Inovasi
Perkuat Daya Saing Usaha
Joseph
Henricus Gunawan ; Peneliti Sosial Ekonomi,
Alumnus
University of Southern Queensland (USQ), Australia
University of Southern Queensland (USQ), Australia
SUMBER
: SUARA
KARYA, 22 Mei 2012
Kelompok negara G-8 meliputi AS, Kanada, Inggris, Jerman, Prancis,
Italia, Jepang, dan Rusia yang menggelar G-8 Summit 2012, 18-19 Mei 2012 di
Camp David, Maryland, AS, berkomitmen akan merevitalisasi ekonomi, memerangi
turbulensi finansial serta krisis global, memacu pertumbuhan ekonomi, dan
menciptakan lapangan kerja. Komunike ini dirilis menyusul lambannya pemulihan
ekonomi AS dan memanasnya krisis utang yang mendera zona Eropa, terutama akibat
kekacauan politik dan ketidakpastian reformasi ekonomi Yunani seiring gejolak
memburuknya krisis perbankan Spanyol.
Dampak penularan krisis zona Euro dapat menguras kepercayaan di 17
negara pengguna euro, di samping membahayakan pemulihan ekonomi AS yang
berpotensi mengarah pada tidak stabilnya kondisi ekonomi global. Rembesannya
pun dikhawatirkan menjalar ke Indonesia meskipun dampak ke sektor riil
terbatas.
Trend pengangguran di kawasan Eropa melaju melampaui ekspektasi
seiring dengan krisis utang di kawasan tersebut di mana sejak 2010 demam
pengangguran menjangkiti 2/3 negara Eropa. Badan Statistik Uni Eropa (Eurostat)
merilis data terbaru bahwa ekonomi Eropa anjlok drastis dengan tingkat
pengangguran membengkak mencapai rekor tertinggi 10,8 persen dan industri
manufaktur pun ikut terpuruk. Ini merupakan level tertinggi sejak lahirnya mata
uang tunggal Uni Eropa, Euro yang diperkenalkan pada 1999.
Bank Sentral Eropa mengucurkan sebanyak 300 miliar dolar AS paket
dana talangan penyelamatan untuk Irlandia, Portugal, Yunani, dan Spanyol.
Selain untuk membendung krisis keuangan utang negara selama 3 tahun terakhir,
juga mengingat tingkat pengangguran tetap naik selama 8 bulan berturut-turut.
Spanyol memegang ranking tertinggi pengangguran di zona Eropa
hingga mencapai 23,6 persen (50,5 persen di antaranya untuk usia kurang dari 25
tahun), Yunani (21,7%), Portugal (15%), Irlandia (14,7%), Jerman (5,7%), dan
Austria (4,2%). Bandingkan dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari
2011, tingkat pengangguran terbuka Indonesia masih sekitar 8,12 juta orang dan per
Agustus 2011 sebesar 7,7 juta orang, walaupun data terbaru per Februari 2012
melaporkan tingkat pengangguran terbuka turun menjadi 7,61 juta orang.
Wakil Presiden Boediono menyatakan keprihatinannya atas
ketertinggalan Indonesia dalam hal inovasi dengan menduduki peringkat buncit
dalam kelompok negara G-20. Untuk mengantisipasi dan menghadapi ketidakpastian
ekonomi global, kewirausahaan yang berinovasi perlu lebih digalakkan dan
diberdayakan secara integral. Berkaitan dengan kebutuhan rakyat berarti melindungi
serta memberikan ruang, kesempatan, dan membuka akses dalam bidang ekonomi
(modal), pendidikan untuk tumbuh, berkembang, bermobilitas vertikal, dan
berproduktivitas tinggi hingga menjadi kuat dan berdaya saing. Masyarakat pun
tidak terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty) berkepanjangan, yang berujung
kesejahteraan akan meningkat.
Kewirausahaan dapat dilakukan melalui pelatihan peningkatan
produktivitas, daya saing, kinerja, pengetahuan metode baru, keterampilan,
kualitas barang/ produk, utilitas, kapasitas, kompetensi sumber daya manusia
(SDM), sikap, mental, dan perilaku. Khususnya, dalam mengomersialkan produk
atau jasa serta meningkatkan jaringan usaha, berani memanfaatkan dan mengambil
peluang untuk bersaing dan berdaya saing global di mancanegara.
Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia memproyeksi
pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,3 persen, sedangkan Bank Pembangunan
Asia memperkirakan pertumbuhan 6,1-6,2%. BPS mencatat pertumbuhan ekonomi
Indonesia Januari-Maret 2012 mencapai 6,3%. Sektor transportasi dan komunikasi
dengan laju pertumbuhan tertinggi mencapai 10,3%, kemudian pertanian,
peternakan, kehutanan, perikanan (3,9%), pertambangan dan penggalian (2,9%).
Target dan optimisme pemerintah bahwa ekonomi Indonesia pada 2012 diyakini
tumbuh 6,5% bakal sulit terealisasi karena harga pangan dunia cenderung naik
dan ketidakpastian kondisi ekonomi global.
Pertumbuhan ekonomi berkualitas memperkuat ekonomi domestik dan
sektor primer yang berkaitan langsung dengan rakyat serta berdampak pada
kesejahteraan rakyat agar kemiskinan dan pengangguran dapat diminimalkan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia seyogianya tidak lagi bertumpu pada eksploitasi
yang berbasis pada sektor sumber daya alam (SDA). Oleh karena itu, kemajuan
ekonomi harus lebih bertumpu pada investasi tinggi untuk peningkatan bidang research and development (R&D) atau
inovasi untuk mendongkrak nilai tambah.
Ke depan, mewujudkan inovasi yang mampu membuat akses pemasaran
dan distribusi ke pasar hingga potensial, penguasaan dan adopsi teknologi baru
untuk inovasi, inovasi produk secara keseluruhan dengan gagasan bersifat kreasi
baru yang memperbarui, memperkenalkan, mengembangkan strategi, menghasilkan,
menampilkan, dan menciptakan ide kreatif sesuatu produk baru serta mendisain
program untuk produk baru, semuanya merupakan kunci daya saing wirausaha.
Tanpa inovasi dengan mewujudkan ide kreatif menjadi realita,
pengeluaran dana yang dipakai akan sia-sia dan hanya akan terbuang tanpa
manfaat. Oleh karena itu, wirausaha perlu diperluas dengan akses yang murah
agar lebih mudah memakai hasil-hasil inovasi lembaga-lembaga penelitian yang
dibiayai anggaran negara. Dengan demikian, akan dihasilkan produk yang
berkualitas dengan nilai tambah khusus hingga ke depan, niscaya akan lebih
agresif, memacu daya saing dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkualitas,
berkelanjutan, dan berkesinambungan serta dinikmati rakyat secara langsung. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar