Bubur Panas
Abraham
Neta S Pane ; Deklarator Komite Pengawas KPK
SUMBER : KOMPAS, 11
Mei 2012
Belakangan ini Komisi Pemberantasan Korupsi
sangat sibuk mengurusi ibu-ibu yang terlibat korupsi. Mulai dari Ibu Nunun, Ibu
Rosa, Ibu Wa Ode, Ibu Miranda, Ibu Laila, Ibu Neneng, dan terakhir Ibu Angelina
Sondakh atau biasa dipanggil Angie yang akhirnya ditahan di Rutan KPK.
Penahanan Angelina Sondakh sendiri
menunjukkan bahwa teori bubur panas mulai berproses di KPK. Bubur panas itu
diciptakan Abraham Samad sebelum menjadi Ketua KPK dalam sebuah janji yang
sangat meyakinkan. Janji yang memukau publik. Janji tentang sebuah komitmen
bahwa Abraham akan bekerja keras untuk mengungkap kasus-kasus korupsi besar
dalam setahun kepemimpinannya di KPK.
Dalam janjinya, Abraham menegaskan, jika
tidak mampu menuntaskan kasus-kasus korupsi besar ia akan mundur sebagai Ketua
KPK dan pulang kampung. Janji ini menjadi ikatan moral antara Abraham dan
publik. Janji ini menjadi bubur panas yang terus mendidih sepanjang
kepemimpinan Abraham pada tahun pertama.
Bubur panas ini terlihat mulai mendidih pada
100 hari kepemimpinan Abraham. Saat itu publik belum melihat tanda-tanda Ketua
KPK ini bakal mewujudkan janjinya. Bahkan, tanda-tanda KPK akan berlari cepat
pun tidak terlihat sama sekali. Padahal, jika situasinya tetap seperti ini,
publik pasti akan menuntut. Artinya, Abraham harus bersiap mundur dan pulang
kampung sesuai janjinya.
Ternyata, Jumat (27/4), setelah 130 hari memimpin
KPK, Abraham mulai memperlihatkan tanda-tanda akan merealisasikan janjinya.
Angie yang sudah tiga bulan menjadi tersangka akhirnya ditahan KPK. Ibarat
makan bubur panas, Abraham bersikap sangat hati-hati, baik dalam merealisasikan
janjinya maupun untuk menahan Angie. Ia perlahan kemudian menyantap dari bagian
tepi untuk masuk ke bagian tengah.
Taring KPK
Ada tiga hal strategis yang diraih Abraham
dari penahanan Angelina Sondakh. Pertama, Abraham dapat menunjukkan kepada
publik bahwa ia mulai merealisasikan janjinya.
Kedua, Abraham bisa membuktikan, walaupun
Angie adalah Wakil Sekjen Partai Demokrat, tetap saja dapat dijebloskan ke sel
tahanan. Dengan ditahannya Angie, otomatis meruntuhkan tudingan publik bahwa
Abraham lamban berlari karena ada indikasi keberpihakan terhadap partai
penguasa, Partai Demokrat, yang mendukungnya secara penuh dalam pemilihan Ketua
KPK beberapa waktu lalu. Tudingan keberpihakan itu muncul akibat sikap KPK yang
terlalu lamban dalam memproses dan menangkap figur-figur yang dekat dengan
kekuasaan meski sejumlah saksi sudah menyebut-nyebut keterlibatan mereka dalam
sejumlah kasus korupsi.
Ketiga, melalui penahanan Angie, Abraham
sepertinya akan masuk ke wilayah tengah untuk membereskan kasus wisma atlet SEA
Games yang disebut-sebut melibatkan ketua besar dan bos besar.
Dengan ditahannya Angelina Sondakh, tentu
diharapkan ia akan buka suara lebih nyaring tentang keterlibatan ketua besar
dan bos besar. Bagaimanapun, Angie pasti tidak akan sudi dikorbankan sendiri.
Strategi ini akan membuat teori bubur panas lebih cepat berproses. Abraham pun
lebih mudah masuk ke tengah untuk mengungkap serta menangkap siapa ketua besar
ataupun bos besar untuk kemudian membawanya ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
(Tipikor).
Untuk mencapai target ini, Abraham memang tak
bisa bekerja sendiri. Keberaniannya berjanji kepada publik adalah modal, tetapi
modal ini perlu dukungan para koleganya. Perlu soliditas KPK. Hanya dengan
soliditas unsur pimpinan KPK Abraham dapat menerapkan strategi jitu untuk mempertajam
taring KPK, terutama untuk mengungkap ketua besar dan bos besar dalam kasus
wisma atlet.
Taring KPK yang tajam harus diarahkan Abraham
untuk mengungkap aliran dana dan membongkar kejahatan korporasi serta pencucian
uang di balik kasus wisma atlet. Selain itu, Abraham harus pula mengantisipasi
serangan balik dari Partai Demokrat. Indikasinya sudah terlihat dari adanya
rencana Partai Demokrat untuk menyiapkan tim pengacara bagi Angie. Padahal,
dalam kasus Nazaruddin, Partai Demokrat cuek bebek.
Kasus korupsi wisma atlet merupakan uji coba
bagi Abraham untuk membongkar kasus-kasus korupsi besar lainnya, seperti kasus
Century. Jika Abraham gagal dalam mengungkap kasus wisma atlet, akan sangat
sulit berharap bahwa KPK mampu membongkar kasus Century.
100 Hari
Setelah menahan Angie, publik berharap
Abraham berlari lebih cepat, terutama dalam 100 hari ke depan. Dengan begitu,
Abraham bisa merealisasikan janjinya dan janji tersebut tidak menjadi bubur
panas yang terus mendidih. Sebab, dalam 100 hari kepemimpinannya terdahulu,
Abraham tampil mengecewakan.
Alhasil, publik kian meragukan keseriusan KPK
dalam memberantas korupsi dan menghukum koruptor seberat-beratnya. Sejumlah
kepala daerah yang terlibat korupsi malah dibebaskan oleh Pengadilan Tipikor.
Kalaupun ada yang dihukum, vonisnya sangat rendah. Berbagai fakta ini
menunjukkan KPK masih belum profesional dalam melakukan penyidikan ataupun
membuat berkas tuntutan.
Ketidakprofesionalan KPK terlihat pula dalam
menangani kasus Nazaruddin dan Nunun Nurbaeti. Keduanya sempat kabur ke luar
negeri, tetapi fakta tersebut seakan tak jadi pertimbangan untuk memperberat
hukuman mereka. Berkas perkaranya tidak maksimal. Akhirnya, Nazaruddin hanya
divonis 4 tahun 10 bulan dan Nunun hanya dituntut empat tahun penjara.
Perlu Langkah Besar
Dalam 100 hari kepemimpinan Abraham, proses
hukum terhadap figur-figur yang dekat dengan penguasa berjalan sangat lamban.
Sebaliknya, figur-figur yang tidak punya jalur kepada kekuasaan bisa dengan
cepat diproses dan ditahan KPK. Setidaknya hal ini terlihat dalam kasus Wa Ode
Nurhayati.
Belakangan KPK malah terlihat mengalihkan
perhatian publik pada kasus-kasus korupsi di daerah, yang jumlah kerugiannya
tidak signifikan. Padahal, ada enam kasus korupsi besar di depan mata KPK yang
siap ditangani, seperti kasus Gayus Tambunan yang menyangkut perwira tinggi
Polri, kasus Bank Century, kasus wisma atlet SEA Games, kasus Hambalang, kasus
dugaan mafia anggaran DPR, dan kasus cek pelawat yang menyangkut penyandang
dananya.
Hari-hari buruk dalam 100 hari kepemimpinan
Abraham ini bisa dipahami sebagai tahap pembelajaran, tahap orientasi dan
konsolidasi. Diharapkan 100 hari ke depan proses orientasi dan konsolidasi ini
sudah menuai hasil. Penahanan Angie yang secara spontan membangun kepercayaan
publik terhadap Abraham dan KPK harus dijadikan momentum.
Dengan adanya kepercayaan publik, akan sangat
mudah bagi Abraham untuk membongkar kasus-kasus korupsi besar sekaligus akan
sangat mudah pula bagi Abraham menuntaskan janji besarnya. Namun, semua ini
tentu saja perlu langkah besar dengan tindakan besar. Hanya dengan langkah dan
tindakan besar Abraham Samad tidak dicap atau dituding sekadar sebagai si mulut
besar yang kemudian terkubur dalam bubur panas yang ia ciptakan sendiri. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar