Selasa, 01 Mei 2012

Prioritas Millennium Development Goals


Prioritas Millennium Development Goals
Bjorn Lomborg, Ketua Copenhagen Consensus Center,
Guru Besar pada Copenhagen Business School
SUMBER : KORAN TEMPO, 30 April 2012


Dekade yang baru lalu ini kita telah menyaksikan kemajuan luar biasa dalam upaya menghadapi tantangan besar yang menghadang umat manusia. Lihat saja keberhasilan melawan polio di India, yang tampaknya tidak terpikirkan sepuluh tahun yang lalu. Januari yang lalu menandai setahun sudah sejak terakhir dilaporkannya kasus polio di negeri itu. Atau lihat juga kemajuan yang dicapai melawan malaria: selama dekade yang lalu, jumlah kasus malaria telah turun 17 persen, dan jumlah kematian akibat malaria telah berkurang 26 persen.

Pertumbuhan populasi dan krisis ekonomi global, kemiskinan absolut-–proporsi rakyat yang hidup dengan penghasilan kurang dari US$ 1.25 sehari-–telah mengalami penurunan di setiap kawasan di dunia. Tapi sebenarnya salah satu sasaran Millennium Development Goals (MDGs) Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengurangi kemiskinan ekstrem sebesar 50 persen telah tercapai lima tahun lebih cepat dari waktu yang diperkirakan.

Baru beberapa tahun yang lalu, menyunat laki-laki sebagai cara melawan HIV/AIDS tidak banyak dikenal orang. Sekarang, sunatan sudah direkomendasikan UNAIDS dan Organisasi Kesehatan Sedunia sebagai alat memerangi HIV/AIDS, dan lebih dari sepuluh negara di Afrika telah meningkatkan ketersediaan sarana sunatan ini. Begitu juga konsep penggunaan geo-engineering untuk merespons perubahan iklim bukan lagi fiksi ilmiah, tapi sudah masuk wilayah riset yang serius.

Sepuluh tahun terakhir ini, kita juga menyaksikan pembangunan secara global meningkat 60 persen, dan tantangan yang termuat dalam Bill Gates’s Giving Pledge telah berkembang dari konsep menjadi gerakan dengan dana yang dijanjikan sebesar paling tidak US$ 125 miliar.

Tapi, sementara dekade yang lalu merupakan dekade yang menggembirakan, ada wilayah tempat kita tidak bisa mengklaim keberhasilan. Perubahan iklim telah muncul sebagai salah satu masalah yang paling banyak dibicarakan, tapi negosiasi global mengenai masalah ini telah berantakan, dan kita sekarang ini tidak lebih dekat pada kesepakatan mengenai pengurangan emisi karbon daripada sepuluh tahun yang lalu.

Begitu juga konflik dengan kekerasan terus memakan korban yang sangat besar. Dan sementara dunia berhasil mencapai sasaran MDGs dalam penyediaan air minum yang bersih lima tahun lebih cepat, tapi penyediaan sanitasi tertinggal jauh di belakang: sepertiga populasi dunia, 2,5 miliar manusia, tidak memperoleh akses sanitasi mendasar, dan lebih dari 1 miliar manusia masih buang air besar di tempat terbuka.

Masalah lainnya telah pula muncul dan berkembang selama dekade yang lalu. Jika pola seperti sekarang ini terus berlanjut, rokok bisa merupakan penyebab kematian sebanyak 10 juta orang per tahun menjelang 2030. Sebagian besar-–kasus kematian akibat rokok--terjadi di negara berpendapatan rendah dan menengah: kita mungkin bakal menyaksikan sekitar 1 miliar kematian akibat rokok pada abad ini dibanding 100 juta orang pada abad ke-20. Serangan jantung menyebabkan kematian 13 juta orang di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah setiap tahun, lebih dari seperempat jumlah kematian seluruhnya, sedangkan faktor risikonya terus berkembang.

Bobot tantangan yang dihadapi manusia ini berubah cepat. Begitu juga pengetahuan mengenai bagaimana cara merespons tantangan itu. Para pembuat kebijakan dan para dermawan memerlukan akses informasi yang dimutakhirkan secara reguler mengenai bagaimana menggunakan dana yang terbatas itu dengan efektif.

Proyek Copenhagen Consensus yang saya pimpin merupakan mata rantai yang menghubungkan riset akademik dan analisis yang konkret yang bisa digunakan para pengambil keputusan di dunia riil. Setiap empat tahun sekali, para peneliti dan peraih Hadiah Nobel bekerja sama mengidentifikasi respons paling cerdas terhadap masalah-masalah besar yang dihadapi manusia saat ini.

Pada 2004, Copenhagen Consensus menyoroti perlu diberikannya prioritas pada upaya mengendalikan dan menangani HIV/AIDS. Lebih banyak dana dan perhatian segera dicurahkan pada upaya pencegahan dan penanganan HIV. Pada 2008, Copenhagen Consensus memusatkan perhatian para pengambil keputusan dan dermawan pada investasi di bidang penyediaan micronutrient. Penerimaan publik terhadap gagasan ini berhasil meningkatkan upaya mengurangi "kelaparan tersembunyi"-–yaitu orang-orang yang menderita karena tidak memperoleh gizi yang mereka butuhkan.

Pada Mei ini, lebih dari 30 peraih Hadiah Nobel dan para peneliti akan bekerja sama sekali lagi untuk mengidentifikasi cara paling cerdas merespons tantangan-tantangan global ini berdasarkan informasi paling akhir mengenai masalah paling alot yang dihadapi dunia saat ini.

Sejak 2008, krisis global menunjukkan semakin perlunya langkah yang menjamin belanja bantuan dan pembangunan itu digunakan dengan bijaksana, dan bisa memberikan hasil yang sebaik-baiknya. Proyek Copenhagen Consensus mengemban tugas sulit membandingkan satu prakarsa dengan prakarsa lainnya dengan menggunakan perangkat dan prinsip yang mendasar.

Pertama, sejumlah tim yang terdiri atas para ekonom ternama di dunia menulis research paper mengenai cost and benefit investasi yang akan digunakan untuk menghadapi tantangan tertentu. Perdebatan dan diskusi digalakkan dengan memastikan ada tiga makalah yang ditulis mengenai setiap topik, sehingga dapat diperoleh opini para pakar dengan cakupan yang luas. Dengan demikian, diperoleh suatu kerangka yang bisa digunakan untuk melihat seluruh biaya yang diperlukan, dengan memasukkan semua cost, benefit, dan spin-off bagi masyarakat dari dana yang terbatas dengan cara tertentu.

Semua riset ini merupakan sumbangan berharga bagi pembangunan dan kebijakan internasional. Tapi proyek ini melangkah lebih jauh. Suatu panel yang terdiri atas para ekonom terkemuka di dunia-–termasuk empat peraih Hadiah Nobel-–menguji dan membahas rekomendasi para pakar dan mengidentifikasi kemungkinan yang paling menarik. Di samping makalah riset, daftar prioritas yang disusun para peraih Hadiah Nobel memberikan masukan yang penting bagi pembuat kebijakan dan para penyumbang dana.

Sementara dekade yang lalu kita menyaksikan banyak kemajuan dan harapan, masih banyak masalah penting yang harus ditangani: malnutrisi, pendidikan, konflik antar-kelompok masyarakat, perubahan iklim, serta bencana alam, untuk menyebut sebagian dari masalah yang paling menonjol.

Tapi apakah masalah yang paling menonjol itu berarti yang harus kita tangani dengan segera? Penelitian dan daftar prioritas memaksa kita mempertimbangkan alasan prioritas yang didahulukan dan menantang kita agar menggunakan sumber daya yang terbatas untuk melakukan mana yang terbaik lebih dulu. Dan apakah yang paling baik kita lakukan lebih dulu? Itu semua akan kita ketahui pada Mei ini. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar