Rabu, 15 Mei 2013

Penghasilan Tenaga IT


Penghasilan Tenaga IT
Tutang ;  Pranata Komputer Utama pada Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI
REPUBLIKA, 14 Mei 2013

Dua aspek penting dalam pengembangan bisnis berhubungan dengan teknologi informasi (information technology/IT), infrastruktur dan sumber daya manusia. Lemahnya infrastruktur dan langkanya sumber daya manusia profesional merupakan penyebab lambatnya perkembangan dan bisnis IT di Indonesia.
Apabila perencanaan, pembinaan, dan penciptaan sumber daya IT tidak dilaksanakan dengan baik, krisis sumber daya manusia pelan namun pasti akan terjadi. 

Dengan berkembangnya internet, bursa tenaga kerja semakin terbuka secara global. Beberapa negara di Asia, seperti India, Korea, Cina, Singapura, Malaysia, merupakan negara berkembang yang sanggup menembus pasar tenaga kerja IT dunia, termasuk Indonesia. 

IT merupakan ladang bisnis yang penuh dengan peluang dan sangat menantang. Berkembangnya bidang IT di satu sisi merupakan bencana, di sisi lain merupakan peluang. Indonesia sebagai pengirim tenaga kerja (TKI) ke luar negeri memiliki potensi mengirimkan skilled workers bidang IT. Ini merupakan peluang bagi pencari kerja Indonesia. 

Di Indonesia sejak 1990-an tenaga IT sangat banyak. Jurusannya beragam, mulai teknik informasi, sistem informasi, managemen informasi, sampai ilmu komputer. Lulusan IT secara umum menghasilkan sumber daya manusia terampil menggunakan produk teknologi informasi atau IT user, dan terampil menghasilkan produk IT atau IT producer.

Diperkirakan tahun 2013 ini lebih dari 200 perguruan tinggi (PT), baik negeri maupun swasta, di Indonesia memiliki program studi terkait dengan IT jenjang S-1, S-2, dan S-3. Dan lebih dari 300 PT menghasilkan lulusan D-2, D-3 dan D-4, dengan total lulusan lebih 25 ribu orang setiap tahun. Sementara itu, kalangan pengamat dan industri menilai jumlah tersebut sangat jauh dari kebutuhan industri sebenarnya, mencapai sekitar 500 ribu lulusan bidang TI setiap tahunnya. Tahun 2020 diperkirakan jumlah lulusan PT sekitar enam juta orang per tahun dengan asumsi tujuh persen mahasiswanya mengambil bidang IT. 

Di Indonesia, instansi pemerintah maupun perusahaan, umumnya menggunakan paket perangkat lunak aplikasi siap pakai yang dibuat oleh perusahaan besar, seperti Microsoft, Mac, Sun Microsystem, Oracle, maupun yang tailor-made (dilakukan oleh perusahaan konsultan asing). Namun, peluang untuk mengembangkannya masih terbuka lebar, karena diperkirakan lebih dari 100 produk perangkat lunak dunia hanya mengisi tidak lebih dari 45 persen total pasar IT dunia. 

Tantangan yang dihadapi para IT profesional dan developer di Indonesia adalah kemampuan dalam membangun perangkat lunak aplikasi yang international best practices. Bisnis yang menjadi primadona dalam industri perangkat lunak adalah outsourcing pembuatan modul-modul software pesanan negara ke negara-negara Asia. Mereka mengirimkan technical requirements dan technical design-nya, sedangkan pembuatan modul programnya dilakukan di perusahaan mereka. Hal ini dilakukan karena tenaga kerjanya lebih murah dan lebih produktif.

Peningkatan kompetensi

SDM lokal dalam upaya memenuhi standar kualitas internasional sering diartikan dengan dimilikinya sertifikasi internasional, meski hal tersebut tidak terkait langsung dengan kualitas pendidikan formal yang dimilikinya. Beberapa tahun lalu tidak kurang 1,8 juta profesional di dunia telah memperoleh sertifikasi, seperti MCP, MCSE, MCTS, MCSD, CNE, dan CNA.

Hambatan kita sebagai negara berkembang guna memenuhi kriteria tersebut adalah mahalnya training untuk mengambil sertifikasi internasional. Namun, tetap diperlukan sebagai modal tambahan yang cukup signifikan di samping gelar kesarjanaan. Sering kali proses tender internasional mensyaratkan tersedianya sertifikasi keahlian tertentu. 

Kebutuhan tenaga IT Kebutuhan tenaga IT bukan untuk perusahaan saja, tapi juga untuk memperkuat lembaga pemerintah. Kebutuhan tenaga IT akan bertambah ketika e-government dan otonomi daerah berjalan baik. Diperkirakan instansi pemerintah setiap tahunnya membutuhkan tenaga IT sebanyak 5.489 orang. Sementara untuk cybermedia tidak kurang dari 1.921 media, dengan perkiraan satu media membutuhkan 21 orang ahli IT. Sektor lain sangat banyak yang membutuhkannya.

Tunjangan fungsional peneliti beberapa bulan terakhir mengalami kenaikan yang cukup signifikan, rata-rata 200 persen. Kalau dilihat dari jumlah rupiahnya memang masih relatif kecil dibandingkan dengan penghasilan peneliti di negara lain. Tunjangan peneliti pertama Rp 1,25 juta dan untuk profesor riset dan APU tunjangannya sebesar Rp 5,2 juta. 

Tunjangan fungsional nonpeneliti lainnya masih jauh dari yang diharapkan.
Umumnya tunjangan fungsional nonpeneliti ini mulai dari Rp 220 ribu sampai dengan yang tertinggi Rp 1,2 juta per bulan. Kalau melihat ini memang tunjangan fungsional nyaris sama dengan tunjangan umum bagi PNS yang tidak memiliki jabatan fungsional ataupun struktural.

Sementara gaji seorang pemula di perusahaan IT berkisar Rp 900 ribu sampai Rp 2,5 juta per bulan. Yang berpengalaman penghasilannya mulai Rp 7 juta sampai Rp 10 juta per bulan. Di luar negeri, gaji seorang pegawai bidang IT kategori pemula berkisar 400 dolar AS sampai 600 dolar AS ( Rp 3,6 juta sampai Rp 5,5 juta per bulan). Yang digolongkan IT profesional dan developer memperoleh pendapatan 2.000 dolar AS sampai 2.500 dolar AS (Rp 18,2 juta sampai Rp 22,7 juta) per bulan. 

Bagi profesional IT dan depelover di Indonesia ternyata tidak murah, seorang software developer ASP, pengalaman lima tahun gajinya sekitar Rp 5 juta per bulan. Developer PHP gajinya berkisar Rp 7 juta per bulan. Kesimpulannya, tenaga IT di Indonesia cukup tinggi di mata pemberi kerja dibandingkan tenaga kerja bidang lain. Sedangkan IT director atau chief information officer (CIO) penghasilannya berkisar Rp 30 juta sampai Rp 80 juta per bulan. Di Indonesia masih di level IT manager, menurut Salary Guide yang dikeluarkan Kelly Service, dengan pengalaman 5-7 tahun berpenghasilan bersih sekitar Rp 11 juta sampai Rp 20 juta per bulan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar