Menanti Akhir Krisis Suriah
Aziz Anwar Fachrudin; Koordinator Forum Studi Arab
dan Islam (FSAI),
Pengajar Mahasiswa di Ponpes Nurul Ummah, Kotagede, Yogyakarta
SUMBER
: REPUBLIKA,
09 Mei 2012
Dari
semua negara Arab yang mengalami pem berontakan rakyat, Suriah adalah negara
yang mengalami prob lem paling kompleks. Suriah berbeda dengan Tunisia, Mesir,
dan Yaman yang rezimnya cenderung pro-Barat. Suriah punya rekam jejak yang kuat
menentang Barat.
Suriah
juga tidak sama dengan Libya yang menderita otoritarianisme Qadafi selama 41
tahun. Bashar al-Assad terhitung masih muda dan “baru“ menikmati kuasa selama
11 tahun.
Suriah
merupakan penyangga utama poros Iran. Suriah adalah “jembatan“ paling strategis
yang menghubungkan Teheran ke faksi Hizbullah (Lebanon). Karena itu, Suriah pun
menjadi battle ground yang mempertarungkan kubu AS-Eropa-Qatar-Saudi di satu
sisi, dengan Iran-Rusia-Cina-Lebanon di sisi lain. Sebab, banyak aktor luar
yang bermain. Tak heran jika pencarian opsi solusi untuk Suriah selalu mengalami
tarik ulur. Padahal, korban tewas sudah mencapai lebih dari 10 ribu jiwa.
Perkembangan mutakhir justru menunjukkan krisis Suriah turut diperparah oleh
friksi internal: kontestasi oposisi dan polarisasi kelas sosial.
Dari
semua grup oposisi yang terbentuk, ada dua yang terbesar: al-Majlis alWathani
as-Suriy (Syrian National Council, SNC)
dan Hai'ah at-Tansiq alWathaniy (National Coordination Board, NCB). SNC
adalah oposisi di “pengasingan“, didirikan dan bermarkas di Istanbul, Turki.
Sedangkan, NCB adalah oposisi di dalam, bermarkas di Damaskus.
SNC
merupakan oposisi yang mendapat dukungan luas, terutama dari aktor eksternal.
Pada 1 April 2012, SNC mendapat pengakuan sebagai representasi sah rakyat
Suriah dalam Konferensi ke2 Friends of Syria, di Istanbul, yang dihadiri lebih
dari 70 negara. Dalam konferensi itu pula, SNC ditahbiskan sebagai “payung“
bagi semua oposisi. Kelompok pendukung SNC, antara lain: gerakan Damascus Spring (pendukung Deklarasi
Damaskus 2000/2001), Ikhwanul Muslimun
(IM), dan faksi Kurdi.
Namun,
SNC adalah oposisi “radikal“ di mata rezim Assad. Tujuan utama SNC adalah
melengserkan Assad. SNC menolak dialog dan cenderung mendukung intervensi
militer. SNC bahkan sempat meminta NATO untuk menerapkan operasi no-fly-zone
seperti di Libya. SNC juga berafiliasi dengan al-Jaisy as-Suriy al-Hurr (Free
Syrian Army, FSA), kumpulan para tentara Suriah yang membelot--kabarnya
sudah mencapai 40 ribu tentara dan 23 batalion. Melalui SNC, Arab Saudi dan Qatar memberi dana kepada FSA.
Sedangkan
NCB, karena beroperasi di dalam, lebih bisa memobilisasi massa dan tahu keadaan
di level bawah (on the ground). Ini
yang tidak dimiliki SNC. NCB lebih mengutamakan dialog dan tegas menolak
intervensi militer.
Bagi NCB, mempersenjatai militer oposisi dan melengserkan Assad hanya akan menambah jumlah kekerasan dan menimbulkan chaos.
Bagi NCB, mempersenjatai militer oposisi dan melengserkan Assad hanya akan menambah jumlah kekerasan dan menimbulkan chaos.
NCB
didukung oleh para aktivis independen, koalisi al-Watan, kelompok kiri-sosialis, Pan-Arabis, dan partaipartai
sekuler lainnya. NCB adalah oposisi “moderat“ di mata rezim Assad. NCB inilah
yang didekati oleh Rusia ketika Menlu-nya, Sergei Lavrov, berkunjung ke
Damaskus.
Rivalitas
SNC dan NCB tentu saja memanaskan tensi politik Suriah. Kontestasi keduanya
menyebabkan pencarian solusi krisis Suriah terhambat. Rakyat Suriah pun ikut
terbelah: sebagian menyatakan bahwa kelompok oposisi itu hanya memburu ambisi
politik.
Padahal,
persatuan oposisi semestinya menjadi hal yang niscaya sebelum dialog dengan
rezim dilakukan. Disparitas SNC dan NCB bisa jadi malah menguntungkan rezim
Assad. Tragisnya, Assad pun tidak lantas bergeming.
Assad kembali melanggar janji. Pada 10 April--batas tanggal gencatan senjata sesuai solusi “enam poin“ yang diupaya kan duta PBB, Kofi Annan--tentara loyalis Assad masih tega menembaki rakyat sipil. Bahkan, sebagian pengungsi di kawasan perbatasan Turki pun tak luput dari berondongan peluru.
Assad kembali melanggar janji. Pada 10 April--batas tanggal gencatan senjata sesuai solusi “enam poin“ yang diupaya kan duta PBB, Kofi Annan--tentara loyalis Assad masih tega menembaki rakyat sipil. Bahkan, sebagian pengungsi di kawasan perbatasan Turki pun tak luput dari berondongan peluru.
Polarisasi Sektarian
Kelas
sosial dalam tubuh rakyat Suriah juga mengalami polarisasi. Beberapa kelompok
minoritas--seperti Kristen Ortodok, Syiah-Alawiyah, dan Syiah-Imamiyah--cenderung
mendukung rezim Assad. Mereka sempat menyelenggarakan demo yang cukup masif
sebagai tandingan terhadap para pendemo antirezim.
Kubu
Islamis pun ikut ambil bagian. IM tentu saja masih menyimpan memori pembantaian
Hama 1982 oleh Hafez alAssad. IM pernah dilarang beroperasi di Suriah. Sebagian
dari anggotanya kemudian mengungsi dan menjadi pebisnis besar di pengasingan.
Keberpihakan IM kepada SNC jelas memberi dua keuntungan: memberi dukungan
finansial sebagai wujud solidaritas dan sekaligus memperteguh komitmen IM pada
antiotoritarianisme. Sebagai catatan, IM sudah menandatangani piagam perjanjian
dengan SNC sebagai bukti komitmennya terhadap kebebasan berpendapat dan
transisi demokrasi.
Kubu
Salafi juga tak mau ketinggalan. Tapi, kelompok ini tampak pragmatis.
Para “kader“-nya merasuk, baik ke dalam SNC maupun NCB. Barangkali manuver seperti di Mesir hendak dilakukannya: menunggangi oposisi untuk merengkuh kursi kuasa seandainya Assad tumbang. Krisis Suriah rawan dimanfaatkan oleh para oposan-oportunis.
Para “kader“-nya merasuk, baik ke dalam SNC maupun NCB. Barangkali manuver seperti di Mesir hendak dilakukannya: menunggangi oposisi untuk merengkuh kursi kuasa seandainya Assad tumbang. Krisis Suriah rawan dimanfaatkan oleh para oposan-oportunis.
Warta mutakhir memberitakan, PBB mengirim
pengamat lagi ke Suriah. Untuk sementara, Assad berada di atas angin. Banyak
pengamat menilai Assad bisa bernapas lega setidaknya sampai akhir 2012.
Pertanyaan yang tentu saja akan menjadi ganjalan besar adalah: bagaimana nasib
para korban tewas itu dan bagaimana perbuatan Assad dan militernya dimintai
pertanggungjawaban? ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar