Kamis, 17 Mei 2012

Standardisasi Singkatan Nama Geografi


Standardisasi Singkatan Nama Geografi
Victor Sihite ;  Wartawan Senior, Pengamat Bahasa
SUMBER :  SINAR HARAPAN, 15 Mei 2012


Badan Standardisasi Nasional (BSN) menjanjikan akan meluncurkan singkatan nama kota di seluruh Indonesia dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). “Tujuannya untuk menyeragamkan dan memudahkan pencantuman nama kota, misalnya di bandara-bandara dan di instansi terkait,” kata Kepala BSN Bambang Setiadi, baru-baru ini.
Walau terkesan “ketinggalan kereta” sehingga terjadi perkembangan yang semau gue selama ini, langkah ini patut disambut baik (yang lebih penting: dituruti).

Singkatan nama kota memang sesuatu yang lazim. Seluruh negara bagian di Amerika Serikat memiliki singkatan yang bentuknya seragam. CA untuk California, AL untuk Alabama, FL untuk Florida, NY untuk New York, dan seterusnya.

Di Indonesia, menurut BSN, akan dikenal singkatan-singkatan seperti YYK untuk Yogyakarta, TAB untuk Tabanan, SBY untuk Surabaya, dan seterusnya. Semua tiga huruf besar untuk kota. Tetapi ini agak membingungkan, kenapa untuk Kota Jakarta singkatannya ID-JK?

Semoga BSN tidak berhenti sampai di situ, tetapi juga menyeragamkan singkatan bagi tempat-tempat seperti pelabuhan dan nama jalan. Ini perlu, selain demi keseragaman, estetika dan kaidah, juga untuk menghindari hal-hal lain yang juga penting.

Contoh, suatu hari penulis hendak mengunjungi sebuah kantor di Jalan Yusuf Martadilaga di Serang. Apa yang terjadi? Pengemudi ojek tidak tahu alamat itu, begitu pula sejumlah pengatur parkir, pun polisi yang penulis tanyai. Wah repot juga, sedangkan waktu pertemuan sudah mepet.

Beruntung ada nomor telepon alamat yang dituju. Ketika dihubungi, karyawan kantor itu menyarankan untuk menyebutkan “daerah Yumaga”. Benar saja, pengemudi ojek tahu itu.

Rupanya Yusuf Martadilaga telah disingkat menjadi Yumaga. Alamak…nama pejuang kemerdekaan disingkat-singkat orang seenaknya. Dalam hati penulis bergumam, apa keluarga tokoh itu tidak marah?

Hal yang sama berlaku untuk Otista, nama sebuah jalan di Jakarta Timur. Nama jalan itu digunakan untuk mengabadikan nama tokoh dari Jawa Barat: Oto Iskandardinata.

Akhir-akhir ini, banyak juga orang malas dan menyingkat nama Bandara Soekarno-Hatta menjadi Soetta. Ya ampun, seenaknya saja menyingkat nama orang tanpa kaidah yang jelas. Kalau memakai kaidah, tentu bukan begitu cara menyingkatnya. Yang umum berlaku, singkatan hendaknya memakai awal kata seperti yang dilakukan di Amerika sana umpamanya. CA untuk California, NY untuk New York. Upaya coba-coba memopulerkan singkatan yang ngawur itu tercetak pula di sejumlah surat kabar. Jadi, ada juga wartawan yang ikut-ikut mencederai nama proklamator kemerdekaan itu. Ini sangat disayangkan.

Ada pula singkatan nama wilayah yang sering membuat orang yang peka akan kebahasaan bergidik, yakni Jabodetabekpunjur untuk menggabungkan nama tujuh tempat: Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur. Kok, begitu?

Mau melihat betapa singkatan ini tidak taat kaidah? Jakarta kan provinsi, kok disetarakan dengan kota atau kabupaten. Enam nama mengambil suku kata awal, tetapi tiba-tiba yang ketujuh memakai suku kata akhir. Selain itu, tiga nama terakhir menggunakan tiga huruf, sedangkan yang di depannya masing-masing dua huruf. Tidak konsisten. Selain itu, Tangerang sekarang dipecah menjadi tiga wilayah: Kota Tangerang, Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang. Lantas yang mana masuk ke Jabodetabekpunjur?

Instansi-instansi yang peduli, tolonglah turun tangan agar hal-hal seperti ini tidak dibiarkan berkembang liar. Ini perlu agar bangsa kita tidak dicap sebagai bangsa yang sembarangan, tak mengindahkan kaidah. Bahasa mencerminkan identitas bangsa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar