Rabu, 13 Juli 2022

 

Diaspora dan UMKM Kita

Mukhamad Najib :  Atase Pendidikan KBRI Canberra dan Guru Besar Institut Pertanian Bogor

REPUBLIKA, 12 Juli 2022

 

 

                                                           

Pandemi Covid-19 belum sepenuhnya berakhir. Namun geliat ekonomi, terutama yang digerakan UMKM menunjukkan tanda-tanda kebangkitannya. Sektor produksi, distribusi dan konsumsi sudah bergerak lagi.

 

Bantuan langsung tunai (BLT) untuk UMKM terbukti meringankan beban pada fase pemulihan sehingga UMKM dapat melanjutkan bisnisnya. Setelah fase pemulihan, UMKM diharapkan berkembang lebih pesat.

 

Sehingga kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja, pengentasan kemiskinan, dan pendapatan nasional kembali meningkat. Tentu, UMKM memerlukan mitra lain di luar pemerintah untuk mempercepat perkembangannya.

 

Dalam hal ini, jaringan diaspora Indonesia di seluruh dunia dapat diundang untuk berperan. Yakni, orang Indonesia yang pergi ke negara lain dan menetap di sana guna mencari kehidupan lebih baik.

 

Diaspora Indonesia

 

Saat ini, diperkirakan lebih dari 12 juta diaspora Indonesia di seluruh dunia. Mereka potensial sebagai jaringan bisnis maupun permodalan. Di Australia, terdapat sekitar 90 ribu diaspora. Mereka profesional, pebisnis, dan pelajar.

 

Diaspora profesional tersebar di beragam sektor, seperti pertambangan, pertanian, hotel-restoran-kafe, pendidikan. Mereka yang berbisnis, banyak di ritel dan importir, properti dan perumahan, konsultan, pengolahan makanan dan restoran.

 

Menurut Rosser (2018), diaspora Indonesia beragam dari tingkat nasionalismenya. Namun yang tak bisa dinafikan, mereka memiliki rasa sayang yang kuat pada negerinya.

 

Berdasarkan observasinya, Rosser sangat yakin, diaspora memiliki semangat tinggi berkontribusi bagi pembangunan Indonesia. Mengacu pernyataan Rosser, selama ini Indonesia memiliki “harta karun” tak ternilai bernama diaspora tetapi belum termanfaatkan dengan baik.

 

Potensi mereka dapat dikelola untuk membantu UMKM di Indonesia dan tiga peran dapat dimainkan diaspora. Pertama, sebagai saluran pemasaran. Kedua, sumber permodalan, dan ketiga sebagai  sumber inovasi.

 

Salah satu aspek penting pengembangan UMKM adalah akses pasar yang baik. Ketika persaingan di Tanah Air semakin ketat, pasar domestik semakin sempit, maka  pasar luar negeri perlu dipertimbangkan.

 

Terkait akses pasar, diaspora pebisnis di berbagai negara dapat bertindak sebagai saluran pemasaran produk UMKM. Misalnya, diaspora yang memiliki bisnis importir dapat membantu UMKM Indonesia membuka pasar internasional.

 

Diaspora yang memiliki bisnis retail, bisa sebagai outlet UMKM di luar negeri. Dalam kasus di Australia, diaspora importir bisa menjadi trade hub. Diaspora menampung produk UMKM, lalu mengekspornya kembali ke negara pasifik lain.

 

Sehingga produk UMKM bukan hanya melakukan penetrasi pasar di Australia, juga negara pasifik mitra Australia. Hal serupa bisa dilakukan diaspora Indonesia di negara lain.

 

Di sisi lain, pemerintah mengeluarkan anggaran besar membantu UMKM pulih dari krisis akibat pandemi Covid-19. Sampai Juni 2022, realisasi anggaran program pemulihan ekonomi nasional (PEN) untuk penguatan ekonomi Rp 28,8 triliun, termasuk BLT UMKM.

 

Namun, dana penguatan dan pengembangan UMKM sangat besar, tak mungkin seluruh anggaran negara dialokasikan ke sana. Diaspora di mancanegara, salah satu sumber permodalan potensial, terlebih di negara maju. Umumnya, punya cukup dana yang dapat diinvestasikan.

 

Untuk menggalang dana diaspora, pemerintah dapat mengeluarkan sejenis obligasi untuk pembiayaan UMKM.

 

Sementara, dalam konteks inovasi, UMKM umumnya tak mampu berinovasi. Diaspora peneliti dan dosen memiliki kapasitas mumpuni membantu UMKM lebih inovatif dan kompetitif. Maka, diaspora bisa menjadi sumber inovasi penting bagi UMKM.

 

Di Australia, KBRI Canberra bekerja sama dengan University of Technology Sydney (UTS) untuk membantu UMKM Indonesia, dalam pengembangan produk. Mahasiswa UTS diberi tugas mendesain produk UMKM agar punya daya tarik bagi pasar Australia.

 

Selanjutnya mereka diminta uji pasar dan mempresentasikan hasil desain mereka. Dengan desain yang telah diuji ini, produk UMKM Indonesia bisa lebih diterima di pasar Australia. Praktik baik ini tentu bisa direplikasi di negara lain.

 

Diaspora Indonesia memiliki potensi besar membantu UMKM kita. Tinggal bagaimana mengorkestrasi potensi menjadi gerakan terstruktur. Gerakan “Diaspora Bantu UMKM” perlu diinisiasi, disosialisasikan, dan diorganisir dengan baik.

 

Kementerian Koperasi dan UMKM bisa jadi leading sector memulai gerakan ini. Bersama jaringan diaspora Indonesia di seluruh dunia, gerakan ini akan masif. Kita berharap diaspora dengan tangan terbuka bersedia membantu memajukan UMKM kita. ●

 

Sumber :   https://www.republika.id/posts/29800/diaspora-dan-umkm-kita

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar