Jumat, 13 September 2013

Ke-Indonesia-an Miss World 2013

Ke-Indonesia-an Miss World 2013
Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati  ;   Anggota Komisi I DPR
Fraksi Partai Hanura
KORAN SINDO, 13 September 2013


Miss World adalah wacana terkini yang menarik untuk dibicarakan. Menjelang dilaksanakannya event, setiap elemen masyarakat membincangkan perihal Miss World 2013. 

Event ini tiba-tiba menjadi pembincangan sakral di berbagai lapisan masyarakat. Namun menjelang event ini digelar, muncul berbagai pro dan kontra dalam penyelenggaraannya. Jika kita menyimak pembukaan perhelatan Miss World di televisi beberapa waktu lalu, ada fenomena unik dan menarik sekaligus kagum ketika kita menyaksikan, ternyata pakaian adat yang kita punyai dari 33 provinsi itu sangat indah dipakai dengan aneka warna yang dikenakan oleh para kontestan Miss World 2013. 

Secara tidak langsung, ada perasaan kagum dan terkesima pada bangsa sendiri yang ternyata memiliki keanekaragaman budaya yang dicerminkan melalui pakaian adatnya. Tentu saja hal ini menarik karena perempuan-perempuan dari negara lain dengan ”sukarela” mau mengenakan pakaian tersebut ketika ajang ini diselenggarakan di Indonesia. Rasa nasionalisme semakin meningkat ketika kita, bangga, dan menghargai apa yang kita punyai.

Selama ini perempuan-perempuan di dunia sudah terbiasa dengan memakai pakaian bikini berlenggak-lenggok di ajang Miss World, namun di Indonesia ada pemandangan lain yang paling tidak cukup menggembirakan kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Sisi apa yang membuat kita merasa mendapat kesempatan ketika ajang Miss World diselenggarakan di Indonesia? 

Mari kita cermati, selama ini ketika kita ke luar negeri yang ada dalam benak mereka tentang Indonesia dengan bertanya, Indonesia? Sebelah mana Bali ya? Tentu kita mendapat pertanyaan itu sangat prihatin ternyata orangorang di dunia lain lebih mengenal pulau Bali ketimbang Indonesia. Bahkan sangat memprihatinkan lagi ketika kita lebih dikenal sebagai negara terkorup di dunia. 

Beberapa nilai positif, ajang Miss World 2013 diselenggarakan di Indonesia. Event ini merupakan kesempatan bangsa Indonesia menunjukkan kepada dunia bahwa kita merupakan negara yang kaya akan budaya dan potensi dalam peradaban manusia. Hal ini akan membuat bangsa Indonesiadikenallebihluas, sehingga bahwa kesan Bali lebih terkenal dibandingkan Indonesia tidak lebih dominan, justru dengan ajang ini ingin membuktikan kepada dunia luar bahwa Bali merupakan salah satu dari banyak tempat dan budaya yang ada di Indonesia. 

Dalam perspektif feminis, Miss World merupakan salah satu wadah bagi perempuan sebagai pihak yang selama ini mengalami subordinasi dari kaum-kaum superordinat yang masih menganggap perempuan merupakan pihak yang posisinya berada pada level tertindas. Pada ajang ini, kaum perempuan diberikan kesempatan untuk menampilkan artikulasinya. 

Dengan ajang ini, perempuan yang berasal dari aneka ragam negara dan budaya dapat mengaspirasikan suaranya untuk memperjuangkan perubahan sosial dan budaya di masyarakat yang masih memandang perempuan sebagai ”hal yang sepele” . Hal yang perlu menjadi titik pandang adalah langkah awal kita memperkenalkan kepada dunia bisa dilakukan melalui simbolisasi dengan memperkenalkan tatanan budaya yang ada di Indonesia. 

Dalam teori komunikasi, kita mengenal teori interaksi simbolik. Teori ini menekankan bahwa interaksi manusia dalam pergaulan bisa dilakukan melalui sebuah presentasi diri melalui simbol-simbol yang akan mencirikan simbol tersebut menjadi sebuah ciri untuk membina hubungan dengan manusia lainnya. Dalam konteks Miss World, penunjukan simbol-simbol kepada dunia tentang Indonesia coba diusung oleh penyelenggara dalam memberikan gambaran tentang Indonesia yang lebih utuh. 

Kesempatan untuk mempresentasikan diri kepada dunia tentang siapa diri kita melalui ajang Miss Worldmerupakan upaya yang patut diapresiasi, sepanjang ajang ini tetap menghargai budaya yang ada di Indonesia. Pertimbangan kearifan lokal tentu saja dikedepankan faktor ciri khas perempuan Indonesia tak bisa di pudarkan hanya karena citra Miss World yang selama ini negatif. 

Menerjemahkan event ini dalam konteks keindonesiaan dalam hal ini harus dilihat secara utuh, citra negatif tentang penyelenggaraan Miss World mesti dibarengi dengan bagaimana kegiatan ini dikemas oleh penyelenggara. Muatan-muatan budaya Indonesia bisa disusupkan melalui ajang ini, kondisi riil memperkenalkan masyarakat Indonesia seutuhnya bisa memanfaatkan ajang ini. 

Jika dikaji secara mendalam, tampaknya event ini bukan sekadar event untuk mempertontonkan diri kaum perempuan secara fisik, tapi perempuan justru diangkat secara utuh dalam arti perempuan yang ikut terlibat adalah mereka-mereka yang terpilih secara fisik dan intelektual. Mereka di uji kepekaan sosialnya, diasah pemikiran intelektualnya, dan digali potensi keterampilannya. 

Oleh karena itu, kita tidak bisa melihat masalah ini hanya dari satu sisi secara sempit. Tapi kita harus melihat dalam konteks luas. Namun, tentu saja penyelenggaraan ini harus mengedepankan norma-norma yang berlaku di negara kita sebagai penyelenggara pada tahun ini. Sebagai tuan rumah yang baik, Indonesia harus tetap menghargai kehadiran ”tamu-tamu” asing yang justru antusias memberi kesempatan kepada bangsa ini untuk menunjukkan diri sebagai bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan alam yang memesona. 

Hal yang harus kita lakukan adalah memberikan kesan kepada bangsa-bangsa lain bahwa bangsa kita adalah bangsa yang memiliki adab dan norma, menghargai kaum perempuan untuk mengekspresikan dirinya sesuai dengan budaya dan norma yang selalu dijunjung tinggi oleh bangsa kita. Tantangan bagi peserta Miss World terutama dari Indonesia, bagaimana mereka mampu menunjukkan bahwa mereka muncul tidak secara parsial dan hanya dilihat sebagai objek, namun lebih pada bagaimana mereka merupakan bagian dari perempuan-perempuan cerdas dan kreatif yang mengedepankan personality yang utuh. 

Oleh karena itu, kesan yang harus dimunculkan dalam penyelenggaraan kegiatan ini adalah menepis kekhawatiran berbagai pihak bahwa ajang ini akan melunturkan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Justru dengan ajang ini merupakan tantangan untuk menunjukkan bahwa kekhawatiran itu tidak perlu diperbesar. Bagaimana hal ini bisa dilakukan? Rangkaian kegiatan ini bisa dikemas dengan menonjolkan sisi keindonesiaan, dalam arti bahwa kita perlu lebih komprehensif menampilkan sosok-sosok perempuan Indonesia yang memang memiliki ciri khas di banding negara-negara lain. 

Selain itu, kita juga bisa menunjukkan secara lebih luas nilai-nilai ketimuran kita yang tetap akan menjadi jati diri bangsa. Para pendahulu bangsa kita amat menyadari bahwa keanekaragaman budaya bangsa ini pada dasarnya menjadi satu kebanggaan, tentu akan lebih bangga lagi jika filosofi ini lebih dikenal di mancanegara melalui Miss World 2013. Harapan kita sebagai bangsa yang berbudaya tentu ajang ini akan memberikan peluang positif dalam memperbaiki citra bangsa ini di ajang internasional. 

Tanpa mengesampingkan hal-hal yang mungkin akan menjadi kekurangan dalam ajang ini, tentu saja bisa diperbaiki dengan konsep yang mengedepankan keluhuran budaya dan nasionalisme Indonesia. Sebagai sebuah upaya anak bangsa yang ingin berniat baik untuk mengangkat negeri ini pada kancah internasional sekali lagi kita perlu melihat sejauh mana pembuktian pentingnya momen ini bagi bangsa Indonesia menjadi harapan semua pihak. ●  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar