Pileg,
Pilpres, dan Perbaikan Ekonomi
Umar
Juoro ; Ekonom Senior
di Center for Information and Development Studies dan
Habibie Center
|
REPUBLIKA,
24 Maret 2014
Pelaksanaan pemilihan legislatif
(pileg) dan pemilihan presiden (pilpres) pada 2014 secara umum memberikan
pengaruh positif pada perekonomian. Sekalipun pengaruh langsung berupa
peningkatan pengeluaran banyak diragukan memberikan dampak pada perekonomian
secara berarti, tapi tetap memberikan perspektif yang meningkatkan harapan
pada perbaikan ekonomi.
Perkiraan pertumbuhan ekonomi
pada 2014 dari lembaga dalam maupun luar negeri di bawah enam persen. Bank
Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan 5,6 sampai 6 persen, Bank Dunia 5,3
persen, dan beberapa analis di bank investasi memperkirakan 5,1 persen.
Perkiraan ini, sekalipun relatif rendah, masih lebih baik daripada negara
berkembang lainnya. Hanya Cina yang diperkirakan pertumbuhannya lebih tinggi,
yaitu 7,5 persen.
Dengan perkiraan lancarnya pileg
dan pilpres, harapan pada perbaikan ekonomi meningkat. Ketika Joko Widodo
diumumkan menjadi calon presiden (capres), tanggapan pelaku ekonomi, terutama
di sektor keuangan sangat positif sebagaimana diperlihatkan dari kenaikan
indeks pasar modal, pasar obligasi, dan penguatan nilai tukar rupiah. Sekalipun,
terkoreksi karena pengumuman Gubernur Bank Sentral AS yang berencana menaikkan
bunga (fund rate) pada 2015 dan
2016.
Harapan dari pelaku ekonomi di
sektor riil juga tinggi terhadap capres Jokowi, terutama perbaikan pembangunan
infrastuktur. Sedangkan, masyarakat kebanyakan yang mendukung Jokowi mengharapkan
perbaikan kesejahteraan melalui peningkatan pelayanan pendidilkan, kesehatan,
dan kesempatan kerja.
Berbagai survei memperkirakan,
PDIP akan memenangkan pileg dan Jokowi akan terpilih sebagai presiden.
Perkiraan ini mendapatkan tanggapan positif dari pelaku ekonomi. Apa yang
menjadi pertanyaan adalah bagaimana kebijakan ekonominya.
PDIP dikenal sebagai partai
nasionalis. Tapi, saat Megawati menjadi presiden, kebijakan ekonominya adalah
pragmatis, tidak banyak berbeda dengan pemerintahan sekarang ini. Sedangkan,
kemungkinan Jokowi sebagai presiden, sekalipun secara umum ditanggapi
positif, menimbulkan pertanyaan terhadap minimnya pengalaman dan belum
jelasnya program serta kebijakannya.
Pertanyaan selanjutnya adalah
siapa yang akan mendampingi Jokowi sebagai wakil presiden. Banyak pendapat
menyarankan wakil presidennya harus mempunyai pengalaman dalam kebijakan, khususnya
ekonomi, dan dapat menghimpun dukungan politik dari partai lainnya, khususnya
partai-partai Islam.Nama seperti Jusuf Kalla dan Hatta Rajasa banyak disebut
sebagai figur yang sesuai untuk mendampingi Jokowi. Kriteria lainnya adalah
cawapres dari kalangan militer.
Sekalipun masih banyak
kekurangan, banyak kebijakan perekonomian pada masa pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono cukup baik untuk dilanjutkan. Kekurangannya dapat diperbaiki,
sehingga perkembangan ekonomi dapat lebih tinggi dalam hal pertumbuhan dan kesejahteraan.
Dalam hal ini, kesertaan Hatta menjadi cawapres adalah tepat. Indonesia
membutuhkan koalisi politik yang kuat dan berfungsi baik serta sinergi
politik-ekonomi untuk mendapatkan hasil yang optimal.
Tentu saja, pemerintahan baru
harus menyelesaikan permasalahan yang sekarang ini kita hadapi, seperti
mengatasi besarnya subsidi bahan bakar minyak (BBM), belum memadainya
pembangunan infrastruktur, mengatasi defisit neraca berjalan yang kemungkinan
akan lebih besar jika program infrastruktur berjalan dengan lebih cepat
karena besarnya impor barang modal.
Pemerintahan sekarang ini sebisa
mungkin harus menyiapkan transisi, sehingga pemerintahan baru dapat
melanjutkannya tanpa banyak melakukan revisi. Rancangan APBN 2015 masih harus
disiapkan pemerintahan saat ini, sekalipun pemerintahan baru masih dapat
merevisinya pada Juni 2015. Tapi, jika pemerintahan sekarang dapat menyusun
APBN yang lebih akomodatif, pemerintahan baru tidak harus banyak mengubahnya.
Peluang ekonomi Indonesia untuk
berkembang lebih lanjut sangat terbuka. Demokrasi politik yang sekalipun
hiruk-pikuk memberikan partisipasi masyarakat luas menentukan wakilnya dan
presidennya secara langsung. Perkembangan demokrasi semestinya sejalan dengan
perkembangan ekonomi dan kesejahteraan. Hal ini masih menjadi tantangan kita
untuk merealisasikannya.
●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar