Rabu, 16 Mei 2012

Capres-Capres 2014


Capres-Capres 2014
Sulastomo ;  Koordinator Gerakan Jalan Lurus
SUMBER :  SUARA KARYA, 15 Mei 2012


Calon presiden yang akan bersaing pada Pemilihan Presiden 2014 sebentar lagi akan bermunculan. Tak hanya satu, dua atau tiga, mungkin lebih dari itu. Ada yang menebak jumlah capres lima, enam, bahkan mungkin lebih. Calon Gubernur DKI saja ada enam. Kalau jumlah calon presiden juga enam atau lebih, tentunya masih dalam batas wajar. Sebab, jabatan presiden tentunya lebih menarik dibanding gubernur. Padahal, kalau terpilih menjadi presiden, semestinya lebih berat dibanding menjadi gubernur.

Ada pendapat, makin banyak calon makin baik. Rakyat akan memiliki banyak pilihan. Mungkin benar, kalau rakyat cerdik dalam memilih presidennya. Artinya, rakyat benar-benar mengetahui catatan perjalanan hidup, visi-misi, dan kapabilitasnya. Sehingga ketika rakyat memilih, tidak keliru menentukan pilihannya sebagai yang terbaik bagi bangsa dan negara. Sebab, yang akan dipilih adalah presiden untuk seluruh rakyat, yang diyakini bisa membawa negara ini sesuai dengan tujuan buat apa negara ini didirikan.

Di sinilah rakyat memerlukan perantara atau bantuan bahwa calon-calon presiden yang akan tampil itu sebaiknya mendekati kriteria yang dikehendaki rakyat, agar pilihannya tidak keliru. Perantara itu adalah partai-partai politik yang akan mengajukan calon presidennya.

Mungkinkah partai-partai politik kita berperan seperti itu? Mampukah partai-partai politik mencari calon presiden seperti itu? Apakah calon presiden yang mumpuni ketika ia terpilih nanti?

Tidak berlebihan, presiden terpilih tahun 2014 akan menghadapi tugas yang sangat tidak mudah. Hal ini mengingat kondisi internal yang masih harus memerlukan penataan kembali dan kondisi internasional yang mungkin masih saja belum stabil. Kondisi internal itu terkait penyelenggaraan demokrasi yang belum mantap, sistem presidensial yang belum sepenuhnya terbentuk, birokrasi yang tidak efisien dan korup, ancaman disintegrasi bangsa, dan daya saing yang masih rendah. Dengan demikian, segalanya masih dalam masa transisi.

Kalau bisa selamat sampai tahun 2019 saja, mungkin masih baik. Sebab, di tengah perjalanan akan banyak kerikil yang bisa tajam sehingga kapabilitasnya akan diuji. Banyak yang berharap bahwa presiden terpilih nanti memiliki wawasan yang luas, kepemimpinan kuat, dukungan besar, sehingga mampu tampil sebagai pemersatu bangsa, yang sedang terancam perpecahan. Sosok seperti itu adalah seorang negarawan yang mestinya sudah teruji.

Karena itu, selayaknya kita membuka peluang semua warga negara untuk tampil sebagai capres. Demokrasi dalam hal ini tidak mengenal diskriminasi. Apakah capres itu tua atau muda, apakah pria atau wanita, dari partai politik atau bukan, sehingga yang tampil adalah tokoh yang mendekati yang dibutuhkan bangsa ini, yang mampu melaksanakan tugasnya di tengah kondisi internal yang masih banyak masalah?

Tanggung jawab masalah itu, antara lain, terletak di pundak para pemimpin partai politik, yang memiliki otoritas menyeleksi calon presiden. Apabila proses pencalonan presiden nanti seperti itu, akan sangat memudahkan rakyat untuk memilih. Setidaknya, tidak akan memilih kucing dalam karung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar