Rabu, 27 Agustus 2014

Harga BBM dan MEA 2015

Harga BBM dan MEA 2015

Prodjo Sunarjanto  ;   Direktur Utama PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA)
KORAN SINDO, 26 Agustus 2014
                                                


Beberapa pekan terakhir, media massa ramai memberitakan wacana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Namun hingga kini belum ada kejelasan kapan dan berapa besaran kenaikan harga BBM. Padahal kepastian itu sangat dibutuhkan pelaku usaha, terutama untuk menghitung rencana bisnis di masa mendatang.

Sebagian besar pelaku usaha sebenarnya tidak mempersoalkan jika pemerintah benar-benar menaikkan harga atau membatasi konsumsi BBM asalkan berlaku di semua daerah. Tapi kalau hanya berlaku pada satu daerah tertentu dikhawatirkan bisa menimbulkan kelangkaan. Para pelaku usaha ketika hendak membuat keputusan bisnis harus terlebih dahulu berhitung. Bagaimana ongkosnya, berapa tarif listrikdanair, bagaimana tingkat inflasi, dan berapa suku bunganya? Untuk itu pelaku usaha membutuhkan kepastian. Pelaku usaha membutuhkan setidaknya tiga bulan untuk menyusun perencanaan.

Tidak bisa mendadak. Jadi kalau rencana kenaikan harga BBM ini tidak juga diumumkan, bagaimana pelaku usaha bisa berhitung? Ada baiknya pemerintah tidak khawatir mengeluarkan kebijakan yang tidak populis. Daripada tidak memberikan kejelasan, itu sama saja telah menyandera perekonomian. Pemerintah bisa mengimbangi kenaikan harga BBM dengan kebijakan prorakyat. Misalkan saja membebaskan pajak masuk onderdil kendaraan sehingga pelaku usaha bisa menurunkan tarif yang dikenakan kepada masyarakat.

Untuk bisnis penyewaan (rental) kendaraan, pada tiga hingga enam bulan pertama pascakenaikan harga BBM akan terimbas negatif. Ini karena konsumen akan mengurangi mobilitasnya. Apalagi BBM merupakan bagian terpenting bagi operasional perusahaan rental kendaraan. Jadi kemungkinan akan banyak perusahaan rental yang mengurangi kendaraan yang disewakan. Karena itu rencana ekspansi kemungkinan akan direm dulu. Setelah pasar bisa menerima kenaikan harga BBM, bisnis akan kembali bergerak. Selama ekonominya maju, kebutuhan transportasi, baik orang ataupun barang, akan naik.

Saya rasa semakin lama orang semakin peduli untuk tidak perlu berinvestasi di kendaraan. Semisal suatu perusahaan, kalau mempunyai 20 mobil saja, dengan asumsi harga mobil Rp150 juta per unit, maka harus mengeluarkan dana sekitar Rp 3 miliar untuk membeli aset yang tidak produktif. Akan lebih menguntungkan jika dana sebesar itu dipergunakan untuk membiayai kebutuhan di bisnis intinya, seperti membeli mesin, sehingga kinerja perusahaan menjadi lebih efisien. Apalagi dengan menyewa kendaraan, pelaku usaha tidak lagi harus berpikir mengurus administrasi seperti perpanjangan STNK atau ketika ada musibah kecelakaan.

Dengan demikian aktivitas bisnis pelaku usaha tidak terganggu. Jadi saya yakin, bisnis rental kendaraan akan terus berkembang di masa mendatang. Saat ini, pemain-pemain besar bisnis rental kendaraan ada 5-10 perusahaan. Kita memiliki market share di kisaran 13-14%. Kalau bicara potensi pasar, kirakira bisa 1,5 juta unit. Padahal sekarang suplainya baru di kisaran 150.000-an unit kendaraan. Jadi masih banyak ruang bagi industri ini untuk terus berkembang. Di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2015, ancaman perusahaan penyewaan kendaraan asing tidak terlalu mengkhawatirkan.

Mereka kan tidak memiliki local knowledge, semisal bagaimana cara mengembangkan dan mengurus driver di sini. Mereka tidak memiliki kemampuan itu karena di luar negeri lebih banyak yang self driving. Berbeda dengan di sini di mana sebagian besar sudah menggunakan driver. Jadi menurut saya, pada era MEA bisnis kita tidak akan banyak terganggu karena bisnis modelnya lain. Bisnis ini butuh modal besar. Ibaratnya seperti menanam pohon, tumbuhnya bisa empat tahun lagi. Kalau kita mau terus tumbuh, ya harus berinvestasi. Selain itu, pembiayaannya juga berbeda. Kalau di luar negeri cost of money-nya murah karena tingkat suku bunga rendah.

Di Indonesia umumnya bisa 14%. Itulah sebabnya masuk ke Indonesia tidaklah gampang. Apalagi Indonesia adalah negara kepulauan. Di ASEAN yang seperti kita hanya Filipina, lainnya daratan. Kalau seperti Thailand, Malaysia, dan Vietnam itu bisa langsung melalui darat. Kalau mau ke Indonesia naik apa? Naik pesawat atau kapal laut. Jadi tidak gampang bagi perusahaan rental kendaraan asing masuk ke Indonesia. Malah kita berpikir berencana masuk ke negara-negara lain. Tinggal melihat aturan-aturannya, memungkinkan tidak kita main ke sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar