Jaringan
Informal dan Kinerja Superior
Alberto D Hanani ;
Founder dan Managing Partner BEDA & Company
|
KORAN
SINDO, 11 Maret 2014
Semua
pemimpin puncak perusahaan berusaha menciptakan kinerja superior dari
organisasi yang mereka pimpin. Di tengah dunia usaha yang semakin dinamis dan
penuh perubahan, aliran informasi dan pengetahuan menjadi salah satu kunci
penting penciptaan kinerja yang superior.
Memanfaatkan
jaringan informal (informal network)
perusahaan merupakan cara untuk meningkatkan efektivitas aliran informasi dan
pengetahuan di dalam organisasi. Dari berbagai studi dan pengamatan,
diketahui pertukaran informasi di dalam organisasi tidak diwadahi struktur
formal perusahaan, tetapi diwadahi jaringan informal yang terbentuk di
organisasi tersebut. Sangat jarang informasi dan pengetahuan mengalir melalui
pelaporan formal maupun struktur hierarkis formal organisasi.
Apa yang
tergambar dalam bagan organisasi tidak menggambarkan secara riil bagaimana
informasi mengalir di dalam perusahaan. Berangkat dari kesadaran itulah
manajer perlu memperhatikan jaringan informal di dalam organisasi. Jaringan
informal dalam organisasi dapat berupa peer group, pekerja dengan keahlian sama,
kelompok aktivitas bersama maupun sesederhana sekumpulan teman yang sering
kali menghabiskan waktu bersama. Jaringan informal tersebut berkomunikasi
melalui telepon seluler, pesan instan, BlackBerry, surat elektronik maupun
jejaring sosial di era digital masa kini.
Jaringan
informal ini menjadi saluran untuk difusi informasi, memungkinkan penambahan
nilai yang lebih tinggi berdasarkan pemanfaatan informasi dan pengetahuan
yang tepat. Melihat kekuatan jaringan informal anggota organisasi, pemimpin
organisasi perlu memperhatikannya guna menciptakan kinerja organisasi yang
superior. Jaringan informal yang efektif dapat menciptakan kerja sama
horizontal secara baik guna mendukung penciptaan kinerja yang superior.
Karakteristik Dasar Jaringan
Informal
Sebelum
melihat bagaimana memanfaatkan secara baik jaringan informal, pemimpin perlu
menyadari terlebih dahulu karakter dasar dari jaringan informal. Dengan
kecenderungan bahwa manusia membentuk jaringan dengan orang lain, anggota
organisasi secara naluriah menciptakan kontak dengan anggota organisasi yang
lain. Jaringan informal sering kali membentuk kontak antaranggota organisasi
yang tidak substansial terhadap pembuatan keputusan. Sebagai implikasi,
banyak kontak berupa surat elektronik, panggilan, pertemuan yang pada
akhirnya berujung pada inefisiensi.
Berikutnya,
perlu dipahami, unsur dasar dari jaringan informal adalah ketidakpastian.
Anggota organisasi membentuk jaringan dan mendiskusikan hal-hal yang terkait
dari suatu topik. Namun karena ketidakpastian, mereka tidak mendiskusikan
suatu topik secara terintegrasi dan tuntas. Terdapat juga kemungkinan, orang
yang tepat tidak terlibat dalam jaringan informal yang berpengaruh dalam
suatu pengambilan keputusan.
Sebagai
tambahan, jaringan informal merupakan sebuah jaringan yang tidak dapat
dikelola. Jaringan informal terbentuk secara alamiah dan oleh karenanya
membuat para pemimpin organisasi kesulitan memanfaatkan sepenuhnya jaringan
informal. Adanya politik organisasi juga menghambat jaringan informal untuk
mendukung terciptanya kinerja superior organisasi.
Mendesain Jaringan Formal
Setelah
maraknya pendekatan organisasi matriks, pendekatan jaringan formal merupakan
pendekatan yang banyak diadaptasi dan terbukti menghilangkan
bottlenecksertamendukung pertukaran informasi dan pengetahuan. Semisal PT
Daya, perusahaan penjual berbagai produk susu. Di dalam organisasi kantor
pusat terdapat manajer tiap regional dan manajer tiap produk. Pada organisasi
matriks, supervisor penjualan pada suatu daerah melapor kepada manajer
regional dan manajer produk. Pendekatan jaringan formal mengusulkan pendekatan
yang berbeda.
Pertama,
pemimpin organisasi perlu menentukan pemimpin dari jaringan formal, posisi
yang memiliki jaringan tersebut. Posisi tersebut memfasilitasi interaksi,
menstimulasi penciptaan dan dokumentasi pengetahuan, serta memungkinkan
anggotanya melakukan pekerjaannya secara efektif dan efisien. Dalam konteks
PT Daya, dapat ditambahkan posisi manajer ritel di kantor pusat. Posisi ini
mengumpulkan dan memfasilitasi interaksi antarsupervisor penjualan dari
berbagai daerah.
Secara
struktur, supervisor penjualan suatu daerah tetap melapor langsung kepada
manajer regional. Manajer ritel memfasilitasi interaksi juga dengan tiap
manajer produk dengan seluruh supervisor penjualan daerah. Kedua, pemimpin
organisasi perlu mendefinisikan bentuk dari jaringan. Siapa saja yang
terlibat dalam jaringan? Apa mekanisme yang digunakan untuk menciptakan
interaksi? Informasi apa saja yang selayaknya dibagikan di dalam jaringan?
Pengetahuan apa saja yang perlu diinventarisasi dan didokumentasikan untuk
dibagikan kepada anggota jaringan?
Pertanyaan-pertanyaan
di atas dapat digunakan untuk memandu mendefinisikan jaringan formal di dalam
organisasi. Manajer ritel PT Daya dapat mempertimbangkan mekanisme koordinasi
seperti mailing list, group chat
pada pesan instan, rapat rutin, ataupun mekanisme koordinasi lainnya.
Informasi mengenai penjualan per produk, per saluran distribusi, dan
kompetitor dapat diinventarisasi dan didokumentasikan untuk didorong dan
dibagikan kepada anggota jaringan. Struktur jaringan formal memobilisasi
anggota organisasi untuk menciptakan nilai-nilai melalui penciptaan dan
penyaluran pengetahuan. Pemanfaatan pengetahuan dalam organisasi tersebut
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan yang pada gilirannya menciptakan
kinerja organisasi yang superior. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar