Kamis, 08 Oktober 2015

Rudy

Rudy

Yuswohady ;   Managing Partner; Inventure www.yuswohady.com
                                                  KORAN SINDO, 04 Oktober 2015

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Sudah sekitar tujuh bulan ini saya intens melakukan riset mengenai sosok business leader kebanggaan Indonesia. Salah satunya adalah Rudy Soetikno, pendiri Dexa Medica.

Riset itu mencoba mengungkap sosok Rudy sebagai seorang apoteker, tokoh prajurit TNI, dan tentu sosok seorang legendary business leader. Namun sayang, belum sepenuhnya tuntas riset dan penulisan buku tersebut, beliau sudah dipanggil Yang Mahakuasa pada Kamis, 30 Juli 2015 lalu. Judul buku tersebut adalah Old Soldier Never Dies. Rudy lahir dengan nama kecil Ko Khing Tik di Jalan Djuritan Kidul, Magelang, 2 Februari 1933.

Dia berasal dari keluarga yang menjunjung kesederhanaan, persaudaraan, dan pendidikan. Ibunya memiliki visi besar untuk membentuk anaknya menjadi orang besar dengan memberinya bekal pendidikan yang baik. Itu yang membawa Rudy masuk ke sekolah elite Hogere Burger School (HBS) dan kemudian Technische Hoogeschool, THS (sekarang ITB), hingga lulus sebagai apoteker pada 1959.

Tak lama setelah lulus, melalui radio, negara memanggil Rudy muda untuk wajib militer darurat (wamilda) sehingga harus masuk pendidikan tentara selama enam bulan di Cililitan, Jakarta, kemudian menerima penugasan di Sumatera Selatan. Begitu menginjakkan kaki di bumi Sriwijaya, ia menghadapi kenyataan pahit karena Sumatera Selatan mengalami kelangkaan obat parah.

Komandannya di Kesdam IV Sriwijaya pun kemudian memerintahkan Rudy untuk mengatasi masalah itu. Maka kemudian terpikir oleh Rudy untuk memanfaatkan sebuah gudang kecil di Kesdam untuk fasilitas produksi obat. Fasilitas produksi sederhana itu rupanya sangat berjasa bagi rakyat Sumatera Selatan, karena mampu mengatasi masalah kelangkaan obat yang terjadi. Prestasi Rudy ini bisa dibilang fenomenal hingga pangab waktu itu, M Panggabean, secara khusus berkunjung ke Palembang dan secara khusus memberikan penghargaan kepadanya.

Manusia Langka

Rintisan fasilitas produksi obat di gudang kecil itu rupanya menjadi cikal-bakal berdirinya Dexa Medica pada 1969. Sejak awal tak pernah terpikirkan oleh Rudy untuk membangun sebuah kerajaan bisnis yang menjadi mesin uang baginya. Dexa Medica didirikan sebagai wujud kepedulian Rudy terhadap persoalan kesehatan di masyarakat. Kepedulian inilah yang mendorong Rudy memberanikan diri membangun pabrik obat yang lebih besar untuk mengatasi masalah kesehatan di tanah air.

Bahkan sampai dengan meninggalnya, Rudy tak menganggap dirinya sebagai seorang businessman. ”Sejak awal, saya menganggap diri saya adalah seorang profesional yang harus mengabdikan ekspertis yang saya miliki sebagai apoteker untuk kepentingan masyarakat banyak. Jadi begitu lulus, yang terpikir di benak saya hanyalah bekerja menerapkan ilmu yang sudah saya pelajari di ITB untuk kepentingan masyarakat,” ujarnya.

Terus terang saya trenyuh mendengar ucapannya ini. Yang menarik, walaupun spirit mendirikan Dexa Medica adalah kepedulian terhadap persoalan- persoalan kesehatan masyarakat, bukan berarti bahwa perusahaan tidak berorientasi laba.

Menurutnya, laba sangat diperlukan karena dengan laba tersebut perusahaan akan tumbuh dan berkembang melalui investasi kembali laba yang dihasilkan, sehingga kemampuan perusahaan dalam menghimpun sumber daya akan menjadi lebih besar, dan kontribusi pada peningkatan kesehatan masyarakat juga akan semakin besar dan luas. Makanya saya katakan, Rudy adalah manusia langka di negeri ini. Businessman dengan spirit amat mulia seperti ini kian sulit kita temukan sekarang.

Prajurit Sejati

Rudy adalah sedikit warga Tionghoa yang sepenuh hati dan begitu bangga menjadi prajurit TNI. Pengalaman menjadi tentara selama sekitar 15 tahun begitu membekas di hatinya. Rudy harus memilih meninggalkan dinas ketentaraan pada tahun 1975 (pangkat terakhirnya letnan kolonel) untuk sebuah misi mulia membesarkan Dexa Media. Walaupun telah meninggalkan dunia ketentaraan untuk masuk dunia bisnis, naluri sebagai prajurit sejati tak meluntur sedikit pun.

”Old soldier never dies,” ujarnya. Seorang prajurit sejati tak pernah patah arang dan tak peduli di manapun ditugaskan. Pengabdian di mana pun adalah sama, untuk Merah Putih. Secara administratif memang ia pensiun, tetapi jiwanya tetap prajurit. Prajurit sejati selalu berkarya di medan apapun. Sejak itulah ia berjuang di medan kesehatan masyarakat. Dunia ketentaraan telah mengajarinya rasa cinta tanah air dan pengabdian kepada negara.

Spirit prajurit sejati inilah yang menjadi kompas bagi Rudy dalam mengoperasikan Dexa Medica selama 45 tahun terakhir. Salah satu terjemahan nasionalisme menurut Rudy adalah kemandirian industri farmasi nasional. Salah satu keresahannya adalah bahwa industri farmasi kita tak boleh bergantung pada impor dari negara lain. Jadi 40 tahun lebih sebelum Jokowi mengobarkan Nawacita, Rudy sudah menggagas dan memperjuangkannya.

Seperti diketahui, industri farmasi kita selama ini rapuh karena tergantung pada produk-produk obat off-patent dari raksasa obat asing. Praktis tak ada perusahaan obat nasional yang mandiri mengembangkan obat originator sendiri. Alasan itulah yang mendorong Rudy mendirikan DLBS (Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences). Tujuannya untuk melakukan riset dan pengembangan obat originator dengan memanfaatkan kekayaan keanekaragaman hayati (tumbuhan, hewan, tanah) Indonesia yang begitu kaya. Contohnya adalah Stimuno, fitofarmaka yang dikembangkan dari ekstrak meniran yang tersedia melimpah di bumi pertiwi.

17 Agustus

Kalau Anda datang ke pabrik Dexa Medica di Palembang, sejak lima tahun lalu halaman pabrik sudah direnovasi dan disulap menjadi tempat untuk upacara bendera 17 Agustus. ”Bagi saya itu adalah kebanggaan kami bisa melaksanakan upacara kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus. Setiap kali memperingati Hari Kemerdekaan, saya selalu bertanya, apa yang bisa saya kontribusikan kepada negara sampai dengan sekarang,” ujarnya.

Rudy ingin agar tradisi upacara bendera 17 Agustus terus dilestarikan di Dexa Medica agar spirit dan nilai-nilai cinta tanah air tetap menggelora. Saya merenung, mana ada perusahaan swasta memikirkan ini, apalagi di tengah karut-marut globalisasi yang meluluhlantakkan semangat nasionalisme dan kebangsaan kita. Rudy adalah prajurit sejati. Rudy adalah teladan kita semua.

Semangat pengabdiannya kepada Merah Putih tak pernah redup, bahkan ketika tubuhnya telah ringkih ditelan usia. Old soldier never dies.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar