Peran Besar Pengusaha Kecil
Jusman Dalle; Analis Ekonomi Politik
Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar
Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar
SUMBER
: SUARA
KARYA, 09 Mei 2012
"Perusahaan yang kecil
dan memiliki semangat kewirausahaan sering menghasilkan inovasi terobosan
karena memiliki fokus yang terbatas, menoleransi risiko, memiliki hasrat pada
apa yang mereka lakukan, dan memperoleh manfaat besar jika berhasil
melakukannya." (Pearce, Robinson: 2007)
Dalam satu dekade terakhir, dua gelombang krisis ekonomi datang
susul-menyusul. Krisis pertama terjadi di AS tahun 2008 akibat subprime
mortgage atau kredit macet di bidang properti. Krisis kedua menyusul pada 2011,
terjadi di Eropa disebabkan oleh default utang Yunani, yang kemudian merembes
ke Irlandia dan Portugal. Dua gelombang krisis ini membuat perekonomian
beberapa negara di dunia mengalami resesi, khususnya Amerika dan Euro Zone
(negara pengguna mata uang Euro).
Resesi di Amerika - Euro Zone menyebabkan perlambatan di dua
kawasan utama ekonomi dunia itu dan secara kausalistik turut memengaruhi
perekonomian global. Beberapa negara emerging market yang ekonominya tumbuh
signifikan dua dekade terakhir seperti China dan India ikut menanggung beban.
Negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar kedua dan ketiga di dunia itu
masing-masing hanya bisa tumbuh 8 persen dan 6,5 persen setahun pasca krisis
Amerika. Padahal, setahun sebelumnya, pertumbuhan ekonomi China sempat mencapai
11,4 persen dan India 9,6 persen. Sampai saat ini kedua negara tersebut belum
kembali ke posisi pertumbuhan terbaik yang pernah mereka raih.
Namun, berbeda dengan China maupun India serta beberapa negara
lain yang juga 'demam' akibat menanggung derita amukan krisis global, trend
pertumbuhan ekonomi Indonesia dari tahun ke tahun justru sangat positif. Pada
2009, misalnya, Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan tertinggi ketiga di
dunia dengan angka 4,5 persen. Tahun 2010 dan 2011 masing-masing tumbuh 6,1 persen
dan 6,5 persen. Sementara negara-negara maju, seperti Amerika, Jepang, dan
negara-negara Eropa bahkan tumbuh negatif, hanya Indonesia, India dan China
yang tumbuh positif.
Merupakan sebuah prestasi besar bagi perekonomian Indonesia. Lalu
apa gerangan rahasia mengapa perekonomian Indonesia relatif tahan dari
terjangan gelombang krisis? Craking Entrepreneurs (2012) karya Prof Rhenald
Kasali menjawabnya. Selain rendahnya tingkat utang masyarakat sampai ke level
rumah tangga, sumber daya manusia dengan dominasi lapisan produktif. Indonesia
juga memiliki komunitas kelas menengah yang semakin besar dan tumbuh cepat
serta menjadi sektor komoditas yang kaya.
Dalam kaitannya dengan varian sektor komoditas ini, kewirausahaan
tentu memegang peranan penting. Usaha mikro, kecil dan menengah yang
berorientasi pada konsumen domsetik menjadi sabuk pengaman anti krisis karena
sebagian besar dari produk-produk usaha mikro kecil dan menengah adalah untuk
kebutuhan konsumsi domestik.
Bercermin dari Gross Domestic Product 2011, misalnya, dari Rp
8.000 triliun lebih GPD, tak kurang dari Rp 3.500 triliun berasal dari konsumsi
rumah tangga. Termasuk, di antaranya garmen, alas kaki, kosmetik, jamu, pangan
lokal, buah-buahan, dan furnitur. Produk-produk tersebut berasal dari dalam
negeri, walaupun sebagian juga merupakan produk impor seperti buah-buahan dari
China dan India.
Oleh karena produk usaha mikro dan kecil ini cukup mendapat
sambutan dari pasar, tak heran, jika mampu menciptakan lapangan kerja terbesar
bagi bangsa ini. Sebanyak 104,6 juta orang tenaga kerja terserap pada sektor
ini. Usaha-usaha mikro dan kecil ini secara kasat mata dapat kita lihat.
Mereka ada di perumahan, dibangun dari garasi atau dapur rumah,
tampak di tepi-tepi jalan, mulai dari kuliner sampai bengkel mobil dan sepeda
motor, dari tape ketan sampai garam dapur, dari batik sampai kain bordir, dari
barang-barang kerajinan sampai mikrohidro. (Rhenald Kasali: 2012)
Walau skala kecil, peran usaha mikro kecil dan menengah, sangat
signifikan karena mampu menghidupkan ekonomi masyarakat yang jauh dari
jangkauan krisis. Usaha-usaha kecil ini memiliki daya survival tinggi karena
mereka tumbuh secara alamiah. Mereka ibarat pohon di dalam hutan. Akaranya
menghujam dalam ke tanah dan batangnya kokoh menjulang ke langit.
Potensi besar usaha mikro harus mendapat perhatian serius dari
pemerintah. Ada beberapa langkah yang bisa ditempuh.
Pertama, dengan dukungan permodalan. Perlu mempermudah akses modal
ke perbankan, misalnya, dengan modal lunak tanpa agunan dan tanpa bunga. Namun
demikian, tetap ada pengaturan serta pendampingan ketat demi mencegahnya
terjadinya kredit macet (NPL) yang berakibat buruk pada perekonomian, merugikan
kreditor.
Kedua, dukungan pengembangan dan sumber daya manusia. Di tengah
landskap bisnis yang terus berubah dan diwarnai kompetisi keras, butuh inovasi,
kreatifitas dan jaringan dari pengusaha mikro, kecil dan menengah agar bisa
tetap survive. Pemerintah bisa menjadi mediator dalam hal ini. Misalnya
menyelenggarakan pelatihan maupun pameran yang melibatkan para pengusaha.
Ketiga, pemerintah juga perlu menjemput bibit-bibit pengusaha
kecil baru di lembaga pendidikan yang nampak terus bermunculan. Sebuah trend
positif yang harus dioptimalkan di tengah masih besarnya angka pengangguran.
Tahun 2011 lalu, BPS mencatat jumlah pengangguran Indonesia mencapai 8,12 juta
orang. Sementara itu, dari 119,4 juta orang angkatan kerja, 7,8 persen
merupakan pengangguran bergelar sarjana.
Dengan mendorong kewirausahaan, maka angka pengangguran bisa
dikikis.
Memasukkan kewirausahana di dalam kurikulum pendidikan menengah dan
tinggi, tentu merupakan salah satu upaya yang bisa ditempuh menstimulus
lahirnya wirausahawan muda dari kalangan pelajar dan mahasiswa. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar