Mengurai
Tantangan Menjadi Peluang
Candra Fajri Ananda ; Dekan
dan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya
|
KORAN SINDO, 02 Januari
2017
Nyaris
setiap momen pergantian tahun selalu menyisipkan harapan dan resolusi baru.
Banyak lembaga/institusi yang menyediakan beragam proyeksi ekonomi pada 2017.
Hampir
semuanya berada pada satu frekuensi yang sama. Rata-rata menangkap sinyal
yang kuat atas tantangan pembangunan ekonomi yang akan berjalan cukup berat.
Ihwal yang mendasari keseragaman asumsi tersebut pada umumnya karena kondisi
perekonomian global yang belum akan stabil. Fenomena yang ada kini semakin
meyakinkan bahwa perlu ada penyegaran paradigma yang terkait dengan sistem
ekonomi di Indonesia.
Titik
tujuannya dapat kita fokuskan pada upaya penurunan tingkat interdependensi
Indonesia terhadap negara-negara lain di dunia. Pemikiran ini bukan berarti
Indonesia perlu menghilang dari peredaran perdagangan internasional secara
radikal, melainkan membantu ”meluruskan” semangat ketahanan ekonomi nasional
agar semakin kuat dan sehat. Sebab dampaknya bisa sangat fatal jika tidak
lekas ditanggulangi, khususnya akan banyak menyinggung upaya penciptaan iklim
sosial ekonomi yang superkondusif.
Kita
bayangkan saja misalnya nilai tukar rupiah terus terombang-ambing, efek
terdekatnya akan memengaruhi kinerja sektor industri yang ketergantungannya
mencapai 64% terhadap produk impor. Ketergantungan yang tinggi dalam suplai
bahan baku, bahan penolong, dan barang modal impor akan mengganggu
produktivitas sektor industri nasional (Kemenperin, 2014). Isu-isu strategis
seperti inilah yang perlu segera kita atasi.
Kita
berada pada momentum yang pas untuk melakukan kajian ulang kebijakan ekonomi
domestik. Kondisi pasar internasional yang semakin sempit dan ketat
sebenarnya selaras dengan posisi pasar dalam negeri yang perlu dijaga melalui
ketahanan daya beli masyarakat. Oleh karena itu, sangat penting bagi pemerintah
selaku stakeholder utama di Indonesia untuk menyediakan rentetan kebijakan
yang mengarah pada pembangunan ekonomi yang berkualitas.
Diantaranya
dengan menyediakan lapangan kerja yang dinamis dengan jumlah angkatan kerja,
prosesbirokrasiyangefisien, alokasi anggaran yang tepat, serta
aturan/regulasi yang sifatnya lebih mapan. Tahap-tahap strategis bisa
pemerintah awali dengan mengamati kinerja beberapa sektor ekonomi yang
berdampak besar terhadap indikator pembangunan Indonesia. Prioritas ini bukan
berarti menegasikan peran sektor-sektor yang lain, tetapi kita anggap
strategi ini sebagai ”jalan pintas” yang dapat mengantarkan pada langkah
konvergensi berikutnya.
Kalau
dilihat berdasarkan struktur kontribusi produk domestik bruto (PDB) dan
jumlah tenaga kerja yang terlibat, pemerintah perlu menggenjot kinerja dari
sektor industri pengolahan, pertanian (dalam arti luas), dan perdagangan
sebagai lini utama pembangunan. Terkait dengan pengembangan industri
pengolahan dan pertanian, keduanya memiliki masalah yang cukup pelik pada
aspek kelembagaan yang menunjang daya saing serta pasar input dan output yang
sangat terbatas. Akibatnya kondisi kedua sektor tampak sulit mengulang
kejayaan era 1980-an.
Lebih
spesifik lagi, penyebab sulitnya mendorong produktivitas sektor pertanian
ditengarai karena desain kelembagaan rantai nilai (transaksi) yang ada sulit
memberikan insentif kesejahteraan (upah/hasil) yang layak, khususnya bagi
petani skala kecil. Akibatnya proses regenerasi tenaga kerja dan alih fungsi
lahan pertanian semakin tidak terkendali. Apalagi pola pengelolaan pertanian
kita masih didominasi cara-cara tradisional dan relatif sulit mengimbangi
faktor iklim/cuaca yang sering kali bergerak secara anomali.
Dan
biasanya pemerintah akan melakukan impor sebagai solusi jangka pendek untuk
menanggulangi kelangkaan yang terjadi pada produk pertanian. Sementara pada
sektor industri, masalah yang dihadapi lebih kompleks lagi. Permasalahan yang
dihadapi secara simultan bersumber dari sisi internal seperti penyediaan
input produksi yang berkualitas (bahan baku, tenagakerja produktif, alat dan
teknologi produksi), diversifikasi produk, dan efisiensi usaha hingga faktor
eksternal seperti birokrasi dan regulasi perizinan serta daya dukung
infrastruktur.
Akibatnya
kecenderungan daya saing yang dimiliki industri nasional semakin tereduksi.
Apalagi sebagian besar industri sangat tergantung dengan impor input-input
produksi. Karena itu alih-alih hasil industri kita hendak menguasai pasar
ekspor dan domestik, kita sekarang justru tengah berjuang keras menahan
gempuran produk impor yang daya tariknya tampak lebih baikdaripada
produkaslidari dalam negeri.
Dari
perkembangan terakhir, sekarang ini justru sektor perdagangan yang tengah
menarik untuk dikaji lebih dalam. Beberapa komoditas strategis ekspor yang
sebelumnya didominasi produk di kategori hasil SDA atau barang mentah semakin
lesu kinerjanya karena negara-negara tujuan ekspor yang sulit move on dari iklim ketidakpastian.
Dari
sinikitaperlumulaimengalihkan perhatian pada potensi ekspor produk setengah
jadi atau barang akhir yang dihasilkan dari sektor industri. Momentumnya
sudah sangat ideal mengingat situasi global yang cenderung serba-ambigu
sangat rentan membawa mudarat bagi ketahanan perekonomian kita. Apalagi resolusi
kebijakan ala Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang
kabarnya hendak merevolusi pola-pola hubungan multilateral (seperti halnya dalam
Trans-Pacific Partnership/TPP) untuk lebih condong ke arah hubungan bilateral
dapat mengubah gaya perdagangan internasional mayoritas negara dunia.
Dengan
demikian nantinya pemerintah dapat lebih leluasa menyusun kebijakan-kebijakan
baru yang lebih komprehensif dan bersifat saling terkoneksi antarlini
ekonomi. Bagaimanapun kita harus memahami, kinerja sektor perdagangan tak lebih
sebagai bagian akhir dari seluruh penahapan perbaikan perekonomian Indonesia.
Oleh karena itu, pemerintah juga seharusnya memperhatikan sektor-sektor hulu
yang nantinya dapat memengaruhi kinerja sektor perdagangan agar lebih
menarik.
Beberapa
tonggak pembangunan yang strategis untuk tujuan yang dimaksudkan penulis
dapat disimak pada ide-ide sebagai berikut.
Pertama,
tahun 2017 seharusnya diawali dengan resolusi yang baru di sektor hulu
perekonomian.
Misalnya
untuk semakin menegaskan peran sentral sektor industri, pemerintah harus
menyediakan beberapa perangkat kebijakan yang memang arahnya menanggulangi
berbagai hambatan di sektor industri.
Sebagai
contoh, untuk meningkatkan daya saing industri, pemerintah perlu mempersiapkan
beberapa hal pendukung yang berkaitan dengan regulasi dan birokrasi yang
efisien, unsur tenaga kerja yang berkualitas, serta infrastruktur yang tidak
menghambat laju mobilitas dan produktivitas. Selain itu pemerintah juga perlu
mempersiapkan pengembangan industri-industri substitusi impor untuk
mengurangi dampak ketergantungan impor yang cenderung negatif.
Kedua,
untuk menjamin dampak pengganda (multiplier
effects) yang lebih hebat, jenis-jenis industri yang dikembangkan
seharusnya juga memprioritaskan pada penggunaan bahan baku dan tenaga kerja
lokal.
Proses
pelaksanaannya pun mungkin tidak dapat berjalan singkat, tetapi pemikiran ini
akan lebih menjanjikan jika perspektif utamanya adalah penguatan ketahanan
ekonomi nasional. Selain itu para pengusaha memiliki akses yang lebih mudah
untuk menjangkau ketersediaan input produksi tersebut karena faktor kedekatan
secara geografis. Ketiga, perlu ada desain kelembagaan baru (institutional
framework)yang lebih mengejawantahkan tradisi kerja sama yang baik, antara
pemerintah dengan seluruh pengusaha.
Semuanya
akan mengarah pada kombinasi kebijakan pemerintah yang good and clean dan
menjurus pada kondisi pasar yang terlindungi berkat susunan regulasi yang
baik. Tujuannya bukan pada terbentuknya hubungan rente ekonomi, melainkan
agar seluruh kebijakan ekonomi dapat lebih membumi dan tidak menjadi
penghambat kinerjapara pengusaha. Dengan demikian hasil akhir yang diharapkan
dapat memberikan dampak besar dalam pengembangan lingkungan bisnis dan ekonomi.
Pengusaha
dapat diuntungkan karena mendapat efisiensi yang lebih baik, sedangkan
pemerintah mendapat manfaat berupa kondisi sosialekonomi yang lebih kuat dan
penerimaan negara (dari pajak) yang dapat lebih meningkat. Dengan sederet
peluang-peluang yang terus mengemuka di tahun 2017 ini, penulis sangat
berharap kita semua dapat menikmati proses pergantian masehi dengan adanya
transformasi perekonomian bangsa ini.
Penulis
menitipkan pesan bahwa setiap peluang yang ada akan sangat tergantung pada
cara kita sendiri dalam memanfaatkannya. Pesan itu berlaku baik bagi
pemerintah, pengusaha maupun masyarakat umum lainnya karena semuanya dapat
berperan langsung dan kuat untuk menciptakan peluang-peluang hebat pada tahun
2017. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar