Rabu, 12 Maret 2014

Quo Vadis Riset Pertahanan Indonesia?

Quo Vadis Riset Pertahanan Indonesia?

Syarifuddin Tippe  ;   Rektor Pertama Universitas Pertahanan Indonesia
MEDIA INDONESIA,  11 Maret 2014
                                                                                                                        
                                                                                         
                                                                                                             
“Neither a wise man nor a brave man lies down on the tracks of history towait for the train of the future to run over him.“
-Dwight D Eisenhower

SAYA termenung dengan kehebohan para akademikus terhadap gagasan Ketua DPD Irman Gusman tentang `kementerian pendidikan tinggi dan ristek' pada Temu Tahunan XVI Forum Rektor Indonesia. Walau gagasan itu bukanlah ide baru, dampaknya menimbulkan prokontra di kalangan akademisi. Namun, intinya sama, sorotan terhadap rendahnya kinerja riset pada perguruan tinggi di Indonesia. Apakah Universitas Pertahanan Indonesia (Unhan) dapat menjadi world class university dengan riset menjadi salah satu tulang punggungnya? Padahal di setiap negara, national defence university (NDU) ialah perguruan tinggi elite yang dimiliki negara untuk mencetak akademisi dan peneliti di bidang pertahanan.

Sistem pendidikan

Pemahaman politik pertahanan pada dasarnya tidak saja berbasis pada pemikiran dalam konteks pertahanan suatu negara, tetapi dalam cakupan yang lebih luas `keamanan nasional' (Unhan, 2012). Karena itu, keamanan nasional berada pada posisi suprasistem terhadap sistem ideologi-politik, sistem ekonomi, sistem sosialbudaya, dan sistem pertahanan sehingga perkembangan pemikiran mengenai isu-isu pertahanan dan keamanan dalam pengertian yang luas tersebut perlu diletakkan dalam bidang keilmuan tersendiri.

Untuk itu, diperlukan sebuah terobosan dalam mengkaji sistem pertahanan sesuai dengan kemampuan daya dukung negara yang tersedia. Penyelenggaraan pembangunan sistem pertahanan negara ini tidak hanya melibatkan elemen utama pertahanan semata, tetapi juga mengikutsertakan elemen sipil.

Wacana dan kritik terhadap pertahanan dan TNI/militer sejak era reformasi bergulir, telah turut memengaruhi lahirnya UU No. 3/2002 tentang Pertahanan Negara dan UU No. 34/2004 tentang TNI. Namun, baik wacana, kritik, maupun perumusan kebijakan perundang-undangan belum didasarkan pada ilmu-ilmu pertahanan dan militer yang merupakan keluaran dari lembaga pendidikan pertahanan dan militer sendiri. Ilmu-ilmu pertahanan dan militer yang dikembangkan melalui pendidikan militer di lingkungan TNI baru sebatas ilmu terapan untuk kepentingan operasional dan taktis.

Ke depannya, diharapkan Unhan mampu melahirkan SDM pertahanan negara sebagai perumus kebijakan dan strategi pertahanan negara di Indonesia, seperti halnya di Malaysia dan Singapura. Hal ini bisa saja mengingat Unhan memiliki misi untuk (1) mendidik calon pemimpin sipil dan militer yang profesional dan memiliki nilainilai perjuangan dan kejuangan yang diperoleh secara empiris akademis melalui program pendidikan pascasarjana dan (2) mengembangkan ilmu pertahanan sebagai interdisipliner antarberbagai keilmuan guna meningkatkan kemampuan Sistem Pertahanan Negara.

Jika demikian, bagaimanakah Unhan menjadi world class university? Dari universitas pengajaran menuju universitas riset? Sejak awal berdirinya, Unhan telah mencanangkan visinya menjadi institusi pendidikan tinggi pertahanan terdepan yang berstandar kelas dunia (world class university/WCU) dengan tetap melestarikan nilai-nilai kebangsaan. Menuju universitas kelas dunia bukanlah suatu hal yang mudah, seperti yang dikatakan Altbach (2003).

Unhan sendiri telah merintis sejumlah aktivitas PT yang mengacu pada WCU. WCU telah memperoleh dukungan baik dari Kementerian Pertahanan maupun kerja sama luar negeri. Unhan telah mengembangkan keberagaman (diversity) untuk menyediakan lingkungan yang menyeluruh bagi pembelajaran, riset, pengajaran pada berbagai cabang ilmu pengetahuan. Unhan telah melakukan berbagai kerja sama pengajaran dengan berbagai universitas di dalam (UI, ITB, dan UGM) dan beberapa universitas luar negeri seperti Cranfield University Inggris, NPS dan NDU Amerika Serikat, RSIS Singapura, NDU Ukraina, NDU Finlandia, beberapa universitas di Australia dan Jerman, dan NDU PLA China.

Satu hal yang masih mengganjal ialah kinerja riset terpublikasi. Tentu tidak mudah mengubah mindset, dari ilmu pertahanan dan militer terapan yang selama ini lebih terfokus pada kepentingan operasional dan taktis menjadi akademis dan ilmiah. Salah satu ciri WCU yang menjadi tantangan ke depan ialah keunggulan penelitian yang tercermin dari indeks kutipan, publikasi dalam jurnal akademis yang di-review teman sejawat, kualitas fakultas sebagai tempat pengajar terkemuka berkumpul, reputasi riset, kredibilitas akademis fakultas, dan produktivitas riset dan publikasi ilmiah. Itu masih menjadi PR besar bagi seluruh sivitas akademika Unhan.

Trikolaborasi

Usaha membangun PT menuju WCU merupakan usaha yang tidak mudah. Banyak aspek yang perlu ditingkatkan dan diciptakan serta dikelola secara sungguh-sungguh. Untuk mencapai pengakuan internasional suatu PT, tidak saja didukung tersedianya dana yang kuat, juga keinginan yang kuat pada seluruh sivitas akademika. Dirjen Dikti berpesan agar semangat mengembangkan WCU ataupun meraih akreditasi internasional pada Unhan bukan hanya langkah untuk berkompetisi dengan PT yang ada di luar negeri, melainkan juga yang paling penting mulai mengarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan pertahanan di Indonesia, mulai taraf nasional, bahkan regional.

Dengan melihat berbagai pendekatan yang dapat digunakan dapat mencapai WCU, strategi upgrading merupakan pilihan yang tepat. Perlu disusun ulang fondasi dasar mulai pada tingkat pimpinan PT yang mampu berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan baik di internal maupun eksternal. Unhan perlu memasang target-target dan program-program yang dapat direalisasikan dengan tatanan pendanaan yang lebih memungkinkan.

Dari sisi kurikulum, Unhan perlu menata ulang kurikulum. Dalam implementasi Sistem Pendidikan Nasional dan sistem pelatihan kerja pada level strata S-2 (Dikti, 2011), kurikulum Unhan dituntut (1) mampu mengembangkan pengetahuan dan teknologi di bidang ilmu pertahanan atau praktik profesionalnya melalui riset sehingga menghasilkan karya inovatif dan teruji; (2) mampu memecahkan permasalahan sains dan teknologi di bidang ilmu pertahanan melalui pendekatan antardisiplin atau multidisipliner; dan (3) mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat bagi masyarakat dan keilmuan, serta diakui di nasional dan internasional.

Dalam kaitannya dengan mahasiswa Unhan yang berasal dari perwira TNI, perlu dipikirkan sinkronisasi sistem pembinaan personel sebagai jenjang pendidikan di luar profesional military education. Dengan mengingat tren pendidikan universitas pertahanan di seluruh dunia ialah menjadikan NDU sebagai kawah candradimuka bagi peningkatan kualitas prajurit perwira. Diharapkan, perwira TNI lulusan Unhan memiliki kualitas daya kritis dalam pengambilan keputusan pada semua level strategis, khususnya untuk kepentingan ope rasional dan taktis. Yang juga perlu dilakukan ialah menata ulang SDM Unhan yang mampu memperkuat positioning Unhan sebagai world class university, mulai staf pengajar, pejabat struktural, sampai pada tenaga kependidikan.

Pengajar Unhan bukan saja harus memiliki latar belakang keilmuan dan pengalaman yang mumpuni, memiliki keahlian dalam transfer ilmu pengetahuan dengan metode pembelajaran yang inovatif. Mereka juga memberi keteladanan dalam membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran dalam memberi makna melting-point pada mahasiswa sipil dan militer. Mereka juga harus memiliki riset dan jaringan kolaborasi lembaga yang mampu menghasilkan publikasi internasional. Dengan demikian, Unhan ke depan diharapkan mampu menghasilkan mahasiswa yang berbakat dan alumni terbaik.

Cita-cita Unhan menjadi WCU bukanlah mimpi di siang bolong. Namun, itu harus didukung konsep yang akurat dan implementasi yang konsisten dengan dukungan berbagai pihak sehingga terukur dimensi waktu dan kualitas kinerjanya. Tantangan ke depan, bagaimana melakukan penyamaan persepsi dan interpretasi antara Kementerian Pertahanan, TNI, dan Kemendikbud dalam mendorong perkembangan pengetahuan dan riset ilmu pertahanan di Indonesia untuk menghadapi tantangan globalisasi ke depan.

Dirgahayu Universitas Pertahanan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar