Rabu, 16 Mei 2012

Rekayasa Perubahan Sosial

Rekayasa Perubahan Sosial
Mulyono D Prawiro ;  Dosen Pascasarjana
dan Anggota Senat Universitas Satyagama, Jakarta
SUMBER :  SUARA KARYA, 15 Mei 2012


Indonesia sebenarnya telah mengalami perubahan yang luar biasa, terutama terkait dengan masalah sosial dan perilaku masyakarat. Perubahan terus terjadi, baik itu dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam berbagai bidang yang menyangkut kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun, apakah perubahan tersebut bisa datang dengan sendirinya, atau pernah diramalkan oleh para ahli ilmu perubahan sosial dunia?

Mungkin sebagian dari kita kurang menyadari, bahwa perubahan yang berlangsung akhir-akhir ini sungguh sangat cepat, dahsyat dan spektakuler. Lihat saja, perubahan dan perkembangan dalam bidang politik, ekonomi dan perubahan sosial kemasyarakatan. Khusus dalam perubahan sosial, pola hubungan sosial yang lama digantikan dengan yang baru dalam suatu masyarakat.

Menurut tokoh Filosof Yunani Heraclitus, sebenarnya ketidakpastian itu selalu muncul dan perubahan akan selalu terjadi. Dengan demikian, sebaiknya kita mengikuti dan tidak harus menentang.

Perubahan itu sendiri terjadi di masyarakat dan menimbulkan adanya pembagian tugas yang saling berhubungan dan saling bergantung. Itulah perubahan ke arah modernisasi. Perubahan ini bukan perubahan tehnis tetapi suatu perubahan yang sangat mendasar, luas dan menyangkut banyak orang. Atau, boleh dikatakan bahwa keperluan pribadi menjarah keperluan bersama. Teori ini pernah dikembangkan oleh Niel J Smeser, seorang tokoh sosiologi ekonomi dunia.

Pada dasarnya masyarakat pasti akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu, dan perubahan tersebut dapat diketahui dengan cara membandingkan keadaan masyarakat pada masa atau periode tertentu dengan keadaan masyarakat pada masa sebelumnya. Perubahan yang terjadi pada masyarakat pada dasarnya merupakan proses yang terus-menerus, karena masyarakat bersifat dinamis. Di dalam masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya, perubahan tidak terjadi secara bersamaan, karena setiap masyarakat ada yang mengalami perubahan secara cepat dan ada pula yang lambat. Banyak faktor ikut mempengaruhinya.

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat mencakup perubahan dalam aspek-aspek struktur masyarakat, ataupun perubahan karena terjadinya perubahan akibat faktor lingkungan, berubahnya komposisi penduduk, keadaan geografis, maupun karena berubahnya sistem hubungan sosial.

Seperti terselip dalam materi kuliah Prof Dr Haryono Suyono tentang Social Change di Program Doktor Universitas Satyagama, Jakarta, beberapa waktu lalu, bahwa sebenarnya perubahan sosial dan pola budaya, dari waktu ke waktu bisa berubah, dan perubahan itu secara teori bisa direkayasa. Seperti halnya budaya partisipasi. 

Hal ini bisa direkayasa, seperti adanya struktur sosial yang harus dibangun melalui jaringan kuat, dan hubungan unit-unit sosial. Seperti, manusia dan keluarga bisa dikembangkan dengan cara disengaja. Contoh yang paling menonjol dalam perubahan sosial dalam skala hubungan keluarga, antara lain adanya bentuk keluarga, seperti kawin, punya anak, mantu dan seterusnya.

Perubahan sosial biasanya disebabkan adanya faktor-faktor produksi, ekonomi, budaya atau kultur dan adanya perkembangan baru yang bersifat inovasi. Bila ingin menciptakan perubahan sosial dengan cara disengaja, maka yang perlu dipersiapkan adalah harus menciptakan hal-hal yang baru. Seperti halnya moderninasi. Ini termasuk menciptakan perubahan sosial yang sangat komplek dan bervariatif.

Di sini manusia merupakan sumber dari perubahan, terutama manusia-manusia, yang boleh dikatakan aneh dan berbeda dengan manusia lainnya. Mereka ini biasanya yang membuat adanya perubahan hingga mampu menggetarkan banyak orang. Yang jelas, kunci keberhasilan perubahan sosial adalah adanya kultur atau budaya, hubungan budaya manusia yang saling berhubungan terutama dengan unit-unit sosial.

Menurut Alex Inkeles, dalam membangun manusia modern diperlukan adanya ciri-ciri tertentu, antara lain keterbukaan, bebas dari pengaruh orang lain dan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Di samping itu, ciri lain manusia modern adalah mampu menghidupi diri sendiri atau mandiri, berpendidikan tinggi, mampu mengadakan kerja sama terutama dalam bidang industri dan memiliki sifat-sifat manusia perkotaan.

Kalau perubahan itu dibarengi dengan kekuatan ilmu dan teknologi, maka akan mengarah ke modernisasi. Perubahan sosial intinya harus ada struktur yang mengembangkan, lembaga, aksi dan sasaran yang dituju.

Hal yang sama juga berlaku dengan adanya pos-pos pemberdayaan keluarga (Posdaya) yang tersebar di berbagai daerah Tanah Air. Selain sebagai forum atau wadah silaturahmi antar keluarga dan masyarakat, Posdaya juga mampu mengadakan perubahan sosial dalam bentuk perilaku dan cara pandang keluarga, masyarakat dan pemerintah. Posdaya mendorong terciptanya manusia-manusia modern, yang mampu bekerja sama, bergotong-royong dan mandiri hingga membuat keluarga-keluarga bekerja keras dan berpikir cerdas.

Dalam mengembangkan Posdaya, hampir semua komponen bangsa dilibatkan, mulai dari pemerintah, perguruan tinggi, lembaga keuangan, institusi-institusi masyarakat, serta masih banyak lagi komponen yang lainnya. Berbagai komponen bangsa yang dulunya berjuang sendiri-sendiri dengan semangat ego sektoral, dalam Posdaya, semua itu mampu dipersatukan.

Dengan cara bermusyawarah, seluruh anggota dan pengurus Posdaya didorong meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk menggapai target-target pembangunan millennium (MDG's). Melalui Posdaya, perubahan sosial maha dahsyat terjadi. Masyarakat Indonesia bangkit untuk mandiri, hidup bergotong-royong, saling menghormati dan kian bangga dengan bangsanya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar