Capres-Capres
2014
Sulastomo ; Koordinator Gerakan Jalan Lurus
SUMBER : SUARA
KARYA, 15 Mei 2012
Calon presiden yang akan bersaing pada Pemilihan Presiden 2014
sebentar lagi akan bermunculan. Tak hanya satu, dua atau tiga, mungkin lebih
dari itu. Ada yang menebak jumlah capres lima, enam, bahkan mungkin lebih.
Calon Gubernur DKI saja ada enam. Kalau jumlah calon presiden juga enam atau
lebih, tentunya masih dalam batas wajar. Sebab, jabatan presiden tentunya lebih
menarik dibanding gubernur. Padahal, kalau terpilih menjadi presiden,
semestinya lebih berat dibanding menjadi gubernur.
Ada pendapat, makin banyak calon makin baik. Rakyat akan memiliki
banyak pilihan. Mungkin benar, kalau rakyat cerdik dalam memilih presidennya.
Artinya, rakyat benar-benar mengetahui catatan perjalanan hidup, visi-misi, dan
kapabilitasnya. Sehingga ketika rakyat memilih, tidak keliru menentukan
pilihannya sebagai yang terbaik bagi bangsa dan negara. Sebab, yang akan
dipilih adalah presiden untuk seluruh rakyat, yang diyakini bisa membawa negara
ini sesuai dengan tujuan buat apa negara ini didirikan.
Di sinilah rakyat memerlukan perantara atau bantuan bahwa
calon-calon presiden yang akan tampil itu sebaiknya mendekati kriteria yang
dikehendaki rakyat, agar pilihannya tidak keliru. Perantara itu adalah
partai-partai politik yang akan mengajukan calon presidennya.
Mungkinkah partai-partai politik kita berperan seperti itu?
Mampukah partai-partai politik mencari calon presiden seperti itu? Apakah calon
presiden yang mumpuni ketika ia terpilih nanti?
Tidak berlebihan, presiden terpilih tahun 2014 akan menghadapi
tugas yang sangat tidak mudah. Hal ini mengingat kondisi internal yang masih
harus memerlukan penataan kembali dan kondisi internasional yang mungkin masih
saja belum stabil. Kondisi internal itu terkait penyelenggaraan demokrasi yang
belum mantap, sistem presidensial yang belum sepenuhnya terbentuk, birokrasi
yang tidak efisien dan korup, ancaman disintegrasi bangsa, dan daya saing yang
masih rendah. Dengan demikian, segalanya masih dalam masa transisi.
Kalau bisa selamat sampai tahun 2019 saja, mungkin masih baik.
Sebab, di tengah perjalanan akan banyak kerikil yang bisa tajam sehingga
kapabilitasnya akan diuji. Banyak yang berharap bahwa presiden terpilih nanti
memiliki wawasan yang luas, kepemimpinan kuat, dukungan besar, sehingga mampu
tampil sebagai pemersatu bangsa, yang sedang terancam perpecahan. Sosok seperti
itu adalah seorang negarawan yang mestinya sudah teruji.
Karena itu, selayaknya kita membuka peluang semua warga negara
untuk tampil sebagai capres. Demokrasi dalam hal ini tidak mengenal
diskriminasi. Apakah capres itu tua atau muda, apakah pria atau wanita, dari
partai politik atau bukan, sehingga yang tampil adalah tokoh yang mendekati
yang dibutuhkan bangsa ini, yang mampu melaksanakan tugasnya di tengah kondisi
internal yang masih banyak masalah?
Tanggung jawab masalah itu, antara lain, terletak di pundak para
pemimpin partai politik, yang memiliki otoritas menyeleksi calon presiden.
Apabila proses pencalonan presiden nanti seperti itu, akan sangat memudahkan
rakyat untuk memilih. Setidaknya, tidak akan memilih kucing dalam karung. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar