|
SUARA
KARYA, 15 Mei 2013
Seperti ritual tahunannya, majalah Forbes yang bermarkas di
New York, Amerika Serikat, baru-baru ini kembali melansir daftar nama
orang-orang terkaya di dunia. Warga paling tajir 2013. Dalam daftar orang
terkaya sejagat yang dikeluarkan Forbes tercatat ada 1.426 orang kaya di dunia.
Kekayaan bersih mereka di atas 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp 9,69 triliun.
Dari daftar 1.426 orang kaya ini, ada 442 warga kaya
merupakan warga AS. China yang merupakan kekuatan ekonomi nomor dua dunia
memiliki 122 warga terkaya. Rusia juga punya 110 warga kaya dalam daftar Forbes
itu. Yang pasti, daftar kekayaan para orang kaya versi Forbes tahun 2013 ini
menjadi 5,4 triliun dolar AS naik dari 4,6 triliun dolar AS di tahun 2012 lalu.
Indonesia dengan kekuatan ekonomi yang termasuk dalam 20
besar dunia juga menyertakan 25 warganya masuk dalam daftar 1.426 orang kaya
dunia versi Forbes. Dari kalkulasi, maka total kekayaan 25 warga kaya Indonesia
ini mencapai Rp 543,66 triliun. Harta mereka ini sekitar 8 persen dari total
produk domestic bruto (PDB) seluruh negeri ini, yakni sekitar Rp 8.241,9
triliun. (Laporan Badan Pusat Statistik 2012).
Kontribusi Positif
Mau tidak mau, harus diakui, pasti terjadi pro dan kontra
dari setiap detak kehidupan. Dalam hal 25 orang kaya Indonesia menguasai hampir
8 persen PDB, jelas sebuah ketidakadilan. Terlebih, bila dihitung bahwa sekitar
239.999.975 penduduk Indonesia lainnya yang harus berbagi untuk 92 persen PDB
yang ada. Bisakah kita dengan cepatnya menyimpulkan bahwa telah terjadi
ketidakadilan ekonomi dalam masalah ini, tanpa pernah melihat kontribusi
positif mereka dalam pembangunan ekonomi di negeri ini?
Nanti dulu. Jangan kita buru-buru menyimpulkannya. Kita
harus melihat kiprah dan sepak terjang perusahaan-perusahan milik para taipan
kaya Indonesia ini. Mereka rata-rata banyak bergerak di perbankan,
pertambangan, media, rokok, properti serta industi lainnya. Di era reformasi
yang penuh dengan keterbukaan dan transparansi informasi melalui media massa,
sepak terjang mereka sangat transparan. Hingga kini, sangat jarang terdengar
karakter negatif dari warga kaya Indonesia yang masuk dalam daftar orang
terkaya dunia ini.
Bahkan, kalau dilihat dari track record-nya selama ini, mereka adalah kaum pekerja keras,
sangat tekun (gigih), jiwa wirausaha dan penuh kreasi dan inovatis. Mereka juga
harus dihargai karena telah menciptakan lapangan kerja bagi ratusan ribu atau
bahkan jutaan orang Indonesia. Perusahaan-perusahaan mereka juga sangat memperhatikan
isu lingkungan hidup, upah buruh minimal (UMP), serta seabrek prestasi lainnya.
Tidak sedikit dari mereka juga melakukan tanggung jawab sosial dalam bentuk
penyisihan keuntungan perusahaan untuk program CSR (corporate social responsibility).
Dilihat dari sisi ini, maka sangat riskan kalau kita
menyebutkan munculnya ketidakadilan ekonomi. Di mana pun negerinya, kontribusi
orang-orang kaya justru sangat besar untuk ikut membangun perekonomian
negerinya. Bahkan , di antaranya di bidang kesehatan untuk men-support
penelitian sepuluh penyakit paling berbahaya di dunia. Belum lagi,
kontribusinya untuk kegiatan humanis lainnya yang sangat banyak. Mereka adalah
orang-orang yang suka memberi.
Oleh sebab itu, daripada mencela lebih baik kita belajar
banyak dari kehidupan orang-orang kaya sejagat ini. Mereka adalah pribadi
tangguh, yang tidak mudah menyerah, tidak cengeng dan senantiasa memiliki
energi yang tidak pernah habis untuk terus maju. Mereka bukan tipe yang ingin
cepat kaya mendadak ala Lampu Aladin, yang sekali gosok langsung kaya raya
dengan harta benda. Mereka bukanlah para spekulan yang suka ikut-ikutan dalam
berbagai investasi bodong yang ujungnya adalah ludesnya harta benda yang
sebelumnya dimiliki.
Mereka adalah para pekerja keras dan ulet. Melipatgandakan
uangnya dengan usaha-bisnis yang jelas dan lugas, bukan bisnis fiktif. Satu hal
lagi yang dimiliki oleh mereka adalah sifatnya yang suka memberi, bukan
meminta. Hal-hal inilah yang selayaknya dipelajari dari para orang kaya
dimanapun tempatnya, termasuk 25 orang terkaya di Indonesia. Budaya kerja keras
dan ulet inilah yang harus diwariskan untuk generasi mendatang, yang sekarang
ini lebih banyak dibanjiri dengan berita korupsi yang dilakukan oleh para
pecundang di negeri ini.
Hal-hal positif seperti inilah yang perlu dipelajari terus
menerus dari para orang kaya di negeri ini. Bukan kaya dengan cara korupsi,
melakukan KKN dan sejenisnya. Mereka kaya karena usaha bisnis yang tidak
mengenal lelah untuk merangsek maju seiring dengan berjalannya waktu. Dari muda
mereka sudah bekerja keras dan cerdas. Kini, mereka menikmati hasilnya. Mereka
adalah para pemenang bukan para pecundang. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar