|
KOMPAS, 08 Mei 2013
Pada 5 Mei 2013, Malaysia telah melaksanakan
pemilu untuk menentukan pemimpin politik lima tahun ke depan.
Sejak merdeka pada tahun 1957 hingga saat
ini, Organisasi Nasional Melayu Bersatu (UMNO) selalu menjadi partai pemenang
dan berkuasa di Malaysia. Namun, pada Pemilu 2008 yang lalu, UMNO dikejutkan
koalisi partai oposisi—Democratic Action Party, Parti Islam Se-Malaysia (PAS),
dan Partai Keadilan Rakyat (PKR)—yang mampu meraih 82 kursi dari total 222
kursi di parlemen.
Sebelumnya, UMNO selalu dominan dengan
menguasai lebih dari dua pertiga kursi parlemen. Keberhasilan oposisi meraih 82
kursi parlemen dan menang di 5 negara bagian (Selangor, Kelantan, Kedah,
Terengganu, dan Penang) itu merupakan pukulan telak bagi UMNO. Hal tersebut
tidak lepas dari ketokohan Anwar Ibrahim yang mampu menghimpun kekuatan
oposisi.
Persaingan politik di Malaysia tidak bisa
lepas dari pengaruh budaya Melayu dan Islam yang begitu dominan. Budaya Melayu
dan pengaruh kerajaan yang masih eksis membuat politik Malaysia menjadi lebih
santun dan jarang terjadi demonstrasi yang anarki. Masyarakat Malaysia yang
majemuk, baik dari segi agama, budaya, maupun etnis, tidak menjadi penghalang
untuk membangun negara yang kuat dan rukun. Budaya Melayu dan nilai-nilai Islam
yang dominan menjadi semakin kuat karena faktor kesultanan yang memberi
dukungan kepada eksistensi Islam dan budaya Melayu.
Potensi konflik
Potensi konflik politik di Malaysia memang
tidak bisa dihindari, khususnya antara UMNO yang dianggap sekuler dan PAS
sebagai partai Islam. Kedua partai sama-sama memperebutkan pemilih dari massa
Melayu dan Islam. Lebih-lebih pada masa kampanye politik, potensi konflik itu
semakin nyata.
UMNO sebagai partai sekuler berbasis etnis
Melayu mengklaim berkomitmen kuat mengaktualisasikan nilai-nilai Islam dan
menuduh PAS sebagai partai tradisional yang menghambat kemajuan. PAS sebagai
partai Islam mengklaim lebih Islami dan menuduh UMNO banyak menyimpang dari
nilai-nilai Islam.
Sumber konflik kedua partai tersebut adalah
isu-isu Islam dengan penafsiran masing-masing. Strategi politik itu wajar
mengingat suara pemilih yang mereka perebutkan adalah masyarakat Melayu yang
berkomitmen kuat kepada Islam.
Bagi masyarakat Melayu, budaya mereka tak
bisa dipisahkan dari Islam. Itu sebabnya, partai-parti yang berbasis Melayu,
baik UMNO, PAS, maupun PKR, selalu membawa isu Islam dalam strategi politik
mereka.
Bahkan, UMNO—baik di bawah kepemimpinan
Mahathir Mohamad, Abdullah Ahmad Badawi, maupun Najib Razak—memunculkan gagasan
baru Islam Hadhari. Konsep Islam Hadhari adalah menegaskan peran utama
pengetahuan dalam Islam dan berupaya mencapai sepuluh prinsip utama mulai dari
keimanan, keadilan, hingga kehidupan yang berkualitas.
UMNO sebagai partai penguasa memiliki
kesempatan yang lebih luas untuk menjawab berbagai kritik yang dilontarkan PAS
terkait dengan kemajuan Islam di Malaysia. Meskipun UMNO sebagai partai
sekuler, kebijakan politik UMNO banyak yang mendukung kemajuan Islam.
Pemerintah mendirikan Bank Islam, Universitas Islam Internasional, Asuransi
Islam, hingga mendukung kemajuan dakwah lewat berbagai dukungan dana dari
tingkat desa hingga nasional.
Sejumlah tindakan nyata UMNO selama ini tetap
dalam bingkai pluralisme sehingga tidak memicu gejolak. Sebagai partai
penguasa, UMNO bisa lebih leluasa membuat sejumlah kebijakan yang menguntungkan
semua lapisan masyarakat, apa pun etnis dan agamanya.
UMNO yang dominan etnis Melayu tidak hanya
mengutamakan pembangunan untuk Melayu dan Islam, tetapi juga bagi etnis China
dan India. Dengan demikian, nilai-nilai pluralisme di Malaysia dikelola dengan
baik dalam prinsip kesatuan.
Bagi PAS sebagai partai oposisi, sejumlah
kebijakan politik yang dibuat pemerintah/UMNO hanyalah strategi politik untuk
memengaruhi masyarakat Melayu. Menurut PAS, dukungan UMNO terhadap Islam belum
menyentuh esensi Islam.
Negara bernilai Islam
Perjuangan politik PAS adalah mendirikan
negara yang konsisten dengan nilai-nilai Islam. Namun, idealisme itu tampaknya
sulit diwujudkan di tengah pluralisme masyarakat. PAS dinilai sektarian
sehingga sulit diterima masyarakat yang mendambakan keutuhan dan persatuan
bangsa.
Melihat persaingan politik yang terjadi
antara UMNO dan PAS dengan mengangkat isu-isu keislaman, sesungguhnya yang
lebih dominan lagi adalah aspek penafsiran. Bagi UMNO, perjuangan politik untuk
memajukan Islam di Malaysia tidak harus dengan menjadikan Malaysia negara
Islam, tetapi yang lebih penting justru esensi nilai-nilai Islam bisa
diaktualisasikan dalam berbagai kebijakan politik.
Bagi PAS, perjuangan Islam itu harus
diwujudkan secara formal dengan menjadikan Malaysia negara Islam. Dalam hal
ini, UMNO tampaknya lebih realistis strategi politiknya di tengah kondisi
rakyat Malaysia yang majemuk. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar