Sabtu, 21 September 2013

Biaya Ritual Ibadah Haji

Biaya Ritual Ibadah Haji
Hamli Syaifullah ;  Peneliti di Islamic Banking FAI-UMJ
SUARA KARYA, 20 September 2013


Haji merupakan salah satu ibadah yang memerlukan pengorbanan meliputi fisik, psikis, ekonomi, dan bahkan nyawa pun apabila dikehendaki oleh-Nya akan dikorbankan di tanah suci. Pengorbanan itu lebih besar ketimbang ibadah lainnya. Karenanya, tidak semua orang bisa menjalankan ibadah ini kecuali orang-orang yang ikhlas yang berani memutuskan melakukan ibadah haji.

Di antara pengorbanan tersebut, ekonomi/finansial merupakan pengorbanan dominan. Biaya untuk menunaikan ibadah haji saat ini berpuluh-puluh juta rupiah. Menurut situs Sekretaris Negara, biaya ibadah haji 2013 yang telah disepakati oleh Kementerian Agama dan Komisi VIII Bidang Agama DPR, sebesar Rp 33.859.200,00 atau 3,527 dolar AS.

Selain besarnya ongkos yang harus dikeluarkan, seseorang yang akan menunaikan haji harus pula membiayai keperluan keluarga di rumah. Biaya itu, disiapkan untuk orang-orang yang akan ditinggalkan di rumah seperti anak dan orang tua yang menjadi tanggungan. Bekal itu, juga untuk segala bekal yang berkenaan acara ritual pemberangkatan, dan penjemputan.

Biaya diluar ONH ini, menggandakan biaya seseorang untuk melaksanakan ibadah haji. Sehingga kadangkala membuat orang berpikir dua kali, ketika hendak menunaikan ibadah haji.
Jika demikian, bagaimana kalau dana selain yang telah ditetapkan oleh Kementerian Agama dan DPR dipangkas saja. Sehingga menjadikan haji lebih murah dan efisien, dan tidak nampak glamor dan mubazir. Selain itu, pemangkasan dana tersebut bisa dialokasikan untuk ibadah sosial lainnya seperti membiayai anak yatim sekolah, diberikan kepada anak-anak miskin untuk melanjutkan kuliah, atau untuk pembangunan masjid dan prasarana sosial lainnya.Karena pemangkasan seperti ini, akan nampak efektif dan lebih bermanfaat untuk kemaslahatan orang banyak.

Beberapa rentetan ritual haji yang akan menelan biaya banyak seperti tasyakuran sebelum dan sesudah pemberangkatan haji, tahlilan di rumah hingga jamaah kembali, dan pemberian oleh-oleh yang seolah-olah sebagai ajang memamerkan diri. Estimasi biaya yang akan dihabiskan, tentu akan lebih banyak dari pada pembelian Ongkos Naik Haji. Inilah sebabnya mengapa sangat dianjurkan agar "ritual-ritual" yang kurang penting ini ditiadakan saja, agar tidak ada kemubaziran dana yang akan dikeluarkan.

Mengubah Tradisi

Sebenarnya ibadah haji merupakan salah satu ibadah yang simpel dan tidak terlalu banyak memakan biaya. Jika biaya yang harus dikeluarkan hanya biaya yang berkenaan dengan ongkos naik haji. Sedangkan yang membuat biaya haji mahal berasal dari ritual tradisi yang telah mengakar kuat di Indonesia. Ritual tradisi seperti itu, seperti tasyakuran mengundang sanak keluarga sebelum dan sesudah pelaksanaan haji, tahlilan di rumah orang yang pergi haji selama berhaji, oleh-oleh yang banyak, hingga yang lain-lainnya.

Oleh karena itu, dibutuhkan keberanian untuk mengubah tradisi ini. Sehingga ibadah haji yang semula merupakan ibadah yang inklusif, berubah menjadi ibadah yang ekslusif dengan adanya biaya-biaya tak terduga. Inilah mengapa ada pemikiran dan usulan agar ada keberanian untuk mengubah tradisi seperti ini.

Selain itu, tradisi seperti ini sangat rentan menghilangkan keikhlasan orang yang akan naik haji. Hal ini ditakutkan ketika banyak pujian datang kepadanya, syetan akan mengganggu keikhlasannya. Sehingga haji yang semula diniatkan karena Allah SWT, akan berubah menjadi haji untuk mencari pamor dan pujian dari masyarakat. Jika keikhlasan ibadah haji berubah, maka ibadah yang dilakukan tidak akan bernilai di sisi-Nya.

Haji Mabrur

Harapan semua jama'ah haji hanya satu, yaitu mendapatkan haji mabrur dari Allah SWT. Haji mabrur hanya akan diperoleh oleh hamba Allah yang beriman dan bertakwa. Keimanan dan ketakwaan yang dimilikinya, tentu akan mendatangkan keberkahan dari Allah SWT. Keberkahan tersebut akan dapat dirasakan oleh dirinya dalam tiga hal.

Pertama, keberkahan makanan. Seorang haji mabrur akan mampu mendeteksi mana makanan yang halal dana mana yang haram, entah halal/haram dari zatnya ataupun cara mendapatkannya. Dirinya tidak akan berani untuk memasukkan makanan yang haram ke dalam perutnya dan juga perut keluarganya.
Kedua, keberkahan keturunan. Seorang haji mabrur akan mendapatkan keberkahan keturunan. Artinya bahwa, setelah dirinya pulang dari tanah suci Mekkah, dirinya akan benar-benar mendidik keturunannya menjadi keturunan yang saleh dan salehah. Keturunan yang saleh, tidak hanya mendatangkan keberkahan ketika masih hidup, akan tetapi ia akan menjadi investasi pahala yang akan terus mengalir kepada orang tuanya.

Ketiga, keberkahan waktu. Waktu yang dimilikinya akan mendatangkan keberkahan. Karena dirinya mampu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk kebaikan. Beberapa kebaikan tersebut seperti mengisi hidup dengan iman, amal saleh, saling nasehat menasehati, dan terus belajar untuk menambah pengetahuan agamanya. Sehingga kualitas ibadah kepada Allah akan semakin bertambah.


Keberkahan seperti itulah yang akan diperoleh oleh jama'ah haji yang memperoleh predikat haji mabrur. Semoga saudara-saudara kita yang berangkat haji tahun ini, mendapatkan haji mabrur yang barokah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar