Nasionalisme
Kalahkan Rasionalitas
Dahlan Iskan ; Mantan
CEO Jawa Pos
|
JAWA POS, 10 November
2016
''KOK bisa ya Donald Trump
menang?'' Itulah umumnya komentar orang. Di Timur dan di Barat. Selebihnya,
orang kehabisan kata-kata Ternyata debat calon presiden tidak berpengaruh
pada perubahan perilaku pemilih. Dalam tiga kali debat, Hillary Clinton menang
telak. Ditambah satu kemenangan telak lagi dalam debat tidak resmi di tengah
masyarakat Katolik New York.
Ternyata jajak pendapat meleset
semua. Sampai tiga hari sebelum pilpres, semua jajak pendapat masih
mengunggulkan Hillary.
Tahun ini jajak pendapat ilmiah
di negara Barat dua kali kena pukulan telak. Waktu Brexit dan pilpres di AS
ini. Ternyata nasionalisme mengalahkan rasionalitas. Isu nasionalisme yang
diusung Trump terbukti menghunjam sampai ke dalam jantung masyarakat Amerika.
Itulah pula yang membuat Inggris meninggalkan Eropa, Rodrigo Roa Duterte
menang di Filipina, dan kini Trump menang di Amerika.
Ternyata kebosanan terhadap
yang biasa-biasa saja membuat Hillary mati angin. Ternyata kebencian terhadap
politisi sudah sampai di sumsum. Ternyata emosi berhasil menyisihkan rasio.
Perasaan mengalahkan pikiran.
Ternyata kita belum bisa
melihat wanita jadi presiden Amerika. Kuatnya penolakan gereja untuk dipimpin
wanita ternyata memperoleh gambarannya yang jelas di negeri kampiun demokrasi
seperti Amerika.
Saya teringat dialog saya
dengan seorang kulit putih di pedalaman AS tiga bulan lalu. "Kalau
Hillary nanti tidak berhasil terpilih, itu karena dia seorang wanita,"
katanya.
Kini Trump menang mutlak:
popular vote dan electoral vote. Lebih mutlak lagi, kini eksekutif dan
legislatif dari partai yang sama. Mestinya tembok besar antara
Meksiko-Amerika segera dibangun.
Kita, terutama yang bukan
Islam, bisa segera rekreasi ke sana. Setelah 100 hari Trump jadi presiden,
seperti yang dijanjikannya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar