Senin, 14 Mei 2012

Menemukan Kampung Suriah di New York


Menemukan Kampung Suriah di New York
Nada Akl ;  Jurnalis Lepas di Beirut
SUMBER :  SINAR HARAPAN, 12 Mei 2012



Meskipun dunia Arab kadang kala digambarkan secara umum sebagai berlawanan dari Barat, dan dari Amerika Serikat secara khusus, penting untuk mengingat bahwa orang-orang Arab Amerika memiliki sejarah nan panjang dan kaya di Amerika Serikat. Seperti halnya banyak komunitas imigran lainnya, perjalanan mereka menuju sebuah tanah air baru turut membentuk keadaan Amerika Serikat seperti sekarang ini.

Menurut Survei Masyarakat Amerika 2008, ada lebih dari 1,5 juta orang Amerika Arab, kira-kira 0,5 persen dari total penduduk Amerika. Mereka berasal dari berbagai negara Arab dan menganggap diri mereka kelompok majemuk yang memiliki budaya yang kaya.

Ingat saja beberapa orang Amerika keturunan Arab yang telah memberi banyak sumbangsih kepada Amerika Serikat: salah satu pendiri Apple Steve Jobs, Putri Amerika 2010 Rima Fakih, mantan kandidat presiden Ralph Nader dan komedian Jerry Seinfeld.

Sekelompok warga New York tengah berusaha melestarikan warisan para imigran Arab pertama dengan membangun kesadaran tentang masa lalu Washington Street yang sangat hidup. Di kawasan bagian selatan Manhattan, sepanjang Washington Street ini, Anda bisa menemukan apa yang pernah dikenal sebagai “Little Syria” atau Kampung Suriah. Tempat ini dulunya adalah pusat keramaian orang Amerika Arab di Amerika Serikat dan tempat komunitas Amerika Arab, yang terdiri atas orang-orang Kristen, muslim dan Yahudi, tinggal pada abad ke-19.

Daerah ini, yang juga dikenal sebagai “Mother Colony”, memiliki beberapa gereja, toko yang menjual barang-barang Timur Tengah dan restoran Lebanon dan Suriah. Andai Anda mengunjunginya pada masa kejayaannya di abad ke-19, tentulah Anda mencium aroma kopi Arab yang sangat kuat dan melihat orang-orang yang mengenakan peci merah tradisional (fez). Tempat ini dulu menjadi sebuah pusat bagi para pedagang keliling dan tempat usaha yang maju serta merupakan juga sebuah pusat intelektual tempat Anda bisa menemui para penulis Amerika Arab seperti Ameen Rihani, Khalil Gibran, dan Mikhail Naimy.

Saat generasi-generasi selanjutnya menyebar ke segenap penjuru Amerika dan berbaur, Little Syria pun perlahan terlupakan. Jelang akhir abad ke-20, pembangunan Terowongan Brooklyn Battery dan World Trade Center menjadi pemicu dibongkarnya sebagian besar bangunan yang mempunyai hubungan erat dengan gelombang awal para imigran Arab.

Hanya tiga bangunan dari masa lalu jalan ini yang masih ada sekarang: Washington Street No 103, yang bekas Gereja Saint George’s Melkite; Washington Street No 105-107, yang pernah menjadi sebuah pusat kegiatan masyarakat yang dibuka oleh gubernur New York untuk melayani permukiman Little Syria; dan Washington Street 109, sebuah bangunan tempat tinggal yang masih berfungsi sebagai apartemen.

Upaya Pelestarian

Save Washington Street adalah sebuah prakarsa untuk melestarikan bangunan-bangunan bersejarah dan menumbuhkan kesadaran tentang masa lalu jalan ini, serta mengakui sejarah puluhan ribu para imigran yang melalui jalan ini.

Dua orang di belakang prakarsa ini adalah Carl Antoun, seorang Amerika keturunan Lebanon yang keluarganya tinggal di jalan ini dan menjalankan bisnis yang berhasil; dan Todd Fine, seorang lulusan Harvard yang selama tujuh tahun terakhir berusaha mengenalkan pengarang Lebanon Amerika, Ameen Rihani, dan kontribusi pentingnya terhadap hubungan Arab-Amerika.

Tujuan para penyelenggara saat ini adalah terus menumbuhkan kesadaran orang tentang proyek ini dan untuk mendapatkan status tetenger atau bangunan bersejarah untuk bangunan-bangunan tersebut.

Mereka juga mencari pembeli untuk bangunan-bangunan itu untuk kemudian diubah menjadi sebuah museum. Selain itu, ada rencana untuk mendirikan sebuah patung Ameen Rihani di Lower Manhattan dan memasang plakat di lokasi bekas rumahnya di Washington Street.

 “Kami sudah ada di sini sama lamanya dengan semua kelompok etnis yang lain,” kata Antoun. “New York City adalah kota terpenting di dunia karena alasan-alasan ini. Jumlah budaya, cerita dan bahasa yang kami miliki di sini luar biasa. Para imigran berbahasa Arab patut dikenang dan dihargai sama seperti setiap kelompok etnis lainnya.” ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar