Rabu, 15 Mei 2013

Belajar dari Warga Berharta Tajir


Belajar dari Warga Berharta Tajir
Susidarto ;  Praktisi Perbankan, Pemerhati Masalah Ekonomi-Keuangan
SUARA KARYA, 15 Mei 2013


Seperti ritual tahunannya, majalah Forbes yang bermarkas di New York, Amerika Serikat, baru-baru ini kembali melansir daftar nama orang-orang terkaya di dunia. Warga paling tajir 2013. Dalam daftar orang terkaya sejagat yang dikeluarkan Forbes tercatat ada 1.426 orang kaya di dunia. Kekayaan bersih mereka di atas 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp 9,69 triliun.

Dari daftar 1.426 orang kaya ini, ada 442 warga kaya merupakan warga AS. China yang merupakan kekuatan ekonomi nomor dua dunia memiliki 122 warga terkaya. Rusia juga punya 110 warga kaya dalam daftar Forbes itu. Yang pasti, daftar kekayaan para orang kaya versi Forbes tahun 2013 ini menjadi 5,4 triliun dolar AS naik dari 4,6 triliun dolar AS di tahun 2012 lalu.

Indonesia dengan kekuatan ekonomi yang termasuk dalam 20 besar dunia juga menyertakan 25 warganya masuk dalam daftar 1.426 orang kaya dunia versi Forbes. Dari kalkulasi, maka total kekayaan 25 warga kaya Indonesia ini mencapai Rp 543,66 triliun. Harta mereka ini sekitar 8 persen dari total produk domestic bruto (PDB) seluruh negeri ini, yakni sekitar Rp 8.241,9 triliun. (Laporan Badan Pusat Statistik 2012).

Kontribusi Positif

Mau tidak mau, harus diakui, pasti terjadi pro dan kontra dari setiap detak kehidupan. Dalam hal 25 orang kaya Indonesia menguasai hampir 8 persen PDB, jelas sebuah ketidakadilan. Terlebih, bila dihitung bahwa sekitar 239.999.975 penduduk Indonesia lainnya yang harus berbagi untuk 92 persen PDB yang ada. Bisakah kita dengan cepatnya menyimpulkan bahwa telah terjadi ketidakadilan ekonomi dalam masalah ini, tanpa pernah melihat kontribusi positif mereka dalam pembangunan ekonomi di negeri ini?

Nanti dulu. Jangan kita buru-buru menyimpulkannya. Kita harus melihat kiprah dan sepak terjang perusahaan-perusahan milik para taipan kaya Indonesia ini. Mereka rata-rata banyak bergerak di perbankan, pertambangan, media, rokok, properti serta industi lainnya. Di era reformasi yang penuh dengan keterbukaan dan transparansi informasi melalui media massa, sepak terjang mereka sangat transparan. Hingga kini, sangat jarang terdengar karakter negatif dari warga kaya Indonesia yang masuk dalam daftar orang terkaya dunia ini.

Bahkan, kalau dilihat dari track record-nya selama ini, mereka adalah kaum pekerja keras, sangat tekun (gigih), jiwa wirausaha dan penuh kreasi dan inovatis. Mereka juga harus dihargai karena telah menciptakan lapangan kerja bagi ratusan ribu atau bahkan jutaan orang Indonesia. Perusahaan-perusahaan mereka juga sangat memperhatikan isu lingkungan hidup, upah buruh minimal (UMP), serta seabrek prestasi lainnya. Tidak sedikit dari mereka juga melakukan tanggung jawab sosial dalam bentuk penyisihan keuntungan perusahaan untuk program CSR (corporate social responsibility).

Dilihat dari sisi ini, maka sangat riskan kalau kita menyebutkan munculnya ketidakadilan ekonomi. Di mana pun negerinya, kontribusi orang-orang kaya justru sangat besar untuk ikut membangun perekonomian negerinya. Bahkan , di antaranya di bidang kesehatan untuk men-support penelitian sepuluh penyakit paling berbahaya di dunia. Belum lagi, kontribusinya untuk kegiatan humanis lainnya yang sangat banyak. Mereka adalah orang-orang yang suka memberi.

Oleh sebab itu, daripada mencela lebih baik kita belajar banyak dari kehidupan orang-orang kaya sejagat ini. Mereka adalah pribadi tangguh, yang tidak mudah menyerah, tidak cengeng dan senantiasa memiliki energi yang tidak pernah habis untuk terus maju. Mereka bukan tipe yang ingin cepat kaya mendadak ala Lampu Aladin, yang sekali gosok langsung kaya raya dengan harta benda. Mereka bukanlah para spekulan yang suka ikut-ikutan dalam berbagai investasi bodong yang ujungnya adalah ludesnya harta benda yang sebelumnya dimiliki.

Mereka adalah para pekerja keras dan ulet. Melipatgandakan uangnya dengan usaha-bisnis yang jelas dan lugas, bukan bisnis fiktif. Satu hal lagi yang dimiliki oleh mereka adalah sifatnya yang suka memberi, bukan meminta. Hal-hal inilah yang selayaknya dipelajari dari para orang kaya dimanapun tempatnya, termasuk 25 orang terkaya di Indonesia. Budaya kerja keras dan ulet inilah yang harus diwariskan untuk generasi mendatang, yang sekarang ini lebih banyak dibanjiri dengan berita korupsi yang dilakukan oleh para pecundang di negeri ini.

Hal-hal positif seperti inilah yang perlu dipelajari terus menerus dari para orang kaya di negeri ini. Bukan kaya dengan cara korupsi, melakukan KKN dan sejenisnya. Mereka kaya karena usaha bisnis yang tidak mengenal lelah untuk merangsek maju seiring dengan berjalannya waktu. Dari muda mereka sudah bekerja keras dan cerdas. Kini, mereka menikmati hasilnya. Mereka adalah para pemenang bukan para pecundang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar