Peradaban manusia dibangun di atas penemuan-penemuan baru, bukan di atas retorika kosong para penghasut (demagog). Teknologi ponsel dan telekomunikasi nirkabel berdiri kokoh di atas banyak penemuan, mulai dari teori radiasi elektromagnetik yang dikembangkan ahli matematika dan fisika asal Skotlandia, James Clerk Maxwell (1831-1879), hingga penemuan terkait teknologi cip (microprocessor) terbaru yang telah dipatenkan.
Teori radiasi elektromagnetik Maxwell juga tak dihasilkan melalui perenungan delusi (khayalan) seperti yang dilakukan demagog, tetapi lewat uji coba berkali-kali ataupun kerja keras menyusun persamaan matematika yang menghubungkan kelistrikan dengan magnetisme. Hasil perdananya adalah teknologi gelombang radio yang diterapkan sejak abad silam.
Saat ini, wilayah yang menjadi sumber penting penemuan dan inovasi besar adalah Silicon Valley di California, Amerika Serikat. Perusahaan teknologi strategis berawal dari tempat tersebut. Sekarang pun ada begitu banyak perusahaan rintisan bermunculan di Silicon Valley.
Adam Fisher, penulis teknologi di The New York Times, menelusuri mengapa Silicon Valley menjadi lokasi yang mengawali banyak penemuan baru yang mengubah cara hidup warga di dunia. Dalam buku Valley of Genius: The Uncensored History of Silicon Valley, ia menulis, kegandrungan terhadap sains, teknologi, dan engineering hadir begitu kuat di wilayah tersebut.
Selain itu, di Silicon Valley, semangat untuk meneliti habis-habisan subyek tertentu dalam rangka menghasilkan penemuan baru (nerd culture) juga menjadi budaya populer.
Yang paling penting, inovasi dan penemuan di Silicon Valley tak berhenti di kamar studi atau ruang rapat. Inovasi ini dipatenkan, diterapkan, dijual, dan dioperasikan perusahaan sehingga menghasilkan pemasukan. Perusahaan kian besar tetapi tidak stagnan karena terus disuplai inovasi-inovasi lain.Intinya, inovasi harus dioperasikan agar dapat memperbaiki dunia dan meningkatkan hidup masyarakat.
Kegairahan menghasilkan inovasi tak bisa lepas dari penghargaan atas paten. Daron Acemoglu dan James A Robinson dalam Why Nations Fail mengungkapkan, Statuta Monopoli yang disahkan Parlemen Inggris pada 1623 memungkinkan siapa pun—rakyat jelata atau bangsawan—memiliki hak paten atas penemuannya. Statuta ini memang bertujuan mencegah Raja seenaknya menganugerahi hak paten kepada orang.
Statuta Monopoli 1623 dilihat sebagai kontributor penting terciptanya mesin uap di Inggris. Penemuan itu dilindungi dari pembajakan. Sang penemu pun berhak penuh atasnya sehingga ia mendapatkan keuntungan berkat hak paten yang dimilikinya. Teknologi mesin uap lalu diterapkan di berbagai bidang, termasuk manufaktur. Industri tekstil di Inggris berkembang pesat berkat mekanisasi teknologi mesin uap.
Langkah selanjutnya, negara harus dapat memastikan ekosistem keuangan berpihak kepada para penemu. Kredit bank harus lebih mudah mengalir kepada penemu yang mengoperasikan temuan mereka ketimbang kepada pengusaha yang cari enaknya dengan hanya mengekspor mineral mentah.
Di sinilah pentingnya politisi. Mereka bertugas menciptakan iklim pendukung penemuan dan inovasi lewat undang-undang yang dihasilkan. Politisi di parlemen jangan malah membangun lingkungan yang menguntungkan penghasut, kecuali jika negeri para politisi itu adalah negeri para demagog, bukan negeri kaum muda cemerlang yang menggandrungi penemuan baru dan inovasi. ***