Jumat, 04 Mei 2012

Belajar dari UKM di Inggris


Belajar dari UKM di Inggris
Achmad Deni Daruri; President Director Center for Banking Crisis
SUMBER : SINDO, 04 Mei 2012


Dalam menghadapi kenaikan harga bahan bakar minyak di Indonesia, ada baiknya pemerintah dan perusahaan kecil dan menengah belajar dari Inggris. George Anders (2011), pengarang The Rare Find, mengatakan: “Look at the ways iconic organizations center their talent hunts on people with the right values, rather than a preset level of experience”.

Itulah filosofi berkembangnya usaha kecil dan menengah (UKM) di Inggris. Mengembangkan usaha termasuk UKM dengan sumber daya manusia yang memiliki nilai-nilai yang sama ketimbang pengalaman kerja. Pengalaman kerja umumnya berkaitan dengan para pegawai yang sudah jenuh dengan pekerjaannya yang ingin mendapatkan tantangan baru sehingga mampu mengembangkan pendapatannya ketimbang terus bekerja sebagai pegawai.

Tidaklah mengherankan jika di Inggris usaha yang dikembangkan oleh seseorang tidak memiliki pegawai. Bentuk usaha seperti ini dalam dua puluh tahun terakhir berkembang sangat pesat di Inggris. Bahkan banyak penyerapan tenaga kerja yang dilakukan sektor ini ketimbang sektorsektor lainnya. Ini memperlihatkan bahwa Inggrissangatkondusifbagisektor UKM yang menggunakan fungsi produksi Leontief (fixed proportions production function).

Model ini merupakan model yang diciptakan agar pelaku bisnis tidak mudah menyerah oleh kelemahannya sendiri. Sementara sektor besar turut berjasa dalam mengembangkan sumber daya manusia yang akhirnya menjadi motor pembangunan UKM di Inggris. Satu hal lain yang perlu ditekankan adalah pentingnya nilai-nilai yang sama dalam mengembangkan UKM dan bukan sekadar faktor kepemilikan (Glancey dan McQuaid, 2000).

Ini merupakan pendekatan kualitatif dalam mendefinisikan sektor UKM di Inggris. Inilah kelebihan Inggris ketimbang Indonesia yang hanya mendefinisikan UKM dari jumlah orang yang beker-ja, besarnya aset, dan besarnya turn over. Padahal pendekatan kualitatif sangat efektif dalam menjelaskan UKM ketimbang kuantitatif. Keseluruhan jumlah UKM di Inggris mencapai 3,7 juta dan 2,3 juta di antaranya merupakan UKM tanpa karyawan.

Dengan demikian,jumlah UKM di Inggris mencapai 99,8% dari keseluruhan jumlah usaha, mempekerjakan 54,1% dari seluruh sektor usaha, dan memiliki kontribusi turn overmencapai 50,1%. Sangat mungkin jumlah UKM yang tidak memiliki pegawai ini mulai meningkat sejak program liberalisasi era Margareth Thatcher yang terkenal dengan program privatisasinya.

Dalam konteks sektoral, UKM memiliki jumlah yang sangat besar pada sektor jasa bisnis, perdagangan besar, eceran, dan bengkel. UKM di sektor keuangan dan pendidikan serta kesehatan secara relatif sangat kecil jumlahnya. Padahal London terkenal sebagai pusat keuangan dunia yang selalu bersaing dengan New York—walaupun saat ini posisi pusat keuangan dunia telah diambil alih oleh Hong Kong. Sektor tradable seperti manufaktur dan pertanian relatif kecil jumlahnya walaupun lebih besar ketimbang sektor jasa bisnis, pendidikan, dan kesehatan.

Pengembangan UKM

Belajar dari Inggris, bank yang berorientasi UKM di Indonesia sebaiknya tidak melulu melakukan fokus usaha secara spasial, tetapi juga sektoral. Bank sudah harus mulai melakukan penjajakan untuk fokus kepada UKM sektor jasa bisnis, perdagangan besar, eceran,dan perbengkelan baik di perkotaan dan pedesaan.

Strategi mengepung kota harus diubah menjadi strategi “mengepung” sektor-sektor UKM yang bakal berkembang pada masa depan. Agar pembangunan ekonomi Indonesia benar-benar dapat menyerupai Inggris, sudah saatnya Jakarta dan Batam dikembangkan menjadi pusatpusat keuangan regional. Batam idealnya dapat meniru Hong Kong ataupun Singapura.

Aturan bisnis, hukum, dan ekonomi di Batam harus berbeda dengan peraturan yang umum di Indonesia.Jika Batam masih mengikuti aturan umum di Indonesia, akan sulit bagi Batam untuk menyaingi Singapura dan Hong Kong sebagai pusat keuangan unggulan. Ada baiknya Batam bekerja sama dengan pemerintah Inggris dengan model Inggris dalam mengembangkan Hong Kong.

Kalau langkah itu dapat dilaksanakan, pola UKM yang terjadi di Indonesia pada masa depan diperkirakan tidak akan jauh berbeda dengan pola yang terjadi di Inggris.Sebaiknya Batam juga berorientasi pada sektor jasa bisnis. Sektor ini yang saat ini terus tumbuh di Inggris, sementara sektor lainnya justru banyak yang berkurang jumlahnya secara berarti. Ini artinya sektor UKM di Inggris memiliki keunggulan kompetitif dalam sektor itu.

Karena Inggris sudah tidakmenguasaiHongKong,keunggulan kompetitif tersebut tidak dapat dicangkokkan ke Hong Kong. Alangkah indahnya jika Batam yang mendapatkan limpahan keunggulan kompetitif tersebut. Untuk itu, pemerintah harus memberdayakan bank yang berorientasi UKM di Indonesia untuk memiliki kemampuan dan sumber daya manusia yang mampu berinteraksi dengan sektor jasa bisnis.

Inilah kesempatan bagi misalnya Bank BRI sebagai bank BUMN untuk membantu pemerintah dengan menyalurkan sumber daya manusia mereka yang berpengalaman untuk mendidik para bankir dari bank-bank lainnya. Pendidikan itu harus tidak diskriminatif bagi para bankir. Masalah diskriminasi memang akan sulit dihapus, tapi tetap bisa dilakukan.

Gary Becker, pemenang hadiah Nobel Ekonomi, pernah mengatakan: “So I had this little idea. I saw a way of taking the prejudices of workers and employers and customers and all groups, even governments, and sort of putting that through an economic analysis with competition and the goals of employers, opportunities for black and white employees to choose among different firms. So it becomes a complicated problem, using all the tools of economics.”

Belajar dari Inggris yang berhasil mengembangkan HongKong, padahal Inggris dan Hong Kong memiliki ras yang berbeda, mudah-mudahan dengan bekerja sama dengan Inggris dapat mempercepat pembangunan sektor UKM di Indonesia.

Pembatasan subsidi bahan bakar minyak dipastikan memiliki dampak terhadap kenaikan harga-harga yang tentu memberatkan sektor UKM, namun sektor UKM harus sudah memiliki peta akan norma dan nilai yang dimiliki oleh sektor UKM lainnya dan usaha besar sehingga sinergi usaha bisa meminimalisasi dampak negatif tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar