Si
Muka Dua
Agustine Dwiputri ;
Penulis
kolom “Konsultasi Psikologi” Kompas
|
KOMPAS,
02 Februari 2014
Salah
satu jenis orang yang menyulitkan dalam hubungan interpersonal adalah yang
disebut oleh Jon Bloch PhD dalam bukunya ”Handling
Difficult People” (2013) sebagai ”the
two-face” atau orang yang bermuka dua. Seperti apa perilaku mereka, apa
penyebabnya, dan bagaimana menghadapi mereka?
Apabila
kita menghadapi dua teman yang mempunyai pandangan berbeda, lalu kita mencoba
menengahi, peran kita adalah menjadi pihak ketiga yang mencoba mencarikan
solusi dan sangat boleh jadi kita mempunyai pendapat sendiri pula mengenai
hal yang tengah dibahas. Berbeda halnya dengan mereka yang tergolong bermuka
dua. Orang-orang semacam ini seolah-olah tidak memiliki ketetapan hati atau
prinsip sama sekali. Mereka berusaha untuk memastikan bahwa setiap orang
menyukai mereka. Karena itu, mereka akan berbicara atau berbuat sesuai yang
diinginkan untuk meyakinkan bahwa Anda memperoleh kesetiaan sepenuhnya dari
mereka, tapi sesaat kemudian ia dapat berperilaku yang persis sama saat
berada dengan orang yang berbeda sudut pandang dengan Anda.
Secara
sepintas, orang-orang ini bisa tampak sangat menyenangkan, tetapi setelah
bercakap-cakap beberapa saat dengannya, Anda sering merasa khawatir atau
tidak nyaman karena sikapnya yang terlalu berlebihan dalam menyetujui Anda.
Insting Anda memberi tahu bahwa dia bukanlah seseorang yang bisa dipercaya.
Si muka
dua tidak berpikir panjang untuk melebih-lebihkan sesuatu atau berbohong agar
dapat menjaga diri dengan menggunakan cara yang sesuai dengan keinginan
mereka. Karena itu, tukang gosip juga menjadi julukan bagi mereka.
Mengganggu hubungan?
Orang
semacam ini sering terlalu bersemangat untuk mencari muka pada siapa pun yang
ditemuinya. Mereka bisa tertawa terlalu keras dan panjang menanggapi suatu
lelucon, mereka terlalu mau tahu untuk mendengar tentang hal-hal yang Anda
lakukan, dan juga dapat mengekspresikan minat secara kurang sesuai terhadap
sesuatu.
Sebagai
contoh, dia mungkin menawarkan nomor teleponnya dan mempersilakan menghubungi
dia jika Anda membutuhkan seseorang untuk diajak bicara, padahal yang baru
saja Anda katakan adalah bahwa Anda tidak yakin bahwa Anda senang dengan sofa
baru Anda. Jadi agar mereka disukai, mereka merasa perlu melakukan sesuatu,
yaitu selalu setuju dengan Anda, lalu terus mendengarkan Anda.
Kadang-kadang,
mereka memulai dengan mengatakan bahwa mereka tidak suka pada film atau jenis
makanan tertentu, tapi kemudian ketika Anda menyampaikan pendapat yang
berlawanan, mereka dengan cepat akan mengubah apa yang telah mereka katakan
dan kemudian setuju dengan Anda. Jadi ada kecenderungan yang jelas bagi orang
ini untuk membantah dirinya sendiri.
Tentu
hal ini tidak membuat Anda mengembangkan respek atau rasa percaya kepadanya
sebagai sesama orang dewasa yang seharusnya mempunyai pendapat sendiri.
Terlebih jika kemudian ia membicarakan pandangan Anda di belakang Anda kepada
orang yang berlawanan pendapat dengan Anda. Apabila pandangan yang
dibicarakan menyangkut hal-hal yang sifatnya sensitif, tentu dapat
menimbulkan ketegangan dan kekacauan dalam hubungan interpersonal dengan
orang lain tadi.
Penyebab
Si muka
dua sering dibesarkan dalam keluarga di mana mereka merasa bahwa mereka tidak
diizinkan untuk mengekspresikan pendapat sendiri. Mungkin seluruh keluarga
berpandangan dogmatis atau ada saudara atau orangtua yang dominan dan ingin
mengendalikan pikiran, pendapat, ataupun selera anggota keluarga lainnya.
Setiap kali si muka dua menampilkan pandangan yang berbeda, dia ditertawakan,
atau bahkan mungkin dihukum.
Kemudian,
lingkungan sekolahnya mungkin juga mendorong konformitas yang berlebihan.
Setiap ide atau pertanyaan yang bukan merupakan pelajaran sehari-hari
”dihajar” tanpa ampun. Hanya kesepakatan yang fanatik untuk menyetujui apa
pun yang diberikan guru yang membuatnya mendapat nilai baik.
Si muka
dua jadi membentuk keyakinan bahwa hanya dengan tampak setuju dengan semua
orang sepanjang waktulah yang membuat mereka dapat berhubungan dengan orang
lain. Tentu saja hubungan tersebut sebenarnya hanya dangkal karena hanya
sedikit yang benar-benar asli (genuine). Namun, bagi si muka dua yang asli
adalah keinginan kuat untuk disukai oleh orang lain, yang kemudian
diterjemahkan ke dalam pengertian tidak pernah mengganggu pandangan siapa
pun.
Mereka
mengembangkan keyakinan bahwa jika dia tidak setuju, akan menimbulkan
argumentasi yang pada gilirannya akan membuat orang lain meninggalkan mereka
selama-lamanya. Sesuatu yang ”buruk” secara tidak rasional akan terjadi jika
mereka mengungkapkan pendapatnya secara jujur. Ketika usia mereka bertambah,
mereka tidak hanya berpura-pura bersimpati, sesuatu yang sebenarnya tidak
mereka miliki, tetapi mereka juga mulai bergosip di belakang Anda untuk
memperoleh penerimaan dari semua pihak. Apa yang Anda ceritakan kepadanya
akan mereka sampaikan kepada lawan Anda dan sebaliknya.
Menghadapi si muka dua
Jika
ingin tetap berteman dengan si muka dua, Anda dapat mencoba lagi untuk
mengarahkannya. Gantilah topik pembicaraan sesuai yang diperlukan saja dan
tidak berbagi apa pun jika Anda tidak merasa nyaman. Jika Anda tahu bahwa sebenarnya
ia menggunakan persahabatan Anda sebagai mangsa untuk orang lain, tetapi Anda
ingin memberikan kesempatan lagi, perjelas bahwa perilakunya tidak bisa
diterima.
Anda
dapat mengatakan, ”Saya menikmati
persahabatan kita, tetapi saya lihat kamu melakukan hal tertentu yang membuat
saya tidak nyaman. Saya tidak bisa menerima jika kamu menyampaikan kepada
orang lain hal-hal yang telah saya ceritakan. Karenanya, kamu harus
menghentikan perilaku ini.”
Jika dia
mencoba menyangkal telah melakukannya, tetaplah teguh bahwa Anda tahu hal itu
memang terjadi dan harus dihentikan. Kemudian berhentilah membahasnya lebih
lanjut karena akan membuat Anda merasa betapa buruknya tindakan dia dan
kekesalan Anda membuka peluang baginya untuk suatu gosip baru.
Melalui
cara lain, Anda dapat terus membiarkan si muka dua paham bahwa bagi Anda,
persahabatan bukan tentang membicarakan hal-hal buruk dari orang lain dan
bahwa dia dapat bersantai dengan Anda dan tetap menjadi teman meskipun ia
punya pendapat lain. Di lain pihak, pertegas juga bahwa Anda tidak mau
dimanipulasi. Katakan jika dia tidak bisa jujur setelah diberi beberapa
kesempatan, Anda lebih baik berteman dengan orang lain.
Jika Anda memang harus terus bergaul dengan mereka, cobalah menerima
semua perilakunya dengan rasa humor. Jangan terlibat terlalu akrab dengannya,
dengarkan dengan sopan sesuai kebutuhan, dan katakan, ”Terima kasih telah berbagi,” kemudian menjauhlah darinya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar