Jumat, 25 Mei 2012

10 Alasan Menolak Lady Gaga

10 Alasan Menolak Lady Gaga
Supini ; Ibu Rumah Tangga, Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir
SUMBER :  REPUBLIKA, 25 Mei 2012



Kontroversi kehadiran Lady Gaga ke Indone sia semakin ramai diperbincangkan. Baik dari kalangan yang pro terhadap kedatangannya maupun yang kontra. Kalangan yang pro adalah kaum liberalis dan tentu saja mereka yang telanjur telah membeli tiket. Sebagaimana diketahui bahwa promotor telah menjual habis tiket konser tersebut sebanyak 40 ribu. Kelompok yang menolak adalah kalangan ulama dan berbagai komponen organisasi Islam.

Lady Gaga adalah penyanyi dunia yang menjadi salah satu trend setter karena penampilan yang nyeleneh. Tidak hanya negeri-negeri yang mayoritas Muslim, Korea Selatan, Cina, Malaysia, dan Filipina juga menolaknya.
Di Indonesia salah satu yang menolak adalah Gerakan Umat Anti Maksiat (GUMAM). Mengapa Lady Gaga harus ditolak? Setidaknya, ada 10 alasan untuk menolak kehadirannya.

Pertama, Lady Gaga adalah Robot Illuminati. Aksesoris penampilan Lady Gaga dalam setiap konsernya, secara vulgar menonjolkan lambang illuminati dan paganisme. Illuminati adalah sebuah kelompok Zionis Yahudi yang memiliki hubungan erat dengan Free Masonry, kelompok rahasia dan bawah tanah Zionis. Illuminati adalah sekte Luciferian (iblis) yang memiliki arti Sang Pembawa Cahaya dan sekte ini memiliki misi untuk menghancurkan umat Islam melalui ide pemikiran rusaknya.

Kedua, Lady Gaga adalah ratu iblis liberal pemuja setan. Dalam video klip lagu `Alejandro' digambarkan Lady Gaga bersatu dengan Tuhannya. Lalu, dia menyalahkan Tuhan, karena tidak dapat memenuhi keperluan rohaninya. Akhirnya dia mengubah diri dari biarawati menjadi paderi Luciferian (setan) yang dilambangkan dengan tangan kanan menutup mata kirinya (menjadi bermata satu, lambang Yahudi). Ketiga, Lady Gaga penyebar gaya hidup lesbian dan transgender. Salah satu lirik lagunya dalam Born This Way yakni, “.... No matter gay, straight, or lesbian, transgendered life ... I'm on the right track, baby I was born to survive.“ (Tidak peduli gay, lurus, lesbian, kehidupan transgender. Saya dijalur yang benar....) Keempat, Lady Gaga merupakan ikon pornoaksi dan pornografi. Setiap konsernya, Lady Gaga tidak lepas dari sensasionalnya. Yakni, menampakkan aurat dan meliukkan tarian yang erotis.

Kelima, konser Lady Gaga hanya pemborosan. Dengan harga tiket mulai dari Rp 465 ribu sampai Rp 2,5 juta, tak berdampak positif bagi rakyat miskin.
Jangankan membeli tiket semahal itu, untuk sekadar mengenyangkan perut saja masih banyak saudara-saudara kita yang masih mengalami kesulitan.

Keenam, Lady Gaga penyeru seks bebas. Dengan vulgar, Lady Gaga membuka rahasia kecantikannya adalah semakin sering orgasme. Ia mendambakan bayi berketurunan Italia dari hasil kumpul kebo dengan kekasih gelapnya. Ia mencari pria pendonor sperma berdarah Italia. Tetapi dia takut menikah, karena khawatir kariernya hancur.

Ketujuh, Lady Gaga penghina seluruh agama. Dalam konsernya, Lady Gaga sering kali menggunakan atribut biarawati yang berubah menjadi setan, membalikkan salib, melakukan ritual yang aneh seperti menjadikan darah sebagai alat ritual di hotel tempat penginapannya.

Kedelapan, Lady Gaga penyebar kesyirikan yang nyata. Sebelum masuk hotel tempatnya menginap, dia meminta paranormal untuk membersihkan kamarnya dari gangguan roh jahat yang mengikutinya.

Kesembilan, Lady Gaga melecehkan kaum wanita. Lady Gaga menganggap bahwa wanita hanya sebagai objek pemuas nafsu seksual semata. Karena dalam setiap konsernya, selalu menggunakan pakaian tak sopan. Dan kesepuluh, Lady Gaga merusak moral. Dia bercita-cita menciptakan parfum yang terbuat dari sperma dan darah. Dan dia menyatakan bahwa menikah hanya akan merusak karier seseorang.

Liberalisasi Agama dan Budaya

Alih-alih kebebasan berekspresi, sesungguhnya rencana konser Lady Gaga adalah bagian dari upaya agenda liberalisme di Indonesia. Sebagaimana dengan konser-konser musik yang telah dilakukan sebelumnya, kaum liberalis berupaya sedemikian rupa untuk menancapkan idenya.

Salah satunya adalah penyebaran budaya dan gaya hidup liberal melalui konser musik. Musik sesungguhnya bukanlah bahasa universal. Karena, dalam setiap alunan musik dan lirik lagu selalu ada pesan ideologi yang menyertainya. Baik dari penampilan penyanyinya, profil penyanyinya, maupun lirik lagunya. Sehingga, muncullah banyak fans yang sangat memuja para artis idolanya. Mereka tidak peduli sisi gelap artis idolanya. Bahkan, tidak sedikit di antara mereka yang rela untuk melakukan apa pun demi artis idolanya, termasuk melakukan seks bebas dengan sang artis.

Dalam kasus Lady Gaga, misalnya, panitia penjualan tiket sengaja menawarkan “Golden tiket“ secara gratis kepada calon pembeli tiket yang pada saat antre membeli tiket beratribut/berbusana menyerupai Lady Gaga. Maka, `bohong besar' kalau para kaum liberalis mengatakan bahwa konser Lady Gaga dan yang sejenisnya tidak akan memengaruhi moral anak bangsa.

Sungguh sangat jelas dan terang benderang bahwa konser musik semakin mengokohkan liberalisasi budaya, di mana umat semakin jauh dari nilai-nilai Islam. Berbagai konser musik, membuat umat ---khususnya remaja--menjadikan Barat sebagai kiblat di mana mereka menjadikan kebebasan sebagai bagian dari HAM.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar