Senin, 07 Mei 2012

Kegagalan

Kegagalan
Meuthie Ganie-Rochman; Ahli Sosiologi Organisasi; Mengajar di UI
SUMBER :  KOMPAS, 07 Mei 2012


Baru-baru ini, dengan mengundang para ahli dari sejumlah negara, Radio BBC membahas ihwal kegagalan sistem dalam suatu negara mengantar pada perbaikan atau kegagalan lebih jauh.

Wilayah yang dibahas adalah dunia diplomasi, institusi negara, dan dunia rancang bangun. Pembahasan merefleksikan apa yang terjadi dalam kurun puluhan tahun dan menyangkut negara berkembang dan maju serta negara demokratis dan tak demokratis.

Dari diskusi itu ada beberapa pokok pikiran yang sangat penting bagi semua bangsa tentang bagaimana suatu bangsa memperbaiki kesejahteraannya. Ekonom terkemuka asal Turki, Daron Acemoglu, mengungkapkan istilah yang efisien untuk menggambarkan keadaan institusi di banyak negara berkembang: institusi ekstraktif.

Terminologi itu untuk menggambarkan keberadaan institusi negara atau institusi lain yang berpangkal pada institusi negara, yang mendistorsi penyedotan dan penggunaan sumber daya masyarakat untuk kepentingan elite. Melalui wewenang kenegaraan, institusi menyedot, mengarahkan, dan mendistribusikan kembali uang yang diperolehnya ke ”masyarakat”. Sebenarnya ini merupakan fungsi negara di mana pun. Disebut ekstraktif karena kegagalannya memberi kembali dengan cara yang menyejahterakan masyarakat.

Dikaitkan dengan kegagalan, institusi ekstraktif tak memberikan program pembangunan yang memfasilitasi kemajuan masyarakat: pengetahuan, peningkatan kapasitas sosial, infrastruktur ekonomi yang dibutuhkan. Dana yang diambil dari masyarakat digunakan untuk menjaga keberadaannya sendiri, dibagikan, dan ”didelegasikan” di lingkaran elitenya. Sedikit sisanya untuk rakyat dan tanpa pemikiran matang pula. Oleh karena itu, basis ekonomi formal kian menciut pada sesuatu yang dikucurkan melalui negara, bukan perluasan ekonomi masyarakat.

Angka statistik bisa saja menipu: tetap menunjukkan pertumbuhan. Namun, biaya tersembunyinya sangat besar untuk kemajuan. Dengan dana publik yang terdistorsi, masyarakat kian lemah secara ekonomi dan politik kewarganegaraan. Laju reformasi institusi ke arah demokrasi menjadi mandek.

Karena lemahnya institusi birokrasi dan penegakan hukum, sektor kegiatan ekonomi ilegal terus berkembang dan berkelindan kian erat dengan para aktor yang duduk di institusi negara (birokrat, politisi, penegak hukum) yang sudah melakukan korupsi besar-besar tadi. Ini mengantar ”kegagalan menuju kegagalan yang lebih besar”.

Matahari Tenggelam

Kemunculan institusi ekstraktif terkait kegagalan di bidang lain. Politik menjadi wilayah kata-kata (legal formal) dan mobilisasi (wilayah ilegal, nonformal). Kata peribahasa Jerman: di negara matahari tenggelam, orang kecil (tak kompeten, korup) jadi kelihatan besar. Mengapa? Karena mereka berkesempatan membuat aturan hukum dan aturan main sendiri hingga adi norma baru. Di tahap ini politik diwarnai adu argumen hukum dengan melupakan maksud hukum yang sebenarnya: ”prinsip menentukan hukum” dan bukan ”hukum menentukan prinsip”.

Negara matahari tenggelam ditandai ketidakjelasan ukuran, mekanisme sepotong-sepotong dan dadakan, tak ada rancangan manajemen perubahan (harus dibedakan dengan daftar ”akan”), lemahnya pengaruh institusi yang harus menghasilkan penilaian dan gagasan (melalui riset). Dalam keadaan seperti itu, orang bisa melabelkan apa saja: studi banding, membangun industri kerakyatan, pembaruan institusi, program anti-kemiskinan, karya ilmiah, guru besar, wakil rakyat.

Sementara itu, korupsi terus berjalan, hutan hancur, kelompok masyarakat menggunakan kekerasan, tata kelola industri kesehatan kacau-balau, rakyat menggunakan bahan beracun untuk makanan.

Bagaimana memperbaiki keadaan semacam itu? Setiap organisasi atau institusi kembali pada tujuan dan prinsipnya: partai politik untuk artikulasi pandangan tentang kesejahteraan; birokrasi untuk memfasilitasi kemajuan dalam masyarakat; lembaga penegak hukum untuk menegakkan keadilan; universitas jadi ujung tombak penghasil pengetahuan; LSM dan ormas untuk memberdayakan masyarakat, bukan mempertajam batasan sosial golongan; produsen menghasilkan barang jasa yang baik.

Lebih penting dari tujuan akhir adalah keadaan menjaga proses ke arah sana. Ini bukan persoalan manajemen yang apolitis. Termasuk yang perlu dipikirkan mekanisme akuntabilitas terhadap pihak lain. Langkah perbaikan organisasi dan institusi dengan mengaitkan pihak lain merupakan pendekatan baru yang perlu dikembangkan.

Perbaikan organisasi penting untuk setiap kelompok. Namun, dalam konteks negara matahari terbenam, kredibilitas atas kondisi organisasi dan institusinya merupakan tiket masuk untuk bisa masuk dalam perdebatan arena publik dengan harga diri. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar