Kamis, 24 Mei 2012

Suara Minor Ketegangan Iran-Israel


Suara Minor Ketegangan Iran-Israel
Bernando J Sujibto ; Peneliti Isu-Isu Kekerasan dan Peace Studies
di Peace Generation Yogyakarta
SUMBER :  SUARA KARYA, 24 Mei 2012


Di tengah ketegangan antara Iran dan Israel yang sama-sama ngotot menebar ancaman untuk berperang, ternyata ada pemandangan sebaliknya yang ditunjukkan oleh rakyat kedua negara yang sama-sama menginginkan perdamaian. Gerakan yang mereka bangun ditunjukkan lewat media jejaring sosial Facebook, yang baru-baru ini sangat ramai di media-media besar seantero dunia. Meskipun gerakan ini masih menjadi suara minor di tengah dua negara tersebut, khususnya di tingkat pemerintahan, namun suara akar rumput ini bisa menjadi salah satu jalan untuk menempuh perdamaian sebelum terjadi perang.

Gerakan ini dipelopori oleh seorang disainer grafis Israel yang tinggal di Tel Aviv bernama Ronny Edry. Dia membuat Facebook page yang bisa di-like dengan tulisan Israel Loves Iran Campaign. Disain foto akun tersebut memuat tulisan, Iranians, we will never bomb your country. We love you.

Menurut pengaduan Edry, seperti dirilis oleh The New Yorker (23/03/2012), dirinya diledek oleh teman-temannya karena jarang sekali ada kata "damai dan cinta" di Timur Tengah, khususnya ketika Israel dan Iran bersitegang, sebagai dua negara yang sama-sama ditengarai mengembangkan senjata nuklir. Karena, sejauh ini, dua negara ini sama-sama kuat secara politik dan peralatan perangnya. Jaringan dan kerja sama internasionalnya pun sama-sama kuat.

Di belakang Iran berdiri Rusia dan China, atau mungkin sebagian negara Arab seperti Turki. Sementara di belakang Israel, ada Amerika, Perancis dan Inggris meski mereka belum secara nyata mendukung tindakan sepihak Israel dengan jalan perang. Namun, jika perang benar-benar terjadi, tengarai sebagai perang dunia ketiga bisa saja tercipta yang akan dilakoni oleh Iran dan Israel.

Sungguh mengejutkan ketika dalam 48 jam kemudian, di media yang sama, rakyat Iran bernama Majid, seorang arsitek berusia 34 tahun, yang tidak mau menunjukkan nama lengkapnya karena berdalih demi keamanan dirinya, menerbitkan kampanye yang serupa: Iran-Loves-Israel Campaign dengan pesan balasan: Our main aim is introducing the Iranians to the Israelis and the Israelis to the Iranians.

Ketika ditelisik lebih dalam, Majid menjelaskan bahwa meski pemimpin mereka (Israel dan Iran) sama-sama mengancam perang dan bom, sebenarnya kami sudah membombardir diri kami masing-masing (rakyat Iran dan Israel) dengan cinta dan damai. Sambutan dan jawaban positif dari rakyat Iran ini tentu memberikan keyakinan tentang gerakan peace-people power yang bisa didengungkan secara lebih luas ke publik internasional.

Dari kasus itu, kita bisa mendengar suara hati rakyat jelata suatu bangsa (baik Iran ataupun Israel) yang sama-sama mendambakan perdamaian. Mereka sadar perang dewasa ini hanya menjadi komoditas kepentingan para petinggi negara yang menjalankan kebijakan tanpa ada proses dialog ke ranah rakyat dan bangsa mereka secara menyeluruh.

Jelas sekali bahwa rakyat jelata (kemanusiaan) yang akan menjadi korban pertama di balik keganasan perang. Kenyataan seperti ini tentu tidak ingin terulang di mana pun. Lihat, misalnya, bagaimana rakyat Irak, Afghanistan ataupun Palestina yang hingga hari ini masih terus terluntang-lantung membangun negeri mereka di tengah ancaman kekerasan dan konflik yang belum selesai.

Sebelum jalan perang yang diambil, masih banyak jalan lain yang bisa ditempuh oleh Israel dengan jalan mediasi dari PBB. Menurut The New Yorker, Sabtu (24/03/12), gerakan demonstrasi besar anti perang yang tak terorganisasi secara solid akan digelar oleh rakyat Israel menentang keputusan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang sudah bulat menandatanngani keputusan untuk menyerang Iran.

Edry secara tegas ingin mengatakan bahwa gerakan yang dibuat itu untuk menunjukkan kepada dunia bahwa rakyat Israel dan Iran masih ada yang peduli terhadap perdamaian. Upaya yang dilakukan Edry sangat tepat karena dia berasal dari Israel di mana pemerintah mereka sudah bulat ingin membombardir Iran. Jika jalan perdamaian yang mucul dari rakyat kecil macam dirinya lebih banyak dan masif, bukan tidak mungkin kebijakan perang bisa dipertimbangkan ulang oleh pemimpin mereka.

Kedua aktivis ini sama-sama belum bisa menunjukkan dirinya secara gamblang ke publik. Hanya Edry yang mulai berani tampil di jaringan televisi dengan meminta secara langsung donasi dan dukungan dari semua pihak. Gerakan ini di Israel mulai menjadi semacam fenomena kultural dengan kemunculan Edry di media. Sementara dari pihak Iran, Majid, gerakannya masih sembunyi-sembunyi dan bahkan terlihat ketakutan. Majid masih takut terhadap tuduhan-tuduhan (recriminations) yang bisa datang dari pemerintah mereka.

Namun begitu, jika gerakan ini cepat kita respon secara positif di seantero dunia, keyakinan kedua penggerak pecinta perdamaian dari Israel dan Iran itu akan segera tumbuh dan mereka akan merasa tidak berjalan sendirian. Peran media jejering sosial seperti FB harus kita manfaatkan demi menyelamatkan nyawa kemanusiaan yang akan sia-sia terbuang jika genderang perang benar-benar ditabuh oleh kedua negara.

Meski ini hanya sebatas gerakan di FB, namun bukan tidak mungkin ini akan menjadi gerakan mainstream yang bisa menggerakkan rakyat kedua negara dan tentu dukungan publik internasional sangat dibutuhkan. Dalam laporan tahunan Institute for Economics and Peace (2010) berjudul Measuring Peace in Media, peran media sangat signifikan dalam upaya mendukung terciptanya perdamaian.

Intinya, partisipasi masyarakat global dalam memberikan sikap terhadap isu-isu tentang perdamaian akan mempengaruhi kesadaran terhadap kebijakan dan respon pemerintah. Semoga ini menjadi gerakan yang disambut positif oleh publik internasional demi mewujudkan perdamaian di muka bumi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar