Rabu, 22 Mei 2013

Menunggu Kenaikan Harga BBM


Menunggu Kenaikan Harga BBM
Umar Juoro ;  Ekonom Senior
di Center for Information and Development Studies dan Habibie Center
REPUBLIKA, 20 Mei 2013

Sudah sekian lama dan sekian banyak skenario dibahas, kita masih menanti keputusan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). Pemerintah akan mengajukan APBN Perubahan yang termasuk di dalamnya perubahan asumsi makro, pengurangan subsidi BBM, dan kompensasi kepada golongan miskin untuk mengatasi akibat dari kenaikan harga BBM.

Pemerintah berencana menaikkan harga BBM menjadi Rp 6.500 per liter dan solar Rp 5.500. Kenaikan ini diharapkan dapat menghemat sekitar Rp 46 triliun. Sekalipun demikian, pemerintah masih harus mengurangi anggaran di pos-pos tertentu. Kenaikan harga BBM ini diperkirakan meningkatkan inflasi sekitar dua sampai tiga persen. Pengaruh terbesar akan dirasakan oleh golongan miskin. Karena itu, pemerintah mengajukan anggaran bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) selama empat bulan dengan setiap bulannya Rp 150 ribu per orang.

Program lainnya ada lah beras untuk orang miskin (raskin), bantuan keluarga harapan, dan beasiswa untuk anak keluarga miskin. Tambahan dana sekitar Rp 29 triliun. Defisit APBN mencapai sekitar 2,6 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Kita tahu bahwa subsidi BBM sudah demikian besarnya. Jika subsidi ini tidak dikurangi maka akan membengkak menjadi sekitar Rp 300 triliun dan defisit melebihi tiga persen dari PDB. Karena itu, pengurangan subsidi BBM harus dilakukan. Pelaku ekonomi dan masyarakat menunggu keputusan ini karena besarnya implikasi ekonomi dan sosial-politiknya. 

Inflasi yang lebih tinggi akan ditanggapi oleh Bank Indonesia (BI) dengan menaikkan BI Rate, kemungkinan sekitar satu sampai dengan 1,5 persen. Selanjutnya, bunga deposito dan pinjaman juga akan naik. Debitur, baik perusahaan maupun rumah tangga, akan merasakan tambahan beban. Perusahaan keuangan dan sektor riil akan merasakan penurunan keuntungan.

Nilai rupiah kemungkinan akan lebih stabil dan cenderung menguat dengan dinaikkannya BI Rate dan menurunnya defisit transaksi berjalan. Apalagi, jika aliran modal meningkat maka rupiah akan menguat.
Pertumbuhan ekonomi diperkirakan menurun menjadi sekitar enam persen. Kenaikan harga BBM kemungkinan akan menurunkan konsumsi BBM atau paling tidak menjaga kenaikan yang tidak terkendali. Implikasinya impor minyak akan menurun atau paling tidak terjaga dari lonjakan. Dengan demikian, defisit neraca berjalan menurun. Hal ini akan ditanggapi positif bagi investor.

Bagaimanapun Indonesia masih menjadi tempat yang menarik bagi investasi karena imbal hasilnya yang tinggi. Secara sosial-politik sekali pun kemungkinan para politisi meyetujui kenaikan harga BBM, tetapi persetujuan BLSM akan alot karena para politisi melihat ini lebih menguntungkan partai penguasa. Begitu pula kemungkinan mahasiswa dan buruh akan berdemonstrasi menentang kenaikan harga BBM ini.

Namun, keputusan ini harus dilakukan dengan segala konsekuensinya. Harapannya adalah dengan kebijakan yang rasional perekonomian akan lebih kuat dan dapat berkembang dengan lebih seimbang setelahnya.  Sekalipun protes akan terjadi, namun masyarakat luas diharapkan juga akan memahami keputusan berat yang harus diambil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar