Rabu, 09 Mei 2012

Perdebatan Global tentang Nuklir


Perdebatan Global tentang Nuklir
Mark Canning; Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan ASEAN
SUMBER :  KOMPAS, 09 Mei 2012


Kata ”nuklir” masih menghias halaman depan surat kabar di mana-mana. Entah itu di Teheran, Tokyo, ataupun Tunisia.

Beberapa pekan terakhir, kata nuklir kembali bermunculan saat ada pertemuan global yang membahas program nuklir Iran. Masyarakat internasional memang khawatir jika program tersebut mengembangkan senjata nuklir.

Kita telah menyaksikan peluncuran roket Korea Utara—diduga sebuah peluncuran satelit yang gagal—yang secara meluas dicurigai sebagai bagian dari program senjata nuklir. Bisa jadi, inilah salah satu pemicu kesepakatan para pemimpin dunia pada Pertemuan Keamanan Nuklir di Seoul untuk bekerja sama mengatasi ancaman terorisme nuklir.
Isu tentang keselamatan nuklir pernah menempati halaman depan media massa tahun lalu ketika berlangsung periode tanggap darurat besar terhadap kecelakaan di fasilitas nuklir Fukushima akibat gempa bumi dan tsunami yang melanda Jepang. Namun, mengingat permintaan energi global akan terus berlipat ganda pada 2050, tampaknya kita tidak dapat melepaskan diri dari nuklir.

Perlu Kesepakatan

Penggunaan nuklir untuk tujuan damai akan terus berlanjut sehingga kita memang harus bersama-sama merumuskan standar operasional prosedur agar energi nuklir tidak disalahgunakan. Maka, kesepakatan Non-Proliferasi Nuklir (NPT) menjadi kunci pendekatan utama. Kesepakatan tersebut lahir pada 1968 ketika dunia khawatir terhadap Perang Dingin yang mengarah pada perlombaan senjata nuklir.

Saat ini, kesepakatan telah ditandatangani 189 negara dan merupakan satu-satunya kesepakatan dengan negara penandatangan terbanyak. Negara yang tidak menandatangani adalah India, Israel, dan Pakistan. Mereka diyakini telah menambah kepemilikan senjata nuklirnya sejak kesepakatan dimulai.

Kita memang telah meninggalkan era Perang Dingin jauh di belakang kita. Namun, ketika kesepakatan masih terus digunakan sebagai alat pertimbangan terhadap penyebaran senjata nuklir, kita harus memastikan bahwa kesepakatan tersebut juga beradaptasi sehingga mampu mengatasi ancaman nuklir terkini terhadap perdamaian dan keamanan internasional.

Kami mengambil langkah besar dalam mencapai tujuan ini pada 2010, dengan menyelenggarakan Konferensi Kajian Ulang NPT di New York yang merupakan dorongan signifikan untuk multilateral. Semua negara anggota mendukung kesepakatan tersebut untuk membasmi ancaman yang masih ada, termasuk ancaman baru.

Rencana lima tahunan telah disepakati oleh konsensus yang menopang tiga pilar NPT: kemajuan yang mengarah pada perlucutan diprakarsai oleh negara- negara yang memiliki senjata nuklir, langkah menghindari proliferasi senjata nuklir oleh pihak lain, dan mendukung penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai bagi yang memerlukan.
Kesepakatan terhadap rencana aksi tersebut mewakili dimulainya sebuah proses. Uji nyata akan dilihat melalui pelaksanaan rencana aksi untuk memenuhi komitmen-komitmen kami pada Konferensi Kaji Ulang mendatang pada 2015.

Pertemuan Komite Persiapan NPT 2012 di Vienna minggu ini (30 April-11 Mei) menjadi pertemuan pertama negara-negara anggota untuk mengukur kemajuan dan membangun keberhasilan 2010. Kami harap semua negara siap untuk mendiskusikan kemajuan yang telah mereka buat dan merencanakan pelaksanaan rencana aksi NPT. Kami gembira bahwa Inggris akan memiliki sebuah kisah kuat untuk diceritakan.

Pengalaman Inggris

Sejak 2010, Inggris telah menetapkan rencana untuk mengurangi hulu nuklir, misil, dan keseluruhan persediaan persenjataan nuklir. Di antara negara-negara pemilik senjata nuklir dan menjadi anggota NPT—China, Perancis, Rusia, Inggris, dan AS—persediaannya berada pada ambang batas minimal sejak Perang Dingin. Kami masih bertemu secara rutin untuk mendiskusikan bagaimana kita bekerja sama untuk mencapai tujuan jangka panjang, yaitu dunia yang bebas tanpa senjata nuklir.

Inggris juga telah melakukan terobosan luar biasa dengan Norwegia dalam verifikasi perlucutan hulu nuklir, sebuah aspek penting dari setiap rezim perlucutan masa depan. Bulan ini, kami menjadi tuan rumah dalam pertemuan lima negara pemilik senjata nuklir yang digelar untuk pertama kali.

Kami juga telah mengambil langkah-langkah penting dalam menghindari proliferasi senjata nuklir. Kami terus mendukung sebuah sistem pengamanan universal yang diperkuat untuk memverifikasi bahwa setiap negara mematuhi kewajiban internasionalnya demi menjunjung tinggi rezim non-proliferasi.

Rezim ini juga diperkuat oleh Zona Bebas Senjata Nuklir (Nuclear Weapons Free Zones) yang meningkatkan keamanan regional dan internasional. Dalam mendukung hal ini, Inggris bersama negara-negara dengan senjata nuklir yang diakui oleh NPT bekerja sama dengan Indonesia untuk mencapai kesepakatan dengan ASEAN. Intinya adalah kami tidak akan atau mengancam menggunakan senjata nuklir terhadap 10 negara anggota Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara (Southeast Asia Nuclear Weapons Free Zone).

Komitmen yang secara internasional mengikat penting untuk membangun iklim kepercayaan antara negara bersenjata nuklir dan negara tanpa senjata nuklir. Dengan penambahan terakhir ini, pengaturan tersebut saat ini meliputi 100 negara.

Lebih lanjut, sejak 2010 Inggris telah berusaha mendukung ekspansi aman energi nuklir sipil dan telah merampungkan kesepakatan untuk berbagi pengetahuan dan kapabilitas tentang energi nuklir dengan Uni Emirat Arab dan Kuwait. Menyusul peristiwa tragis di Fukushima, Jepang, Inggris juga mengecek keselamatan nuklir dan mengkaji ulang masa depan energi nuklirnya, termasuk mengidentifikasi delapan lokasi potensial untuk pangkalan energi nuklir baru.

Kisah Indonesia

Indonesia memiliki kisah sendiri. Di luar perannya dalam kerja sama kami pada isu Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara, Desember tahun lalu, Indonesia telah meratifikasi Comprehensive Test Ban Treaty, langkah lain menuju dunia yang lebih aman. Oleh karena itu, kami berharap dapat bekerja sama lebih jauh lagi dengan mitra kami di Indonesia dalam hal Arms Trade Treaty dan hukum internasional lain.

Pada Konferensi Kaji Ulang NPT 2010, delegasi kami dikejutkan oleh pendekatan positif semua peserta terhadap penguatan NPT. Hal ini merefleksikan keyakinan luas bahwa NPT menawarkan kesempatan terbaik yang kita miliki untuk mendapatkan keseimbangan yang benar pada isu nuklir: dengan kemajuan ke arah tujuan jangka panjang, yaitu dunia yang bebas ancaman senjata nuklir dan mengizinkan penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai.

Jika kita gagal, terjadi penyebaran senjata nuklir oleh negara yang salah atau kelompok teroris. Adalah tanggung jawab kita untuk memastikan bahwa kita tidak gagal. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar