Senin, 21 Mei 2012

Kebangkitan Ekonomi


Kebangkitan Ekonomi
Gita Wirjawan ;  Menteri Perdagangan
SUMBER :  SINDO, 21 Mei 2012



Tanggal 20 Mei 1908 merupakan momen peristiwa bersejarah bagi Indonesia sebagai sebuah momentum bangkitnya rasa kebangsaan dan sebuah cita-cita luhur untuk membangun sebuah bangsa yang mandiri dan bebas dari imperialisme asing.

Semangat dan kesadaran berbangsa inilah yang dimaknai dengan kebangkitan nasional. Gerakan kesadaran yang diprakarsai oleh tokoh-tokoh muda itu melahirkan sebuah organisasi pergerakan yang bernama Boedi Oetomo. Peristiwa bersejarah tersebut tentu masih sangat relevan bila kita kaitkan dengan realitas Indonesia hari ini.Di abad ke-21 ini, saya melihat peringatan (Hari) Kebangkitan Nasional adalah bagaimana kita memaknai “bangga berbangsa” dan bagaimana membangkitkan generasi muda Indonesia yang potensial bagi Indonesia di masa yang akan datang.

Kita harus bangga berbangsa dan mengetahui kelemahan dan potensi diri untuk bisa lebih maju. Saya mengajak masyarakat Indonesia untuk tidak pernah lupa dengan sejarah bangsanya, “jangan sekali-kali melupakan sejarah” (jas merah) sebagaimana Bung Karno pernah berkata demikian. Sejarah membuktikan darah Indonesia, DNA kita ini, bisa membuahkan kebanggaan, jangan sampai kita lupa akan sejarah kejayaan kita di masa lalu dan melihat kerdil bangsa kita.

Dalam konteks membangun generasi muda Indonesia yang potensial, kebangkitan nasional harus dimaknai dengan memberikan pendidikan yang lebih berkualitas dan merata bagi seluruh bangsa Indonesia. Kita harus melahirkan generasi muda yang dapat berkiprah dan mampu bersaing dan menjadi representasi bangsa dalam pergaulan dunia.Menurut saya kitamemerlukan gamechanging untuk memetakan masa depan Indonesia yang jauh lebih baik lagi di mana pendidikan merupakan komponen utama yang sangat penting dalam membangun bangsa.

Semangat ini sudah sejalan dengan konstitusi kita yang mewajibkan alokasi 20% dari anggaran negara digunakan untuk kepentingan pendidikan. Sebagai contoh saja, secara kuantitatif, Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan dengan negara-negara lain bila kita membandingkan jumlah sarjana yang ada. Saat ini Indonesia hanya memiliki 20.000 sarjana strata tiga (S-3), adapun China dan India jauh melampaui dengan jumlah sarjana S–3 sebanyak 500.000 orang.

Sementara kita baru mampu menghasilkan 800 lulusan S-3 per tahunnya. Pemikiran ini tidak terbatas hanya untuk kebutuhan S-3, tetapi juga untuk S-1, S-2, politeknik, dan sejenisnya di bidang kompetensi yang lain. Substansinya adalah bagaimana Indonesia dapat merangkak di mata nilai melalui sharing-knowledge, pendidikan, dan skilled training.

Saya optimistis di tahun-tahun mendatang kita bisa melihat sepak terjang bangsa jauh lebih kompetitif dalam forum internasional dan saya yakin dengan bantuan dan dukungan semua pihak, tidaklah berlebihan bila suatu saat nanti kita bisa melihat kader-kader bangsa Indonesia yang berkualitas setara dengan Bill Gates atau Steve Jobs dan kader-kader bangsa tersebut bisa saja lahir dari Mamuju, Fakfak, Manokwari, Solo, Jember, dan dari pelosok-pelosok desa yang ada di Indonesia.

Kita harus meyakini bahwa Investasi yang terbaik bagi Indonesia adalah investasi pendidikan bagi anak-anak bangsa kita. Oleh karena itu momentum peringatan hari kebangkitan nasional ini harus dijadikan sebagai tonggak bangkitnya pendidikan Indonesia yang lebih baik.

Kekuatan Ekonomi Nasional

Selain itu, momentum peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun ini kami maknai untuk mencanangkan hari kebangkitan produk nasional dengan harapan produk Indonesia dapat meningkat daya saingnya, menjaga terus kualitas dan mutu terbaik sehingga menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia. Tahun ini perekonomian Indonesia sudah menjadi bagian dari Trillion Dollar Club.

Keanggotaannya sangat eksklusif di luar negara-negara maju di mana di antara negara berkembang hanya terdiri atas China, India, Rusia, Brasil, Meksiko, Korea Selatan, Turki, dan Indonesia. Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara emerging market dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik. Perekonomian kita tahun lalu tumbuh sebesar 6,5%, inflasi 3,79% dan rasio hutang terhadap PDB kita tercatat 24,5% dibandingkan dengan rasio utang Yunani di 165%, Jepang 200%, serta Amerika Serikat 100%.

Tidak menutup kemungkinan pada 2012 rasio utang terhadap PDB kita kemungkinan besar akan berada di bawah 20%. Semakin sedikit hutangnya akan semakin leluasa kita bergerak untuk tumbuh dan berkembang. Demografi Indonesia yang sangat muda juga merupakan salah satu kekuatan pasar Indonesia dan merupakan salah satu potensi pasar yang besar. Dengan potensi yang besar ini, kita harus dapat mewarnai percaturan global dengan hasil produksi yang mengandung nilai tambah.

Indonesia memiliki demographic dividend di mana 50% populasi Indonesia merupakan penduduk berusia di bawah 29 tahun. Pada 10 tahun mendatang, populasi Indonesia masih didominasi angkatan kerja dan ini baik sekali untuk pembangunan ekonomi bangsa. Perekonomian kita mencapai USD1 triliun dari sisi purchasing power parity dan secara nominal USD825 miliar.

Jika kita ekstrapolasi angka tersebut sampai tahun 2030, 18 tahun dari sekarang, PDB Indonesia akan mencapai USD 9,3 triliun. Karena itu, Indonesia akan mempunyai peluang untuk menempatkan dirinya di peringkat kelima negara dengan ekonomi terbesar di dunia.

Mengatasi Tantangan

Bila kita melihat dari postur fiskal, moneter, dan demografik, kita memiliki prospek yang luar biasa.Tapi tantangan kita ke depannya berada di kesiapan kita untuk menghadapi perubahan dinamika kerja sama internasional karena pergeseran kepemimpinan ekonomi dunia dari negara maju yang sedang mengalami kesulitan kepada negara berkembang.

Selain itu, kompleksitas dari global value chain yang ke depannya akan lebih menggarisbawahi kualitas dari bidang jasa kita, bukan hanya produk dan manufaktur yang akan sangat kompetitif dan menentukan sekali bagaimana bentuk dan peran negara kita di dunia perdagangan dunia. Tentunya harus diupayakan agar ke depannya kita bisa melakukan industrialisasi agar kita bisa lebih piawai dan ini hanya bisa dipicu dengan investasi di bidang research and development dan pendidikan.

Karena itu diperlukan perbaikan soft dan hard infrastructure untuk mempercepat pembangunan Indonesia. Hard infrastructure sudah tercakup dalam National Masterplan of Connectivity yang dituangkan dalam bentuk program MP3EI, sementara soft infrastructure adalah melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia kita melalui fasilitas pendidikan yang berkualitas tinggi. Industrialisasi dan hilirisasi juga merupakan kunci penting bagi Indonesia di masa yang akan datang.

Merangkak di mata nilai dan menghasilkan produk yang bernilai tambah, semoga dengan mentalitas yang melahirkan industrialisasi akan dapat melatih agar bangsa ini terus dapat tumbuh dan berkembang. Pengelolaan sumber daya alam Indonesia harus dapat merangkak naik di rantai nilai. Artinya, Indonesia sudah harus siap mengekspor produk-produk yang bernilai tambah. Hilirisasi ini akan berdampak positif terhadap peningkatan angka tenaga kerja,peningkatan nilai ekspor,dan pada akhirnya peningkatan kesejahteraan rakyat dan negara.

Langkah-langkah strategis seperti ini sudah terlihat membuahkan ouput yang lebih positif. Penyerapan bahan baku domestik untuk industri lokal terus meningkat yang kemudian mendukung peningkatan ekspor bahan bernilai tambah. Dengan meningkatnya aktivitas kita di perdagangan dunia, kita juga harus meningkatkan efektivitas dalam memberikan perlindungan kepada konsumen melalui pemahaman K3L (kesehatan,keamanan, kenyamanan,dan lingkungan).

Kerja sama perdagangan kita harus dilandasi respek terhadap regulasi yang bisa memberikan jaminan perlindungan konsumen baik di dalam maupun di luar negeri. Selain itu, dalam memastikan ketahanan negara, baik pangan maupun nonpangan, kita harus menyadari pentingnya pola konsumsi bangsa kita dan setiap individu yang lebih bertanggung jawab. Hal ini bisa dilihat dari kacamata sosial maupun ekonomi.

Untuk itu semua pihak harus bekerja sama untuk mengurangi ketergantungan terhadap barang impor karena sebenarnya kita bisa memproduksi untuk kebutuhan domestik. Hal ini bisa dengan langsung maupun tidak langsung memberikan lingkungan yang lebih kondusif untuk industri di Indonesia membangun kapasitas diri sesuai perkembangan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar