Kamis, 24 Mei 2012

Meningkatkan Daya Saing

Meningkatkan Daya Saing
Achmad Deni Daruri ; President Director Center for Banking Crisis
SUMBER :  SINDO, 24 Mei 2012


Langkah pemerintah untuk mencari pasar tradisional dengan mengunjungi Amerika Latin sebetulnya kurang tepat karena Amerika Latin justru semakin tertawan oleh kebijakan ekonomi yang inward looking seperti nasionalisasi perusahaan minyak oleh Argentina.
Selain itu, negara-negara Amerika Latin juga tidak memiliki sistem pembayaran yang canggih. Pemerintah seharusnya berkunjung ke negara-negara yang memiliki sistem pembayaran yang paling canggih. Peran pemerintah dalam model peningkatan daya saing sebuah negara dalam model “Berlian” ala Porter adalah: “acting as a catalyst and challenger; it is to encourage—or even push—companiestoraisetheiraspirationsand movetohigherlevelsofcompetitive performance”.

Peran ini juga berlaku dalam konteks sistem pembayaran nasional. Tanpa sistem pembayaran nasional yang kompetitif, akan sulit bagi perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya. Tidaklah mengherankan jika Ronald Reagan dalam menjalankan strategi ekonomi berbasis penawaran mengutamakan investasi yang sangat serius bagi infrastruktur sistem pembayaran di Amerika Serikat. Reagan memilih Alan Greenspan sebagai gubernur bank sentral Amerika Serikat yang dikenal dengan nama Federal Reserve.

Di bawah komando Alan Greenspan, sistem pembayaran di Amerika Serikat mulai melakukan pembenahan yang sangat serius. Hasilnya dapat terlihat dari laporan World Economic Forum yang ketika itu selalu menempatkan posisi daya saing perekonomian Amerika Serikat pada posisi yang sangat unggul. Tidaklah mengherankan jika strategi perang bintang juga dapat berjalan secara efektif dengan dukungan sistem pembayaran yang semakin berbasis teknologi branchless banking.

Hasilnya bukan hanya membuat perekonomian Amerika Serikat menjadi perekonomian adidaya, tetapi juga membuat perekonomian Uni Soviet menjadi bubar jalan alias bangkrut habis-habisan. Dasar teknologi pembayaran dikembangkan di era Reagan di mana pada awalnya internet ditujukan bagi kepentingan militer. Namun, kini internet telah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat termasuk pelaku bisnis.

Internet telah menjadi basis bagi ecommerce yang merupakan tulang punggung bagi sistem pembayaran di dunia saat ini. Frantisek Bartes dan Jitka Studeníková (2010) mengaitkan pentingnya daya saing dalam system pembayaran. Mereka mengatakan: “In the contemporary world, when IT becomes a big part of common life, the electronic money, e-purses, pay pall and other payment systems are used more commonly and have become more important. The payment systems differ one from each other and we can talk about payment instruments market.

Daya Saing Sistem Pembayaran

Ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh sisi permintaan dan sisi penawaran dari sistem pembayaran berbasis pasar yang efektif dalam mendukung daya saing perekonomian sebuah negara. Hal ini yang justru jarang diperhatikan oleh cetak biru pembangunan ekonomi sebuah negara.Kebanyakan cetak biru hanya memperhatikan daya saing dari perusahaan dan mengabaikan daya saing dari sisi sistem pembayaran.

Untuk itu, harga yang tercipta dari produk pembayaran berbasis sistem pembayaran yang kompetitif harus mengikuti biaya interchange dari Tourist Test (Rochet dan Tirole, 2010).Pendekatan ini mampu melakukan internalisasi sisi eksternalitas dari penggunaan dalam pasar pembayaran. Efek ini akan menghasilkan efek surcharging yang sempurna bagi merchant (Rochet dan Tirole, 2002).

Pada gilirannya akan menciptakan pasar dari sistem pembayaran yang berbasis daya saing sehingga akan mampu mengakomodasi daya saing dari perusahaan-perusahaan yang menurut Porter menjadi basis daya saing sebuah negara. Kondisi optimum bagi perekonomian dalam jangka pendek dan panjang akan dapat dipenuhi sepanjang kondisi sosial dan kepentingan industri dalam sistem pembayaran berada dalam posisi keseimbangan.

Hal ini akan membantu lembaga persaingan usaha untuk tidak terjebak kepada potongan harga dari merchant yang sangat besar dalam sistem pembayaran. Seperti yang dikatakan oleh Passemard dan Calantone (2000) bahwa strategi yang diterapkan secara sukses akan meningkatkan kinerja superior dari lembaga tersebut.

Dalam konteks perekonomian Indonesia yang secara ratarata mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi 5% sejak 2001 hingga saat ini, peningkatan daya saing sistem pembayaran diperkirakan akan mampu menciptakan pertumbuhan ekonomi yang relatif lebih tinggi lagi. Sistem pembayaran yang efisien akan menyebabkan uang akan bergerak lebih cepat.

Dalam kondisi perekonomian dunia yang tampaknya akan terperangkap pada kondisi deflasi, ancaman deflasi akan dapat diminimalisasi dengan sistem pembayaran yang semakin efisien. Hal ini tidaklah berlebihan karena menurut World Economic Forum (2011) daya saing ekonomi Indonesia masih di bawah China. Sementara itu, pemerintah China mulai menurunkan target pertumbuhan ekonomi 2012 menjadi 7,5%.

Hal itu dapat tercapai berkat keberanian pemerintah China untuk melakukan strategi pertumbuhan ekonomi berbasis permintaan domestik salah satunya dengan meningkatkan upah buruh minimum. Padahal di Indonesia justru muncul keraguan untuk meningkatkan permintaan domestik tersebut melalui peningkatan upah buruh minimum. Jika China menurun pertumbuhan ekonominya, ancaman bagi penurunan pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga bukan menjadi isapan jempol pada 2012 ini.

Sementara laporan WEF 2011 mengatakan: “Mobile telephony is spreading fast, but Internet access, especially at high speed, remains the privilege of the very few. As a result, Indonesia places 91st in the technological readiness pillar, its lowest ranking among the 12 pillars”. Artinya, upaya peningkatan daya saing sistem pembayaran untuk menetralisasi tekanan pertumbuhan ekonomi yang melambat hanya akan efektif jika akses internet di Indonesia dapat diperbaiki secepatnya.

Perdagangan di dalam negeri harus ditingkatkan sehingga sekat-sekat ketidakefisienan dalam perdagangan antarpulau dapat direduksi yang pada gilirannya juga akan meningkatkan efisiensi perbankan nasional. Tanpa itu, peningkatan efektivitas sistem pembayaran dengan meningkatkan daya saingnya dalam upayanya meningkatkan daya saing perekonomian Indonesia menjadi tidak terlalu berarti. Hakikat perbankan adalah banks follow the trade!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar