Agama
dan Politik
Komaruddin Hidayat ; Rektor
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
|
KORAN
SINDO, 21 Maret 2014
Tak
terhitung lagi berapa jumlah buku dan artikel yang membahas hubungan antara
agama dan politik. Isu ini selalu jadi bahan diskusi yang tak kunjung selesai
dari dekade ke dekade baik di Barat maupun di Timur.
Isu ini
bahkan mempunyai akar kesejarahan ke abad-abad lalu. Sebuah teori mengatakan,
politik pada awalnya dilahirkan oleh agama. Misi Rasul Tuhan dengan agama
yang dibawa pada urutannya membentuk jejaring kekuasaan untuk menyebarkan dan
mewujudkan doktrinnya. Ini berarti agama mesti memiliki kekuasaan politik.
Kekuasaan
politik yang dilahirkan agama ini semakin diperlukan ketika gerakan keagamaan
menghadapi musuh yang merasa terancam oleh gerakan kenabian. Karena itu, para
Rasul Tuhan selalu dihadang dan diancam oleh rezim kekuasaan yang ada. Tak
mengherankan makanya ketika membaca kisah Ibrahim, Musa, Jesus, dan Muhammad
yang berhadapan secara frontal dengan rezim tiran yang menindas rakyat.
Sebuah kekuasaan politik mesti dihadapi dengan kekuasaan politik. Jadi, punya
alasan logis-historis bahwa agama dan politik tak bisa dipisahkan.
Dalam
sejarah Islam, Nabi Muhammad setelah pindah ke Madinah lalu menyusun kontrak
sosial politik yang dikenal dengan nama Piagam Madinah. Salah satu warisan
budaya yang sangat fenomenal yang diwariskan Nabi Muhammad adalah komunitas
politik religius yang berpusat di Madinah yang terus dijaga dan diwariskan
dari generasi ke generasi dengan berbagai inovasi dan deviasinya. Di Barat
pun tak jauh berbeda.
Negara
Vatikan meskipun sebagai institusi moral-keagamaan, tak pernah lelah
memberikan perhatian dan pesan moral pada kehidupan politik ketika politik
dinilai telah merendahkan derajat kemanusiaan dan menjadi sumber perang.
Jadi, agama dan politik tidak mungkin dipisahkan. Para biksu Buddha di
Thailand pun sekali-sekali terlibat dalam gerakan politik dengan membawa
pesan moral keagamaan.
Rasanya,
tak mungkin politik steril dari agama. Hanya format hubungannya yang
mengalami perbedaan dan perubahan dari zaman ke zaman, berbeda antara negara
yang satu dan yang lain. Baik agama maupun politik pada awalnya mulia dan
suci, tujuannya untuk mengangkat harkat-derajat kemanusiaan didasarkan
pesan-pesan Ilahi. Namun, dalam perjalanannya panggung politik jadi ajang
perebutan kekuasaan dengan mengkhianati pesan mulia agama.
Agama
dan politik lalu dipisahkan secara tegas. Agama ditempatkan pada wilayah
pribadi, paling jauh wilayah komunal, lalu politik melekat pada wilayah
negara dan pemerintahan. Agama jangan lagi mencampuri politik dan negara.
Namun, di Indonesia tidak sejauh itu yang terjadi, negara bahkan memberikan
dukungan, pengakuan, dan perlindungan pada agama. Hanya, posisi agama tidak
lagi punya wibawa dan pengaruh efektif sebagaimana zaman keemasan agama
ketika melahirkan komunitas sebagaimana masa Nabi Muhammad di Madinah.
Dunia
telah berubah. Sosok suci seorang Nabi tak lagi ada. Masyarakat dunia mungkin
telah merasa dewasa dengan warisan agama para Rasul Tuhan dan dukungan iptek
yang dibangunnya. Yang kadang membuat sedih adalah ketika ajaran agama lalu
dipelintir dan dimanipulasi sebagai instrumen perebutan kekuasaan politik,
bukan sebagai rujukan etika berpolitik. Sampai di sini posisi dan hubungan
antara agama dan politik menjadi berbalik.
Bukan
agama membimbing bagaimana berpolitik yang anggun dan terhormat, melainkan
agama dibajak dijadikan jampi-jampi politik. Agama yang tegas mengajarkan
hidup bersih antikorupsi, tetapi banyak orang yang selalu mengusung simbol
dan identitas agama telah melakukan korupsi. Agama lalu kehilangan ethosdan
daya dobraknya dalam memberantas korupsi, melainkan ajarannya dikonstruksi
sedemikian rupa sehingga pemahaman dan pengamalan agama dijadikan mekanisme
penyucian dosa dari korupsi.
Sebuah
pemahaman yang jelas tidak berdasar pada ajaran dasar agama. Berbagai
tindakan pidana ingin diputihkan dengan zikir-zikir dan ritual keagamaan,
sebuah paham dan praktik keagamaan yang justru merusak martabat agama. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar