Kamis, 23 Mei 2013

Meningkatkan Kualitas Caleg


Meningkatkan Kualitas Caleg
Asmadji AS Muchtar ;  Dosen Pascasarjana UII Yogyakarta dan Unsiq Wonosobo
SUARA KARYA, 22 Mei 2013


Berbicara dengan gaya membentak-bentak, mengantuk, pura-pura tidur atau asyik bergunjing ketika sedang mengikuti sidang, yang dilakukan sejumlah anggota DPR, semakin jelas menunjukkan betapa mereka masih jauh dari ideal. Hal itu bisa terjadi, karena ketika akan menjadi calon legislatif (caleg) ternyata masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan. Karena itu, caleg perlu memperkaya diri dengan senantiasa meningkatkan sumber daya manusianya dengan multikursus.

Pertama, caleg perlu mengikuti kursus untuk meningkatkan kecerdasannya. Ini penting agar wakil rakyat berperilaku intelek ketika sedang mengikuti sidang atau ketika sedang berada di mana pun dan kapan pun. Dan, tentu agar caleg bersedia mengikuti kursus-kursus, maka harus ada aturan yang mengikat. Misalnya, setelah dipastikan menjadi peserta pemilu legislatif, semua caleg diharuskan mengikuti kursus-kursus untuk memperkaya sumber daya manusia (SDM). Kursus-kursus yang harus diikuti semua caleg, antara lain meliputi kursus lemhanas dan hukum tata negara untuk mendukung kinerjanya. Kedua, caleg perlu mengikuti kursus etika kepribadian. Hal ini mendesak perlu dilakukan agar wakil rakyat tampil pantas dan terhormat di mana pun mereka berada. Selama ini banyak caleg yang kurang etis karena memang belum mengerti etika. 

Misalnya, banyak caleg yang duduk dengan sikap berleha-leha ketika sedang mengikuti sidang, seolah-olah mereka sangat santai dan tidak serius. Bahkan, banyak juga yang duduk mengantuk atau ada juga yang asyik buka-buka internet pada saat sedang bersidang.

Ketiga, caleg perlu mengikuti kursus bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Ini pun penting agar wakil rakyat bisa berbicara dengan baik dan lancar dalam melaksanakan tugas-tugasnya, baik di dalam maupun di luar negeri. Terlalu naif, jika banyak caleg dibiarkan tidak mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar selama di dalam negeri. Juga, sangat naif jika caleg tidak mampu berbahasa Inggris yang baik dan benar ketika berada di luar negeri.

Layak diduga, jika selama ini acara kunjungan kerja (kunker) ke luar negeri cenderung hanya dianggap sebagai pelesiran saja, bisa jadi karena caleg memang kurang mampu berbahasa Inggris sehingga sungkan bertemu dengan pejabat-pejabat negara lain. Dalam hal ini, ketidakmampuan berbahasa Inggris membuat banyak caleg memilih kunker untuk sekadar pelesiran rame-rame dan hura-hura saja.

Keempat, caleg perlu mengikuti kursus agama. Kursus ini penting agar caleg bisa menjadi manusia yang bertaqwa. Selain itu, jika pemahaman tentang ajaran agama sudah cukup akan membuat caleg mengerti mana perbuatan dosa sehingga ketika bertugas sebagai anggota dewan, yang bersangkutan tidak suka berbuat dosa.

Selama ini, banyak caleg yang kurang memahami ajaran agama sehingga sering berbuat dosa atau berkhianat kepada rakyat dan negara. Misalnya, mereka melanggar sumpah jabatan dan tidak menempati janji-janji kampanye yang memiliki efek domino negatif dalam arti seluas-luasnya.

Kewajiban Parpol

Idealnya, setiap parpol memiliki kewajiban moral untuk memilih caleg yang dijagokan melalui seleksi yang ketat berdasarkan sertifikat multikursus. Misalnya, setiap caleg diharuskan memiliki sertifikat multikursus untuk melengkapi ijazah pendidikan formalnya.

Jika setiap parpol mampu memenuhi kewajibannya tersebut, tentu tidak akan gegabah menjagokan caleg yang terkesan sembarangan asal punya modal besar untuk dana kampanye. Harus diakui, selama ini banyak parpol tidak selektif menjagokan caleg karena terkendala dana kampanye, sehingga cenderung mengusung caleg-caleg yang punya banyak uang walaupun kurang mampu melaksanakan tugas-tugasnya sebagai caleg.

Akibatnya, di DPR sejak dulu hingga sekarang masih banyak anggota legislatif yang kurang mampu melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dan benar, tapi bisa saja mereka bertahan hingga dua periode karena mereka memang punya banyak uang yang dibutuhkan oleh parpolnya.

Untuk memberikan multikursus yang betul-betul berkualitas untuk caleg, DPR perlu mendapat dukungan dari universitas. Dalam hal ini, pihak universitas tentu bisa membuka semacam program khusus multikursus bagi caleg sebagai program resmi di luar kurikulum atau di luar fakultas-fakultas yang ada.

Dengan dukungan universitas, multikursus untuk caleg tentu bisa diberikan secara sistematis berdasarkan rumus didaktis atau pedagogis sehingga hasilnya bisa benar-benar sesuai dengan yang diharapkan, yakni munculnya caleg yang pantas dan terhormat serta cerdas.

Multikursus bagi caleg harus dianggap sangat penting agar semua wakil rakyat yang akan datang tidak lagi sering memalukan dan mengecewakan rakyat. Dalam hal ini, meskipun mereka sudah bertitel sarjana, pengetahuan caleg tetap perlu untuk terus up to date agar tidak ketinggalan zaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar