Menemukan
Kampung Suriah di New York
Nada Akl ; Jurnalis Lepas di Beirut
SUMBER : SINAR
HARAPAN, 12 Mei 2012
Meskipun dunia Arab kadang kala digambarkan
secara umum sebagai berlawanan dari Barat, dan dari Amerika Serikat secara
khusus, penting untuk mengingat bahwa orang-orang Arab Amerika memiliki sejarah
nan panjang dan kaya di Amerika Serikat. Seperti halnya banyak komunitas
imigran lainnya, perjalanan mereka menuju sebuah tanah air baru turut membentuk
keadaan Amerika Serikat seperti sekarang ini.
Menurut Survei Masyarakat Amerika 2008, ada
lebih dari 1,5 juta orang Amerika Arab, kira-kira 0,5 persen dari total
penduduk Amerika. Mereka berasal dari berbagai negara Arab dan menganggap diri
mereka kelompok majemuk yang memiliki budaya yang kaya.
Ingat saja beberapa orang Amerika keturunan
Arab yang telah memberi banyak sumbangsih kepada Amerika Serikat: salah satu
pendiri Apple Steve Jobs, Putri
Amerika 2010 Rima Fakih, mantan kandidat presiden Ralph Nader dan komedian
Jerry Seinfeld.
Sekelompok warga New York tengah berusaha
melestarikan warisan para imigran Arab pertama dengan membangun kesadaran
tentang masa lalu Washington Street
yang sangat hidup. Di kawasan bagian selatan Manhattan, sepanjang Washington Street ini, Anda bisa
menemukan apa yang pernah dikenal sebagai “Little Syria” atau Kampung Suriah.
Tempat ini dulunya adalah pusat keramaian orang Amerika Arab di Amerika Serikat
dan tempat komunitas Amerika Arab, yang terdiri atas orang-orang Kristen,
muslim dan Yahudi, tinggal pada abad ke-19.
Daerah ini, yang juga dikenal sebagai “Mother Colony”, memiliki beberapa
gereja, toko yang menjual barang-barang Timur Tengah dan restoran Lebanon dan
Suriah. Andai Anda mengunjunginya pada masa kejayaannya di abad ke-19, tentulah
Anda mencium aroma kopi Arab yang sangat kuat dan melihat orang-orang yang
mengenakan peci merah tradisional (fez).
Tempat ini dulu menjadi sebuah pusat bagi para pedagang keliling dan tempat
usaha yang maju serta merupakan juga sebuah pusat intelektual tempat Anda bisa
menemui para penulis Amerika Arab seperti Ameen Rihani, Khalil Gibran, dan
Mikhail Naimy.
Saat generasi-generasi selanjutnya menyebar
ke segenap penjuru Amerika dan berbaur, Little Syria pun perlahan terlupakan.
Jelang akhir abad ke-20, pembangunan Terowongan Brooklyn Battery dan World Trade Center menjadi pemicu
dibongkarnya sebagian besar bangunan yang mempunyai hubungan erat dengan
gelombang awal para imigran Arab.
Hanya tiga bangunan dari masa lalu jalan ini
yang masih ada sekarang: Washington
Street No 103, yang bekas Gereja Saint George’s Melkite; Washington Street No 105-107, yang
pernah menjadi sebuah pusat kegiatan masyarakat yang dibuka oleh gubernur New
York untuk melayani permukiman Little
Syria; dan Washington Street 109,
sebuah bangunan tempat tinggal yang masih berfungsi sebagai apartemen.
Upaya Pelestarian
Save
Washington Street adalah sebuah prakarsa untuk melestarikan
bangunan-bangunan bersejarah dan menumbuhkan kesadaran tentang masa lalu jalan
ini, serta mengakui sejarah puluhan ribu para imigran yang melalui jalan ini.
Dua orang di belakang prakarsa ini adalah
Carl Antoun, seorang Amerika keturunan Lebanon yang keluarganya tinggal di
jalan ini dan menjalankan bisnis yang berhasil; dan Todd Fine, seorang lulusan
Harvard yang selama tujuh tahun terakhir berusaha mengenalkan pengarang Lebanon
Amerika, Ameen Rihani, dan kontribusi pentingnya terhadap hubungan
Arab-Amerika.
Tujuan para penyelenggara saat ini adalah
terus menumbuhkan kesadaran orang tentang proyek ini dan untuk mendapatkan
status tetenger atau bangunan bersejarah untuk bangunan-bangunan tersebut.
Mereka juga mencari pembeli untuk
bangunan-bangunan itu untuk kemudian diubah menjadi sebuah museum. Selain itu,
ada rencana untuk mendirikan sebuah patung Ameen Rihani di Lower Manhattan dan
memasang plakat di lokasi bekas rumahnya di Washington
Street.
“Kami sudah ada di sini sama lamanya
dengan semua kelompok etnis yang lain,” kata Antoun. “New York City adalah kota
terpenting di dunia karena alasan-alasan ini. Jumlah budaya, cerita dan bahasa
yang kami miliki di sini luar biasa. Para imigran berbahasa Arab patut dikenang
dan dihargai sama seperti setiap kelompok etnis lainnya.” ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar