Mengurai Benang Kusut Kemiskinan
Joseph Henricus Gunawan; Peneliti Sosial Ekonomi,
Alumnus University of Southern Queensland (USQ), Australia
SUMBER
: SUARA
KARYA, 09 Mei 2012
Pemerintah harus meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena
tergerusnya daya beli masyarakat yang merosot tajam, yakni melindungi pasar
domestik dengan menopang pelaku ekonomi yang dominan, Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) yang sekarang berjumlah mencapai 55,21 juta unit usaha atau
99,98% dari total pelaku bisnis. Lonjakan yang signifikan karena pada 2009
berjumlah 49,8 juta unit usaha melalui program pemberdayaan masyarakat miskin
yang diimplementasikan secara terintegrasi, koordinatif, terencana, terarah,
terukur, tertib, dan tersinergi untuk memampukan mereka bersaing dalam
perekonomian global.
Dengan menunjang UMKM dapat memicu perluasan dan menciptakan
lapangan kerja. UMKM menyerap tenaga kerja sebanyak 101,72 juta atau 97,24%
dari total angkatan kerja yang terserap di seluruh sektor kegiatan ekonomi dan
berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp 673,9 triliun
atau 55,6% dari total PDB dengan nilai investasi sebesar Rp 640,4 triliun atau
52,9%.
Untuk menekan angka kemiskinan, pemerintah harus mengoptimalkan
UMKM melalui pemberdayaan masyarakat dengan pelatihan peningkatan
produktivitas, daya saing, kinerja, pengetahuan, keterampilan, kualitas
barang/produk, utilitas, kapasitas, kompetensi SDM, sikap, mental, perilaku
dalam meningkatkan jaringan usaha, berani memanfaatkan dan mengambil peluang
untuk bersaing di mancanegara.
Lemahnya daya saing ekonomi Indonesia dalam persaingan global
terkendala minimnya anggaran sektor infrastruktur karena APBN-P 2012 ludes
untuk membayar utang dan gaji pegawai. Pertumbuhan ekonomi Indonesia sangat
rawan dan meniupkan sinyal bahaya karena pemerintah selalu menerapkan kebijakan
anggaran yang ditutup dengan utang dan penarikan utang baru hanya digunakan
untuk membayar kewajiban utang karena pendapatan negara tidak bisa menutup
pengeluaran dan pemanfaatan yang tidak produktif. Dengan demikian, utang tidak
bisa menjadi modal untuk menciptakan nilai tambah yang dapat dijadikan pegangan
untuk membayar kembali pinjaman.
Untuk menjaga agar ekonomi tetap tumbuh tinggi serta strategi yang
ditujukan untuk mendukung percepatan pembangunan daerah tertinggal dan
perbatasan, pemerintah harus menggenjot pembangunan infrastruktur yang
berkelanjutan dan tepat sasaran. Pemerintah harus jeli dan peka dalam mengevaluasi
pembangunan infrastruktur supaya konsep pengembangan selanjutnya lebih matang.
Namun, akuntabilitas, evaluasi, dan transparansi proyek
pembangunan infrastruktur sangat penting dan harus mudah diakses, diketahui
rakyat demi tercapainya pembangunan infrastruktur yang bermanfaat dan dapat
langsung dinikmati oleh rakyat serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Di Indonesia, realisasi pembangunan infrastruktur yang sangat
vital pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, ternyata terganjal kesiapan
proyek dan proyek infrastruktur yang ditawarkan ke investor asing sudah berubah
peruntukannya. Dalam pembangunan infrastruktur, perlu visi dan fokus pada
meningkatkan kesejahteraan rakyat, bukan semata-mata melihat keuntungan bisnis
yang justru akan menyisakan masalah bagi rakyat setempat berkaitan dengan
pembebasan lahan atau ekses sosial dan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi dengan pemerataan pembangunan infrastruktur,
pendidikan, kesehatan menunjukkan semakin banyaknya output nasional sekaligus
meningkatkan penyerapan tenaga kerja, kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat
serta memprioritaskan ketahanan dan kedaulatan pangan sebagai kebijakan
nasional dengan melibatkan multisektor. Berhasil mengentaskan rawan pangan
berarti mampu juga mengurangi angka kemiskinan dan menurunkan pengangguran yang
sekaligus juga berarti memperkokoh ketahanan nasional.
Sejak krisis global 2008, menurut data laporan Organisasi Buruh
Internasional terbaru, sekitar 50 juta orang kena PHK dan angka pengangguran
global diperkirakan akan menembus angka 202 juta orang atau 6,1 persen dan
meningkat 3 persen atau 6 juta orang dari 196 juta orang pada 2011. Memburuknya
dan tidak stabilnya kondisi ekonomi dunia dikhawatirkan bisa berimplikasi dan
berimbas pada perekonomian nasional terutama ekspor Indonesia karena UMKM
berkontribusi terhadap ekspor sebesar Rp 183,8 triliun atau 20,2 persen.
Pemerintah harus terus menciptakan iklim usaha yang kondusif
melalui berbagai sejumlah kebijakan peraturan perundangan, peningkatan akses
terhadap permodalan, akses pemasaran dan distribusi ke pasar yang potensial,
akses penguasaan dan adopsi teknologi baru untuk inovasi, berkreasi menciptakan
dan mengembangkan produk baru, agar mampu menghadapi persaingan global.
Pemerintah harus lebih terbuka, transparan menerima keterlibatan
dari berbagai unsur seluruh komponen bangsa yang memiliki potensi dalam
perbaikan dan perumusan strategi kebijakan yang berpihak kepada rakyat untuk
mengoptimalkan langkah pembangunan infrastruktur. Strategi penanggulangan dan
pengentasan kemiskinan melalui pemerataan pembangunan infrastruktur yang
bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tolok ukur dan barometer
peningkatan kesejahteraan rakyat adalah penurunan tingkat kemiskinan, penurunan
tingkat pengangguran, dan meningkatnya pendapatan rakyat perkapita.
Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang penanganannya
membutuhkan keterkaitan berbagai pihak. Kemiskinan harus diselesaikan secara
struktural dan nyata, murni tanpa maksud politis. Ke depan, diharapkan
kehidupan masyarakat miskin yang marginal dapat terangkat, mampu melepaskan
diri dari kubangan lumpur kemiskinan dan masalah kesenjangan sosial yang
terjadi akibat ketidakmerataan pembangunan infrastruktur, ketidakadilan, dan
korupsi yang merajalela. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar