Jumat, 11 November 2011

Suara Pembaca, 11 November 2011


Suara Pembaca, 11-11-11
*** Komentar dari para pembaca akan dimuat pada Suara Pembaca ***



Menuju Negara Adikuasa 2045 (Soegeng Sarjadi, Kompas 11 November 2011)

Komentar-1 :
Sebuah tulisan yang bagus, jauh lebih sederhana dan lebih mudah dimengerti oleh pembaca awam; terutama bila dibandingkan dengan tulisan Daoed Joesoef yang disebut dalam tulisan ini (lihat di http://budisansblog.blogspot.com/2011/11/presiden-anda-sedang-apa.html).

Menurut saya, kelas menengah kita terlalu banyak menguras energi dan sumberdaya lainnya untuk terus berisik, berperang melawan sesama kelas menengah kita lainnya; terutama dalam rangka memenangkan Pemilu, Pilpres, dan Pilkada. 

Memang benar, untuk menjadi negara adikuasa, kelas menengah kita harus terus meningkatkan produktivitasnya dan lebih banyak mengonsumsi barang-barang buatan dalam negeri.  Setahu saya, berdasarkan pengalaman negara-negara adikuasa sebelumnya, sebuah negara bisa menjadi negara adikuasa apabila kelompk kelas menengahnya mampu memanfaatkan produktivitasnya dan juga sumberdaya dan pasar di negara-negara lain untuk kepentingan kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyatnya. 

Peluang untuk menjadi negara adikuasa 2045 akan terbuka manakala kelas menengah kita bersatu dan mempunyai spirit dan stamina yang tinggi, seperti para pemain sepakbola Korsel dan Jepang, untuk bersaing melawan (calon) negara-negara adikuasa yang ada saat ini.  Tanpa semua itu, orang mungkin akan mencibir dan memperolok kita dengan ucapan "Mimpi kali!"     

Hal lain yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa menjadi negara adikuasa bukanlah tanpa tantangan dan godaan. Bagaimanapun, karena (agresif) memanfaatkan sumberdaya dan pasar di negara-negara lain, setiap negara adikuasa harus siap menerima tudingan dari negara-negara yang termarginalisasi (tersisih) karena globalisasi sebagai negara yang secara ekonomi dan politik telah mengeksploitasi mereka melalui berbagai kebijakan yang sebenarnya merupakan bentuk kolonialisme baru. 

Selain itu, bukan tidak mungkin sebagai negara adikuasa baru kita juga akan tergoda untuk melakukan intervensi kepada negara-negara (kaya atau lokasi geopolitiknya strategis, tapi lemah) yang sedang dilanda konflik, atau yang diduga telah melanggar HAM, dengan dalih untuk menciptakan perdamaian dunia.  Intervensi yang tidak jarang bukannya menciptakan perdamaian, tetapi (sebagaimana yang kita saksikan di Afghanistan, Irak, dan kemungkinan juga Libya) justru merusak dan mencederai perdamaian itu sendiri.       

Itu adalah nasehat dan peringatan yang perlu disampaikan kepada para penguasa negeri ini, apabila pada tahun 2045 nanti Indonesia benar-benar ingin menjadi negara adikuasa.  Mudah-mudahan itu (Indonesia Menuju Negara Adikuasa 2045) bukan sekadar mimpi.   (Budisan, budisan_2005@yahoo.com)



Note :
Pembaca dapat mengirim email ke budisan_2005@yahoo.com untuk mendapatkan Kliping-Opini lama yang tautannya tidak nampak pada halaman muka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar