Rabu, 12 Maret 2014

Tahun Politik

Tahun Politik

Muliansyah Abdurrahman Ways  ;   Peneliti Sosial-Politik
OKEZONENEWS,  11 Maret 2014
                                                                                                                        
                                                                                         
                                                                                                             
Serentak terdengar hampir seluruh lintas elemen di pelosok Nusantara, menjamur sebuah kata yang tidak asing lagi belakangan ini, kata tersebut bermakna dan akan menentukan nasib rakyat Indonesia lima tahun ke depan. Kata “tahun politik” melambai-lambai dalam kehidupan politik yang beragam preferensi di alam demokrasi yang penuh tanda, petanda dan penannya menurut Kang Roland Bhartes. Pasti kita sering bertanya ada apa di tahun politik kali ini, apakah kita hanya bertanya siapakah calon wakil kita di parlemen atau siapakah pemimpin bangsa kita di calon pemerintahan eksekutif.

Tentu kitalah yang menentukan nasib bangsa ini, bila kita salah bertindak dalam tahun politik kali ini, maka kitapun akan salah menentukan nasib bangsa lima tahun akan datang. Tahun Politik tidak sekadar semboyan menghiasi lautan demokrasi yang sempit dalam pendefenisian kita, tetapi tahun politik membutuhkan kita dalam berfikir dan bertindak selama kita masih menjadi manusia normal di setiap momentum politik. Kita sebagai warga Negara Indonesia akan di perhadapkan sejumlah pilihan dalam kontestan politik di tahun 2014 atau di tahun politik dalam istilah kita, Pemilu (pemilihan umum) yang menjadi agenda nasional bangsa Indonesia yang diatur dalam konstitusi Negara, mewajibkan rakyat Indonesia untuk melihat, menilai dan bertindak mengambil keputusan dalam setiap momentum politik.

Momentum politik yang kita bahasakan sebagai pemilihan legislatif dan pemilihan presiden (eksekutif) di prakarsai pada tahun ini, dari memilih anggota DPRD Kabupaten/Kota, memilih anggota DPRD tingkat provinsi, memilih anggota DPR RI dan DPD RI serta pemilihan presiden dan wakil presiden. 2014 akan menjadi catatan sejarah bangsa Indonesia kepada anak dan cucu kita di masa-masa akan datang, karena di tahun inilah pemilihan legislatif dan eksekutif di waktu yang berdekatan dan secara langsung rakyatlah yang menentukannya.

Rakyat Indonesia tentu bersyukur dan belajarlah dalam setiap kecelakaan politik yang sering kita ulangi, hindarilah sejarah buruk kita dan selalu menjadi penyesalan di belakang hari nanti. Rakyat Indonesia sudah mulai melewati fase-fase kehidupan politik yang “membodohkan”, tentu pelajaran politik berharga di periode-periode yang lalu, rakyat harus cerdas dalam menentukan nasib bangsa ini, jangan kemudian kita selalu mengulangi sejarah kecelakaan politik yang tidak memberikan pencerahan politik di kemudian hari. Pengalaman demi pengalaman sangat berarti buat kita sebagai rakyat Indonesia, sebelumnya kita selalu danggap menjadi objek politik, namun dalam momentum politik yang berkualitas ini, sudah saatnya kita mendefenisikan kita sebagai subjek politik bukan lagi objek, karena agenda politik, kitalah yang menentukannya.

Membangun Keadaban Politik

Semoga kita terhindar dari pragmatisme politik yang tidak tercerahkan, sebagaimana dalam meminjam istilahnya Akbar Tandjung, adalah keadaban politik, dimana menjadikan politik sebagai ruang untuk memberikan pecerahan dan peradaban penentuan nasib bangsanya. Jikalah kita tetap mempertahankan tradisi politik yang menyesatkan, maka kita juga bagian dari anak bangsa yang pelan-pelan ingin membangun tradisi politik pragmatisme dan mendorong kembali politik pembodohan tanpa nilai.

Politik sudah mulai di gorogoti oleh persepsi rakyat yang seolah politik itu kotor, berbohong, penipu, haram, pragmatis, salah, dan politik dianggap hal yang tabu serta tersohor dengan orang-orang yang tidak benar. Benar atau tidak, namun begitulah fakta politik yang sering kita dengar dari setiap sudut dan bingkai politik yang sudah membudaya di masyarakat kita secara umum. Padahal konsep politik yang ansi, bukan seperti kita ukur dalam realitas yang sudah terjadi, namun apapun yang kita menghindari, realitas politik tidak menjamin akan sebuah norma politik yang benar-benar terjewantahkan.

Ingat ketika Machieveli pernah berkuasa di negeri Italia, Ia merebut kekuasaan juga menolak syarat politik yang beretika dan bernorma, tentu hingga kini Ia selalu di juluki sebagai penguasa yang direbut kekuasaan dengan segala cara yang dia “halalkan”. Itulah simbol kontestan politik yang lupa terhadap perjanjian politik dalam bingkai nilai dan norma, apakah salah dengan sejarah politik tersebut, tentu tidak juga yang akan memberikan pelajaran juga kepada generasi politik baru, bahwa ternyata itulah realitas politik yang ala “Veli”.

Ajaran politik juga datang dari negeri China, terkenal dengan konsep “seni berperang” (Sun Tzu). Di mana kemudian mendefinisikan  politik adalah seni, memang iya tentu kita sepakat bahwa politik itu seni, mulai dari seni merebut kekuasaan, seni memimpin, seni menjadi wakil rakyat dan seni memberikan harapan rakyatnya. Tentu ajaran ini bisa memberikan kita gambaran bahwa politik itu adalah barang seni yang menampilkan tradisi etika, norma dan estetika yang kemudian melahirkan tradisi politik yang santun dan elegan.

Tahun ini kita akan melihat dan membandingkan serta kita akan bertindak seperti apa wajah politik kita, mereka dengan warnanya masing-masing dalam bertingkah dan berhias. Mau yang bernilai, yang berbohong, berseni dan apalah mereka tampilkan, kitalah yang menentukan, tentu keputusan kita sangat berharga bagi bangsa dan Negara Republik Indonesia.   
     
Jawaban Nasib Bangsa
   
Tradisi politik Indonesia untuk memilih dan dipilih lima tahun sekali, maka tahun 2014 adalah tahun politik dalam bahasa penulis sebagai jawaban nasib bangsa Indonesia di masa akan datang. Penulis sedikit tertarik dengan keadaban politik, memang sangat penting bangsa kita ini sudah saatnya memasuki fase keadaban politik, bukan lagi kita terus berada dalam ruang politik yang sempit, akan tetapi kita definisikan kembali peradaban politik kita, sehingga di tahun 2014 ini menjadi tahun peradaban politik bangsa Indonesia.
   
Inilah momentum untuk kita menjawab kemerdekaan bangsa Indonesia yang sesungguhnya, politik adalah jalan memberikan keputusan-keputusan terhadap masa depan bangsa ini. Sehingga kualitas politik kita semakin hari semakin membaik, karena bangsa ini juga selalu diharapkan menjadi bangsa yang besar, beradab, berdaulat dan berdiri tegak dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini. Olehnya itu, nasib bangsa ini ada di pundak kita semua, jawablah dengan tindakan kita yang tidak sekadar pragmatis sesaat, akan tetapi kita berkonstribusi dengan mainstream yang tepat pada momentum politik di tahun politik kali ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar