Standardisasi
Singkatan Nama Geografi
Victor
Sihite ; Wartawan
Senior, Pengamat Bahasa
SUMBER : SINAR
HARAPAN, 15 Mei 2012
Badan
Standardisasi Nasional (BSN) menjanjikan akan meluncurkan singkatan nama kota
di seluruh Indonesia dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). “Tujuannya untuk
menyeragamkan dan memudahkan pencantuman nama kota, misalnya di bandara-bandara
dan di instansi terkait,” kata Kepala BSN Bambang Setiadi, baru-baru ini.
Walau
terkesan “ketinggalan kereta” sehingga terjadi perkembangan yang semau gue selama
ini, langkah ini patut disambut baik (yang lebih penting: dituruti).
Singkatan
nama kota memang sesuatu yang lazim. Seluruh negara bagian di Amerika Serikat
memiliki singkatan yang bentuknya seragam. CA untuk California, AL untuk
Alabama, FL untuk Florida, NY untuk New York, dan seterusnya.
Di
Indonesia, menurut BSN, akan dikenal singkatan-singkatan seperti YYK untuk
Yogyakarta, TAB untuk Tabanan, SBY untuk Surabaya, dan seterusnya. Semua tiga
huruf besar untuk kota. Tetapi ini agak membingungkan, kenapa untuk Kota
Jakarta singkatannya ID-JK?
Semoga
BSN tidak berhenti sampai di situ, tetapi juga menyeragamkan singkatan bagi
tempat-tempat seperti pelabuhan dan nama jalan. Ini perlu, selain demi
keseragaman, estetika dan kaidah, juga untuk menghindari hal-hal lain yang juga
penting.
Contoh,
suatu hari penulis hendak mengunjungi sebuah kantor di Jalan Yusuf Martadilaga
di Serang. Apa yang terjadi? Pengemudi ojek tidak tahu alamat itu, begitu pula
sejumlah pengatur parkir, pun polisi yang penulis tanyai. Wah repot juga,
sedangkan waktu pertemuan sudah mepet.
Beruntung
ada nomor telepon alamat yang dituju. Ketika dihubungi, karyawan kantor itu
menyarankan untuk menyebutkan “daerah Yumaga”. Benar saja, pengemudi ojek tahu
itu.
Rupanya
Yusuf Martadilaga telah disingkat menjadi Yumaga. Alamak…nama pejuang
kemerdekaan disingkat-singkat orang seenaknya. Dalam hati penulis bergumam, apa
keluarga tokoh itu tidak marah?
Hal
yang sama berlaku untuk Otista, nama sebuah jalan di Jakarta Timur. Nama jalan
itu digunakan untuk mengabadikan nama tokoh dari Jawa Barat: Oto
Iskandardinata.
Akhir-akhir
ini, banyak juga orang malas dan menyingkat nama Bandara Soekarno-Hatta menjadi
Soetta. Ya ampun, seenaknya saja menyingkat nama orang tanpa kaidah yang jelas.
Kalau memakai kaidah, tentu bukan begitu cara menyingkatnya. Yang umum berlaku,
singkatan hendaknya memakai awal kata seperti yang dilakukan di Amerika sana
umpamanya. CA untuk California, NY untuk New York. Upaya coba-coba memopulerkan
singkatan yang ngawur itu tercetak pula di sejumlah surat kabar. Jadi, ada juga
wartawan yang ikut-ikut mencederai nama proklamator kemerdekaan itu. Ini sangat
disayangkan.
Ada
pula singkatan nama wilayah yang sering membuat orang yang peka akan kebahasaan
bergidik, yakni Jabodetabekpunjur untuk menggabungkan nama tujuh tempat:
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur. Kok, begitu?
Mau
melihat betapa singkatan ini tidak taat kaidah? Jakarta kan provinsi, kok disetarakan
dengan kota atau kabupaten. Enam nama mengambil suku kata awal, tetapi
tiba-tiba yang ketujuh memakai suku kata akhir. Selain itu, tiga nama terakhir
menggunakan tiga huruf, sedangkan yang di depannya masing-masing dua huruf.
Tidak konsisten. Selain itu, Tangerang sekarang dipecah menjadi tiga wilayah:
Kota Tangerang, Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang. Lantas yang mana
masuk ke Jabodetabekpunjur?
Instansi-instansi
yang peduli, tolonglah turun tangan agar hal-hal seperti ini tidak dibiarkan
berkembang liar. Ini perlu agar bangsa kita tidak dicap sebagai bangsa yang
sembarangan, tak mengindahkan kaidah. Bahasa mencerminkan identitas bangsa. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar