Selasa, 17 September 2013

PAUD Bangun Anak Berkualitas

PAUD Bangun Anak Berkualitas
Muhtadi ; Staf Pengajar di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
SUARA KARYA, 16 September 2013


Mendidik bukanlah semata transfer pengetahuan saja, tetapi juga menyiapkan anak-anak agar sanggup mendidik dirinya sendiri sepanjang hidup (Angga Setyawan, penulis buku 'Anak juga Manusia'). Pendidikan anak usia dini memiliki makna strategis bagi pengembangan perjalanan anak pada tahap selanjutnya. Salah mendisain atau metoda dalam memberikan pendidikan dan pembelajaran akan berakibat fatal bagi masa depan mereka. Dalam konteksini. Kecerdasan dan kreativitas anak tidak tumbuh dan berkembang dengan cemerlang serta luar biasa seringkali karena salah asuh, salah mendidik dan salah memfasilitasi yang dilakukan, baik oleh orangtua, guru maupun institusi pendidikan.

Anak-anak yang terlahir memiliki potensi kecerdasan, kreativitas, talenta dan bakat yang besar. Sebagaimana dikatakan Adi W Gunawan, penulis buku bestseller, Born to be a Genius bahwa sewaktu lahir bayi langsung diberi 100 miliar selotak aktif dan 900 miliar selotak pendukung. Bila dijumlahkan ada 1 trillun sel pada bayi tersebut. Sungguh, luar biasa memangotak manusia itu. Di sisi lain, otak manusia ini pula mampu menyimpan satu informasi baru setiap detiknya.

Sungguh ajaib dan mengagumkan sebenarnya potensi kecerdasan anak-anak. Pendapat lain dikemukan oleh Thomas Armstrong PhD, periset kecerdasan anak dalam buku In Their Own Way: Discovering and Encouraging Your Child's Multiple Intelligences, bahwa semua anak terlahir cerdas dan berbakat, tidak ada anak bodoh. Kalaupun potensi kecerdasan yang luar biasa ini tak dapat tumbuh dengan baik dan bagus, karena tidak disemai dengan metoda pendidikan dan pengajaran yang baik. Pendidikan yang tidak berorientasi kepada anak-anak sehingga tidak membuat anak-anak nyaman dan senang belajar. 

Pada akhirnya pendidikan model ini tidak mengantarkan anak-anak menjadi berkualitas dan berkarakter.
Usia anak-anak adalah usia emas (golden age). Usia dengan pertumbuhan kecerdasan dan kreativitas yang luar biasa. Oleh karena itu, pendidikan anak usia dini (PAUD) memilikiperan strategis untuk membuka jalan dan cakrawala anak-anak. PAUD dapat memfasilitasi anak-anak untuk mewujudkan impiannya. Tentu saja, PAUD yang bagaimana yang dapat memfasilitasi anak-anak menjadi anak berkualitas dan berkarakter? Anak-anak yang mampu eksis dan tangguh menghadapi tantangan zaman serta mampu mengelola perubahan di zamannya.

PAUD adalah salah satu peletak fondasi, selain keluarga (baca; orangtua), dalam mendidik anak-anak. Peran strategis ini mengharuskan PAUD melakukan beberapa hal.

Pertama, penguatan sumber daya manusia pengelola PAUD, terutama guru. Guru-guru yang mengajar atau fasilitator di PAUD hendaknya memiliki kompetensi dan integritas yang bagus. Bila PAUD hanya memiliki guru-guru dengan kompetensi asal-asalan, ini akan berakibat pada proses pendidikan dan pengajarannya. Idealnya guru-guru PAUD itu bergelar S2, Kenapa? Karena, PAUD ini peletak dasar, bila fondasi sudah kokoh pada tahap selanjutnya adalah tinggal proses penguatan dan pengembangannya. Oleh karena itu, SDM yang memiliki kompetensi maksimal dan berintegritas tinggi mutlak adanya untuk membangun PAUD yang dapat mengembangkan anak-anak yang berkualitas. Seluruh komponen bangsa sedianya berupaya keras meningkatan SDM pengelola PAUD.

Kedua, menjadikan PAUD sebagai wahana atau tempat yang kondusif untuk mengembangkan kecerdasan majemuk (multiple intelegence) yang dimiliki anak-anak kita. Dalam buku Intelligence Reframed: Multiple Intelligence for The 21st Century (1999), Howard Gardner menjelaskan 9 kecerdasan yang tersimpan dalam otak manusia, antara lain: kecerdasan verbal linguistik (cerdas kata), kecerdasan logis mathematics (cerdas angka), kecerdasan visual spasial (Cerdas Gambar Warna), Kecerdasan Musical (Cerdas Music/Lagu), Kecerdasan Kinestetik (Cerdas Gerak), Kecerdasan Interpersonal (Cerdas Sosial), Kecerdasan Intrapersonal (Cerdas Diri), Kecerdasan Naturalis (Cerdas Alam) dan Kecerdasan Eksistensial (Cerdas Hakekat). Dalam kaitan ini, PAUD tidak boleh hanya menjadi tempat persemaian satu kecerdasan ini, misalnya, kecerdasan logis mathematics, tetapi beragam kecerdasan anak-anak di usia dini difaslitasi dan diberikan ruang secara maksimal.

Ketiga, menjadikan PAUD tempat menumbuhkan pendidikan karakter terutama, melalui keteladanan dan upaya yang nyata. Pendidikan berbasiskan keteladanan dimaksud bahwa para pengelola PAUD merupakan contoh nyata yang mempraktikkan karakter-karakter positif yang nantinya menjadi anutan bagi anak-anak tersebut. Adapun yang dimaksud keteladanan dengan upaya nyata, bahwa PAUD sebagai institusi praktik dalam kegiatan sehari-hari. Kemandirian, misalnya, PAUD dapat membuat sebuah usaha untuk membiayai kegiatan operasionalnya yang tidak tergantung kepada pihak lain.

Keempat, menjadikan PAUD bukan tempat tumbuhnya budaya menghukum, tetapi budaya untuk memajukan. Seringkali anak-anak kita memiliki kelambatan dalam belajar. Bukannya dia tidak cerdas maupun tidak pintar, tetapi perlu metoda khusus untuk membuat potensi kecerdasannya berkembang. Artinya, tidak memberikan vonis, mi-salnya, jika nilai matematika rendah, justru perlu dilakukan adalah tetap mendukung dan memberikan pujian, sambil mencari solusi agar anak tersebut dapat belajar matematika yang menyenangkan.


Setidaknya keempat hal dapat menjadi renungan kita semua, khususnya pengelola PAUD.Keempat hal ini diharapkan menjadi PAUD-PAUD di Tanah Air dapat dengan baik dan benar untuk memfasilitasi anak-anak di usia dini untuk mendapatkan fondasi yang kokoh dalam ilmu pengetahuan maupun karakternya tersebut. Bila pendidikan usia dini kita bermutu dan bagus, maka generasi masa depan bangsa ini akan cemerlang dan membanggakan. Mereka akan menjadi bagian penting bagi perjalanan sejarah bangsa dan negara ini untuk mewujudkan Indonesia yang maju dan bermartabat. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar