Rabu, 13 Juli 2022

 

Literasi Digital di Era Revolusi 4.0

Dilla: Guru di SMP Islam Al-Ishlah Bukittinggi

KOMPAS, 12 Juli 2022

 

                                                

 

Revolusi industri adalah perubahan secara cepat atas perkembangan manusia dalam membuat peralatan kerja. Revolusi yang pertama (1.0) yaitu terjadinya perubahan besar-besaran dan radikal terhadap cara manusia memproduksi barang. Ditandai dengan ditemukannya mesin bertenaga uap.

 

Revolusi pertama ini terjadi pada tahun 1750-1850 (akhir abad ke-18). Revolusi industri ini menjadi tanda terjadinya titik balik besar dalam sejarah dunia, yang memengaruhi hampir semua aspek kehidupan sehari-hari.

 

Revolusi kedua (2.0) mulai dari tahun 1913 (abad ke-20), ditandai dengan ditemukannya listrik dan adanya produksi mobil secara masal. Revolusi ini menggantikan mesin uap, karena telah ditemukannya, listrik, dan lampu. Jadi, cara memproduksi barang digantikan melalui pemakaian mesin dengan listrik.

 

Revolusi industri ketiga (3.0) dimulai pada awal tahun 1970-an. Penemuan ini ditandai dengan munculnya komputer dan robot yang bisa bergerak secera otomatis. Banyak pekerjaan manusia yang sudah dibantu dengan komputer dan robot sehingga semakin mempermudah pekerjaan dan bisa menghasilkan barang yang banyak.

 

Sekarang ini di abad ke-21, eranya revolusi 4.0 yang berpotensi pada meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat di seluruh dunia. Teknologi canggih sudah sangat akrab dengan kita sejak diumumkannya masa revolusi 4.0 ini oleh Jerman pada tahun 2010-an.

 

Internet bukanlah barang baru lagi, semua kehidupan manusia dipengaruhi oleh adanya internet. Hampir semua kegiatan manusia sekarang ini memenggunakan situs digital. Dari yang kecil sampai yang tua sudah tahu dengan yang namanya internet. Dengan kemajuan teknologi internet atau cyber ini, banyak menimbulkan dampak bagi gaya hidup masyarakatnya.

 

Tidak terkecuali perubahan gaya hidup generasi yang ada di zaman ini. Mereka adalah generasi milenial yang sudah jarang membaca buku karena hanya berfokus kepada gawai saja. Mereka lebih senang berkutat dengan gawainya daripada membaca buku.

 

Mereka disebut juga dengan generasi langgas (bebas). Bebas mencari dan mendapatkan informasi dari mana saja. Untuk bisa membawa mereka menjadi generasi yang aktif dan kreatif, kita harus bisa memanfaatkan kegemaran mereka tersebut melalui gerakan literasi digital. Bagi milenial yang hidupnya selalu ditemani oleh teknologi ini, kita asah mereka untuk bisa mencari semua informasi yang bisa membawa perubahan positif bagi perkembangan individu mereka.

 

Peran guru

 

Bagaimana cara membawa perubahan yang positif tersebut? Sebagai guru, yang jelas gerakan literasi digital juga harus dipadupadankan dengan literasi baca tulis di buku. Biarlah mereka mencari informasi dengan teknologi digitalnya, tetapi tetap pandu mereka untuk bisa berkolaborasi dan mengomunikasikan apa yang mereka dapat di depan forum-forum diskusi di depan kelas.

 

Itulah peran kita sebagai guru untuk bisa menjadikan kaum milenial sekarang menjadi sumber daya manusia yang aktif, kreatif, berpikiran kritis, dan bisa berkomunikasi dan berkolaborasi dalam kehiduan nyata mereka. Jangan biarkan mereka berselancar di dunia maya tanpa menyadari bahwa mereka sesungguhnya hidup di dunia nyata.

 

Atas dasar itu, gerakan literasi digital mulai diperkenalkan saat ini. Kita tidak akan lepas dengan yang namanya teknologi. Apalagi gawai, sudah semua orang menggunakan teknologi ini. Kenapa kita tidak bisa memanfaatkannya bagi kemajuan ilmu generasi milenial kita?

 

Literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara menghitung dan memecahkan masalah. Pada tingkat keahlian tertentu, semua hal yang harus dimiliki oleh setiap individu dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, literasi tidaklah bisa lepas dari kemampuan berbahasa. Teknologi digital sekarang inilah sebagai pembantu untuk mewujudkan generasi yang melek literasi.

 

Kita asuh mereka untuk berselancar mencari informasi yang dibutuhkan, dengan memberi tahu situs-situs yang bagus untuk mereka. Mengasah mereka dalam menuliskan semua informasi yang telah mereka dapat di gawainya dan menjadikan sebuah kumpulan karya berupa buku.

 

Sebagai generasi milenial yang melek literasi seharusnyalah kita sebagai guru harus mampu meningkatkan kemampuan mereka dalam merangkai kata yang bermakna dan menuliskannya kembali dengan baik. Tulisan merupakan jejak rekam dan bukti sejarah peradaban manusia yang berupa peristiwa, pengalaman, pengetahuan, pemikiran, dan ilmu pengetahuan. Tulisan dapat menembus dan menelusuri lorong ruang dan waktu di masa lampau.

 

Jika saja di zaman ini tidak ada lagi tulisan atau orang yang menulis, niscaya kita akan kembali ke zaman pra-sejarah. Faktanya zaman sekarang bisa dikatakan sebagai peradaban tulisan atau dunia teks. Terbukti banjirnya informasi yang kita terima setiap hari dari berbagai media cetak dan elektronik sebagian besar berbentuk teks atau tulisan. Singkat kata, tulisan telah mengisi seluruh ruang kehidupan manusai modern di era milenial seperti saat ini.

 

Walau bagaimanapun dunia berubah, generasi berganti, tidak akan mungkin kita akan hanya berdiri saja menatap mereka dengan antipati tanpa bisa berbuat untuk mereka lebih maju lagi. Kitalah gurunya, kitalah manusia pendamping bagi mereka menuju pintu gerbang kesuksesan mereka di masa depan. Jadilah guru yang memang melek ilmu karena menjadi guru tidak hanya belajar satu kali, tetapi belajar berkali-kali kalau kita tidak ingin dikebiri oleh ilmu dan teknologi.

 

Sumber :   https://www.kompas.id/baca/opini/2022/07/11/literasi-digital-di-era-revolusi-40

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar