu kalangan industri teknologi informasi (TI) di Silicon Valley. Targetnya adalah mendorong investasi AS di bidang TI guna mengakselerasi pertumbuhan industri TI di Indonesia dan meningkatkan akses masyarakat terhadap teknologi. Kedua hal itu diharapkan berkontribusi bagi pengembangan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Singkat kata, kunjungan Presiden Jokowi ini demi manfaat strategis dan praktis bagi Indonesia. Kunjungan tersebut akan meningkatkan kemitraan komprehensif di antara kedua negara yang telah terbangun sejak 2010 ke tahap lebih strategis.

Saat ini berbagai pihak di Indonesia dan AS telah, sedang, dan akan berupaya semaksimal mungkin untuk mewujudkan tujuan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar