|
REPUBLIKA,
14 Mei 2013
Dua aspek
penting dalam pengembangan bisnis berhubungan dengan teknologi informasi (information
technology/IT), infrastruktur dan sumber daya manusia. Lemahnya infrastruktur
dan langkanya sumber daya manusia profesional merupakan penyebab lambatnya
perkembangan dan bisnis IT di Indonesia.
Apabila perencanaan, pembinaan, dan penciptaan sumber daya IT tidak dilaksanakan dengan baik, krisis sumber daya manusia pelan namun pasti akan terjadi.
Apabila perencanaan, pembinaan, dan penciptaan sumber daya IT tidak dilaksanakan dengan baik, krisis sumber daya manusia pelan namun pasti akan terjadi.
Dengan
berkembangnya internet, bursa tenaga kerja semakin terbuka secara global. Beberapa
negara di Asia, seperti India, Korea, Cina, Singapura, Malaysia, merupakan
negara berkembang yang sanggup menembus pasar tenaga kerja IT dunia, termasuk
Indonesia.
IT
merupakan ladang bisnis yang penuh dengan peluang dan sangat menantang.
Berkembangnya bidang IT di satu sisi merupakan bencana, di sisi lain merupakan
peluang. Indonesia sebagai pengirim tenaga kerja (TKI) ke luar negeri memiliki
potensi mengirimkan skilled workers
bidang IT. Ini merupakan peluang bagi pencari kerja Indonesia.
Di
Indonesia sejak 1990-an tenaga IT sangat banyak. Jurusannya beragam, mulai
teknik informasi, sistem informasi, managemen informasi, sampai ilmu komputer.
Lulusan IT secara umum menghasilkan sumber daya manusia terampil menggunakan
produk teknologi informasi atau IT user, dan terampil menghasilkan produk IT atau
IT producer.
Diperkirakan
tahun 2013 ini lebih dari 200 perguruan tinggi (PT), baik negeri maupun swasta,
di Indonesia memiliki program studi terkait dengan IT jenjang S-1, S-2, dan
S-3. Dan lebih dari 300 PT menghasilkan lulusan D-2, D-3 dan D-4, dengan total
lulusan lebih 25 ribu orang setiap tahun. Sementara itu, kalangan pengamat
dan industri menilai jumlah tersebut sangat jauh dari kebutuhan industri sebenarnya,
mencapai sekitar 500 ribu lulusan bidang TI setiap tahunnya. Tahun 2020
diperkirakan jumlah lulusan PT sekitar enam juta orang per tahun dengan asumsi
tujuh persen mahasiswanya mengambil bidang IT.
Di
Indonesia, instansi pemerintah maupun perusahaan, umumnya menggunakan paket
perangkat lunak aplikasi siap pakai yang dibuat oleh perusahaan besar, seperti
Microsoft, Mac, Sun Microsystem, Oracle, maupun yang tailor-made (dilakukan oleh perusahaan konsultan asing). Namun,
peluang untuk mengembangkannya masih terbuka lebar, karena diperkirakan lebih
dari 100 produk perangkat lunak dunia hanya mengisi tidak lebih dari 45 persen
total pasar IT dunia.
Tantangan
yang dihadapi para IT profesional dan developer di Indonesia adalah kemampuan
dalam membangun perangkat lunak aplikasi yang international best practices. Bisnis yang menjadi primadona dalam
industri perangkat lunak adalah outsourcing
pembuatan modul-modul software pesanan negara ke negara-negara Asia. Mereka
mengirimkan technical requirements
dan technical design-nya, sedangkan
pembuatan modul programnya dilakukan di perusahaan mereka. Hal ini dilakukan
karena tenaga kerjanya lebih murah dan lebih produktif.
Peningkatan kompetensi
SDM lokal
dalam upaya memenuhi standar kualitas internasional sering diartikan dengan
dimilikinya sertifikasi internasional, meski hal tersebut tidak terkait
langsung dengan kualitas pendidikan formal yang dimilikinya. Beberapa tahun
lalu tidak kurang 1,8 juta profesional di dunia telah memperoleh sertifikasi,
seperti MCP, MCSE, MCTS, MCSD, CNE, dan CNA.
Hambatan
kita sebagai negara berkembang guna memenuhi kriteria tersebut adalah mahalnya training untuk mengambil sertifikasi
internasional. Namun, tetap diperlukan sebagai modal tambahan yang cukup
signifikan di samping gelar kesarjanaan. Sering kali proses tender
internasional mensyaratkan tersedianya sertifikasi keahlian tertentu.
Kebutuhan
tenaga IT Kebutuhan tenaga IT bukan untuk perusahaan saja, tapi juga untuk memperkuat
lembaga pemerintah. Kebutuhan tenaga IT akan bertambah ketika e-government dan otonomi daerah berjalan
baik. Diperkirakan instansi pemerintah setiap tahunnya membutuhkan tenaga IT
sebanyak 5.489 orang. Sementara untuk cybermedia
tidak kurang dari 1.921 media, dengan perkiraan satu media membutuhkan 21 orang
ahli IT. Sektor lain sangat banyak yang membutuhkannya.
Tunjangan
fungsional peneliti beberapa bulan terakhir mengalami kenaikan yang cukup signifikan,
rata-rata 200 persen. Kalau dilihat dari jumlah rupiahnya memang masih relatif
kecil dibandingkan dengan penghasilan peneliti di negara lain. Tunjangan
peneliti pertama Rp 1,25 juta dan untuk profesor riset dan APU tunjangannya
sebesar Rp 5,2 juta.
Tunjangan
fungsional nonpeneliti lainnya masih jauh dari yang diharapkan.
Umumnya tunjangan fungsional nonpeneliti ini mulai dari Rp 220 ribu sampai dengan yang tertinggi Rp 1,2 juta per bulan. Kalau melihat ini memang tunjangan fungsional nyaris sama dengan tunjangan umum bagi PNS yang tidak memiliki jabatan fungsional ataupun struktural.
Umumnya tunjangan fungsional nonpeneliti ini mulai dari Rp 220 ribu sampai dengan yang tertinggi Rp 1,2 juta per bulan. Kalau melihat ini memang tunjangan fungsional nyaris sama dengan tunjangan umum bagi PNS yang tidak memiliki jabatan fungsional ataupun struktural.
Sementara
gaji seorang pemula di perusahaan IT berkisar Rp 900 ribu sampai Rp 2,5 juta per
bulan. Yang berpengalaman penghasilannya mulai Rp 7 juta sampai Rp 10 juta per
bulan. Di luar negeri, gaji seorang pegawai bidang IT kategori pemula berkisar
400 dolar AS sampai 600 dolar AS ( Rp 3,6 juta sampai Rp 5,5 juta per bulan).
Yang digolongkan IT profesional dan developer memperoleh pendapatan 2.000 dolar
AS sampai 2.500 dolar AS (Rp 18,2 juta sampai Rp 22,7 juta) per bulan.
Bagi
profesional IT dan depelover di Indonesia ternyata tidak murah, seorang software developer ASP, pengalaman lima tahun gajinya sekitar Rp 5 juta per
bulan. Developer PHP gajinya berkisar
Rp 7 juta per bulan. Kesimpulannya, tenaga IT di Indonesia cukup tinggi di mata
pemberi kerja dibandingkan tenaga kerja bidang lain. Sedangkan IT director atau chief information officer (CIO) penghasilannya berkisar Rp 30 juta
sampai Rp 80 juta per bulan. Di Indonesia masih di level IT manager, menurut Salary Guide yang dikeluarkan Kelly Service, dengan pengalaman 5-7
tahun berpenghasilan bersih sekitar Rp 11 juta sampai Rp 20 juta per bulan. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar