Kamis, 12 September 2013

Kemarahan kepada Ahmad Dhani

Kemarahan kepada Ahmad Dhani
Dicky Pelupessy ;    Faculty Lead Program Perlindungan Anak dalam Kedaruratan, Pusat Kajian Perlindungan Anak UI dan Kandidat Doktor Psikologi Komunitas di Victoria University Melbourne
KORAN SINDO, 12 September 2013



Berita heboh tentang Zaskia Gotik dan Vicky, mantan tunangannya, seolah tenggelam oleh peristiwa kecelakaan maut yang disebabkan mobil yang dikendarai AQJ, putra bungsu dari Ahmad Dhani. 

Selain jumlah korban jiwa yang jatuh, perhatian masyarakat begitu tersedot oleh peristiwa kecelakaan itu karena status pesohor dari Ahmad Dhani dan usia AQJ yang masih 13 tahun. Lewat kicauan di Twitter, status di Facebook, dan pendapat yang terekam di media, sebagian besar masyarakat mengekspresikan kemarahan dan kecaman kepada pihak Ahmad Dhani dan AQJ. Sebagian merujuk pada tragisnya kecelakaan yang disebabkan AQJ, sebagian lain merujuk pada tindakan Ahmad Dhani yang memfasilitasi anaknya yang di bawah umur untuk mengendarai mobil di jalan raya. 

Mengapa Marah? 

Peristiwa kecelakaan AQJ bukanlah kecelakaan lalu lintas pertama yang disebabkan atau melibatkan anak di bawah umur di negeri ini. Tidak bisa dimungkiri, Ahmad Dhani yang berstatus pesohor papan atas menjadi magnet dari perhatian yang diberikan masyarakat terhadap peristiwa kecelakaan AQJ. Sebagai orang tua, Ahmad Dhanilah yang disorot menyangkut usia AQJ yang belum memenuhi syarat legal untuk mengendarai mobil. 

Ahmad Dhanilah yang dianggap sebagai sumber penyebab kecelakaan maut itu karena membelikan mobil dan membolehkan anaknya mengendarainya meski belum cukup umur. Ahmad Dhani dinilai tidak menjalankan dengan baik tanggung jawabnya sebagai orang tua. Kecelakaan tragis yang dialami AQJ terjadi akibat mobil yang dikemudikan AQJ menerjang dua kendaraan lain. Namun kemarahan masyarakat lebih tertuju kepada Ahmad Dhani sebagai orang tua daripada AQJ. Di satu sisi, hal ini menunjukkan usaha masyarakat dalam mengidentifikasi penyebab sesungguhnya dari kecelakaan tersebut. 

Di sisi lain, meminjam pernyataan dari Waters (2012), hal ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki kepentingan untuk mereproduksi dirinya sendiri (an interest in reproducing itself) lewat anak-anak. Kemarahan masyarakat ditujukan ke Ahmad Dhani tidaklah semata karena ia dianggap sebagai sumber kecerobohan dan pelanggaran yang terjadi, tetapi karena masyarakat melihat apa yang ingin direproduksi lewat anak-anak mereka, yaitu masyarakat yang baik, tidak terwujud. Dalam ilmu psikologi, emosi marah bisa bervalensi positif, yaitu menjadi tanda adanya perhatian besar, ataupun bervalensi negatif, yaitu tanda munculnya frustrasi. 

Kemarahan masyarakat kepada AhmadDhaniakibat peristiwa kecelakaan AQJ mengindikasikan gejala frustrasi masyarakat terhadap dirinya sendiri karena ketidakmampuan mewujudkan apa yang ingin diciptakan. Dengan kata lain, dalam peristiwa kecelakaan AQJ masyarakat sesungguhnya frustrasi terhadap gambaran atau bentuk dirinya saat ini. Saat ini cukup mudah kita temui anak-anak di bawah umur mengemudikan kendaraan bermotor di jalanan, terutama yang seringterlihat adalahyangmenggunakan sepeda motor. 

Ironisnya, kadang kala mereka juga melakukan pelanggaran lain, misalnya tidak menggunakan helm atau melanggar lampu lintas. Pelanggaran yang dilakukan anak tidak lantas menunjukkan bahwa anak adalah pelaku. Sebaliknya, anak adalah korban dari orang tua atau pengasuh di sekitarnya yang, secara sengaja atau tidak sengaja, membiarkan anak melakukan pelanggaran. Para orang tua memfasilitasi dan membiarkan anak menggunakan kendaraan bermotor, sedangkan sebagai pengguna lalu lintas para orang dewasa sering kali tidak bisa berbuat apa-apa selain mendiamkan. 

Pada saat yang bersamaan, aparat kerap lemah untuk menegakkan peraturan lalu lintas. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi kerap tidak ditindak atau ditindak secara diskriminatif oleh aparat penegak hukum karena berbagai macam alasan. Pada akhirnya, semakin kita menyaksikan pelanggaran yang tidak ditindak atau ditindak secara diskriminatif itulah semakin kita frustrasi.

 Selain akibat frustrasi terhadap gambaran atau bentuk dirinya saat ini, kemarahan masyarakat yang tumpah di media massa dan media sosial juga menunjukkan gejala kepanikan moral (moral panic). Menurut Davis dan Bourhill (1997), kepanikan moral terjadi saat publik memersepsikan hukum gagal menjaga anak untuk tidak melakukan pelanggaran dan tidak menjadi ancaman bagi ketertiban sosial. Peristiwa kecelakaan AQJ menunjukkan bahwa akibat hukum yang bisa dimanipulasi atau dilanggar oleh orang tua dan anak sebelum terjadinya kecelakaan telah menyebabkan anak menjadi ancaman bagi ketertiban sosial. 

Kondisi ini terjadi bukan karena anak yang berkehendak untuk mengacaukan ketertiban sosial, tetapi karena hukum yang lemah akibat penegakan hukum yang juga lemah. Hukum yang bisa dimanipulasi atau dilanggar dengan enteng telah membuat anak (dipaksa) ikut menghancurkan kodekode moral masyarakatnya. Kalau kita berandai-andai, peristiwa kecelakaan maut yang melibatkan AQJ dapat dihindari apabila hukum dapat mencegah AQJ melakukan pelanggaran. 

Kepentingan Terbaik bagi Anak 

Apabila melanggar hukum, seorang anak dapat dihukum. Tapi menyelesaikan pelanggaran hukum yang melibatkan anak bukan semata menggunakan pendekatan legalistis yang bertujuan menghukum anak. 

Anak bukan semata konstruksi atau kenyataan bersifat legal, melainkan juga konstruksi sosial, kultural, dan psikologis. Perlakuan kepada anak saat anak melanggar atau berkonflik dengan hukum harus berpegang pada prinsip dasar “kepentingan terbaik bagi anak”, yaitu seorang anak harus tetap dijamin hak-haknya untuk hidup, tumbuh, dan berkembang meski ia berkonflik dengan hukum. 

Peristiwa kecelakaan AQJ yang sangat menarik perhatian masyarakat akan menjadi ujian bagi aparat penegak hukum: untuk menegakkan hukum sebaik- baiknya dan membuktikan hukum tidak bisa dibeli dan tidak diskriminatif serta menerapkan hukum dengan mempertimbangkan kepentingan terbaik bagi anak. Apakah aparat penegak hukum mampu melewati ujian itu dengan baik? Mari kita lihat.  ●  

1 komentar:

  1. Ahmad Dhani - LEONIE (8D Audio)
    https://www.youtube.com/watch?v=d_Mo_RTatTs

    BalasHapus