Rusia Baru di Tangan Presiden Lama
Djauhari Oratmangun; Dubes RI untuk Rusia dan Belarus
SUMBER : KOMPAS, 08
Mei 2012
Vladimir Putin resmi presiden baru Federasi
Rusia untuk enam tahun ke depan. Inilah jabatan ketiga sebagai presiden baginya
setelah diselingi jabatan perdana menteri.
Bila Putin terpilih kembali sesuai dengan
konstitusi baru, ditambah setahun sebagai pejabat presiden mengganti Boris
Yeltsin, mantan petinggi KGB ini akan seperempat abad berada di pucuk kekuasaan
Rusia.
Putin dalam pertaekwondoan politik domestik
Rusia memang sebuah fenomena. Dalam batasan tertentu ia bisa disandingkan
dengan tsar paling terkenal: Peter Agung. Berkat Putin, kebanggaan kebangsaan
Rusia yang sempat terpuruk sejak Uni Soviet pecah dibangun kembali. Di tangan
pria yang mahal senyum itu, masyarakat Rusia menyadari bahwa kapitalisme telah
merangsek negerinya secara membabi buta. Bersama Putin kini masa depan Rusia
dipertaruhkan.
Rusia Baru
Setelah hampir 15 tahun di pucuk kekuasaan,
kini Putin sang pembaru menghadapi peningkatan kesenjangan si kaya dan si
miskin yang mendorong kenaikan kriminalitas, korupsi yang cukup
mengkhawatirkan, dan instabilitas di sejumlah wilayah.
Dalam konstelasi internasional, Rusia
dihadapkan pada kenyataan: perubahan radikal ekonomi, pencapaian teknologi
tinggi yang sangat cepat, serta perebutan kekuasaan dan pengaruh yang demikian
akut. Dalam keadaan seperti ini, hanya bangsa yang sangat unggul dengan
pemimpin yang visioner dan kuat yang dapat tetap eksis menjaga jati diri dan
pengaruhnya.
Dus, tugas utama Putin tentulah membangun
ekonomi baru yang stabil dan mampu menunjukkan pertumbuhan kualitatif dalam
konteks persaingan yang sehat, sekaligus siap menghadapi segala bentuk
goncangan. Rusia perlu menciptakan sistem makroekonomi, keuangan, teknologi,
dan pertahanan yang lebih baik sebab abad ke-21 merupakan era kebangkitan pusat
geopolitik, keuangan, dan peradaban baru.
Rusia di bawah Putin bisa dipastikan akan
meneruskan bahkan memperbaiki kebijakan lama yang mencoba memperkuat posisinya
di tingkat internasional. Perannya yang kentara di PBB, khususnya sebagai
pemegang hak veto, tak akan disia-siakan. Lebih dari satu dasawarsa kebijakan
luar negeri Rusia konsisten: mitra setara bagi Barat.
Sejalan dengan belum ”mesranya” hubungan
dengan Barat dalam berbagai hal, Rusia akan mulai berpaling ke wilayah Timur
Jauh. Rusia melihat Asia Pasifik sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi baru
dengan pembangunan ekonomi yang lincah dan penuh dengan berbagai potensi kerja
sama.
Komitmen Rusia mengembangkan hubungannya
dengan Asia Pasifik, khususnya Asia Timur, juga tecermin dengan keputusannya
bergabung dalam East Asia Summit pada saat Indonesia Ketua ASEAN 2011 dan
menetapkan Vladivostok, kota di timur jauh Rusia yang berbatasan dengan wilayah
Asia, sebagai tempat pelaksanaan KTT APEC pada September 2012.
Dalam wawancara dengan Moskovskiye Novosti,
27 Februari 2012, Putin secara kategoris menyatakan bahwa Rusia adalah bagian dari
dunia yang lebih besar apabila berbicara mengenai ekonomi, liputan media, dan
pengembangan kebudayaan. Rusia baru tak ingin mengisolasikan di- ri dan
berharap bahwa keterbu- kaan Rusia dapat menghasilkan standar hidup yang lebih
baik bagi rakyat Rusia dengan kebudayaan yang lebih beragam.
Putin juga menyatakan bahwa Rusia akan
berupaya semaksimal mungkin memastikan rakyatnya mencapai manfaat yang
dihasilkan dari kemajuan iptek tinggi. Ia juga akan terus membantu para
wirausaha mendapat tempat yang sesuai di pasar global. Putin menjamin Rusia
baru akan menuju sebuah tatanan dunia baru yang dapat memenuhi kebutuhan
realitas geopolitis saat ini dan dapat berkembang mulus tanpa pergolakan yang
tak perlu.
Kebijakan luar negeri Rusia baru akan
bersifat strategis dan tidak berdasarkan pertimbangan oportunistik: tetap
merefleksikan peran unik Rusia dalam peta politik dunia dan peran di dalam
sejarah dan pengembangan peradaban. Rusia akan terus berupaya membangun diri
secara konstruktif meningkatkan keamanan global, menolak konfrontasi, dan
berbagai tantangan, seperti proliferasi senjata nuklir, konflik dan krisis
regional, terorisme, dan penyelundupan ilegal obat bius.
Memang sejauh ini masih ada yang sinis
terhadap aneka keberhasilan Pemerintah Rusia dibawah kendali Putin sebab secara
riil telah ”menajamkan lagi taringnya” sebagai salah satu kekuatan global.
Putin sadar betul bahwa kesejahteraan rakyat, mengejar ketertinggalan dalam
bidang teknologi, serta perluasan pengaruh di berbagai belahan dunia merupakan
kebutuhan sebuah negara besar seperti Rusia.
Rusia dan Indonesia
Vis-à-vis hubungan bilateral dengan
Indonesia, kerja sama di antara keduanya akan terus berkembang dinamis.
Indonesia dan Rusia adalah ”sahabat lama era baru” yang memiliki hubungan historis
dan emosi yang kuat. Meskipun sempat mengalami pasang surut, hubungan keduanya
semakin menguat dan ke depannya terdapat berbagai bidang kerja sama potensial.
Indonesia dan Rusia juga memiliki kemiripan prinsip dalam keputusan kebijakan
yang dilatarbelakangi berbagai keserupaan pluralisme.
Rusia dan Indonesia samasama menjunjung
tinggi peran PBB menyelesaikan berbagai konflik internasional, menolak
intervensi urusan dalam negeri negara lain, dan mendorong penyelesaian damai
dari berbagai konflik global. Ke depan, diperkirakan hubungan kerja sama
politik dan keamanan bilateral, regional, dan multilateral akan kian kuat
sehingga dapat berkontribusi aktif dalam berbagai penyelesaian masalah yang
ada.
Sangat diyakini bahwa kedudukan sebagai
”mitra strategis” dan juga sahabat akan dimanfaatkan untuk memberi manfaat
ekonomi bagi rakyat kedua bangsa. Selamat datang kembali Presiden Putin untuk
Rusia yang baru. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar