Waspadai
Pelecehan Intelektual
Endang Sukara ; Wakil Kepala
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
|
KORAN
TEMPO , 04 September 2012
Harus kita syukuri, budaya
meneliti di Indonesia sudah mulai marak sampai ke anak-anak sekolah dan mampu
menorehkan prestasi pada ajang lomba tingkat internasional.
Tidak terbantahkan bahwa ilmu
pengetahuan adalah fondasi bagi kemakmuran suatu bangsa. Negara yang memiliki
ilmu pengetahuan tinggi terbukti makmur sekalipun tidak memiliki cukup sumber
daya alam. Peluang Indonesia menggapai puncak kemakmuran sangat besar, asalkan
ilmu pengetahuan menjadi budaya yang dipraktekkan dalam segala aspek kehidupan
berbangsa dan bertanah air. Indonesia memiliki sumber daya alam yang tidak
mudah ditandingi.
Harus kita syukuri, budaya
meneliti di Indonesia sudah mulai marak sampai ke anak-anak sekolah dan mampu
menorehkan prestasi pada ajang lomba tingkat internasional. Lembaga penelitian
terbesar dan tertua di Indonesia, LIPI, awal Agustus tahun ini juga berhasil
menjadi bagian dari Top 20 Lembaga Penelitian Terbaik Dunia menurut Webometrik.
Kondisi ini harus terus dipelihara agar ilmuwan Indonesia terus meningkatkan
prestasinya dan mampu memberikan sumbangan lebih nyata bagi terwujudnya
cita-cita bangsa, menjadi bangsa yang adil dan makmur.
Meski demikian, suasana ini
terusik dengan adanya publikasi di African
Journal for Agricultural Research (AJAR) Volume 7, Nomor 28, halaman 4038-4044
terbitan tanggal 24 Juli 2012 dengan judul "Mapping Indonesian Paddy Fields Using Multiple-Temporal Satellite
Imagery", yang ditulis oleh Nono Lee bersama Agnes Monica dan Inul
Daratista, yang mengaku berasal dari "Institute
of Dangdut" yang beralamat di Jalan Tersesat No. 100, Jakarta, 10000,
Indonesia. Tulisan ini dikategorikan oleh AJAR sebagai full-length research paper. AJAR sendiri merupakan jurnal ilmiah
yang mempunyai reputasi di regional Afrika. Jurnal ini bukan jurnal sembarangan
karena memiliki DOI: 10.5897/AJAR12.148
dan ISSN 1991-637X-2012 Academic Journals.
Kepala PDII-LIPI, Sri Hartinah,
dan timnya melakukan penelusuran dan menemukan bahwa artikel yang ditulis oleh
Nono Lee, Agnes Monica, dan Inul Daratista itu ternyata diambil dari tulisan
Arika Brdhikitta dan Thomas J. Overcamp dengan judul "Estimation of Southeast Asian Rice Paddy Areas with Different Ecosystem
from Moderate-Resolution Satellite Imagery" (science direct), yang
dipadukan dengan tulisan Abdul Karim Makarim (Central Research Institute for Food Crops, Jalan Merdeka 147,
Bogor, Indonesia) yang berjudul "Bridging
the Rice Yield Gap in Indonesia".
Syukurnya, informasi ini sudah
sampai ke pengelola AJAR. Beberapa akses link dan indeks ke artikel ini mulai
hilang. Di daftar isi AJAR, artikel ini sudah tidak tertera. Halaman yang
memuat tulisan ini pun sudah tidak ada meskipun masih ada di DOAJ (Directory Open Access Journal ). Sangat beruntung bahwa database
sitasi Thomson Reuters baru sampai
pada AJAR tahun 2011. PDII juga menemukan bahwa, selain di AJAR, artikel yang
mirip dimuat di Scholary Journal of
Agricultural Science dengan penulis Nono Lee dan pejabat palsu dengan
afiliasi Technology Medan, Jalan
Tersesat. Pelacakan yang dilakukan oleh PDII juga menemukan blog milik http://fathulwahid.wordpress.com yang juga
menulis ihwal dua artikel tersebut. Ini merupakan pelecehan intelektual.
Ilmuwan peneliti juga harus
sangat berhati-hati memilih jurnal ketika hendak mempublikasikan hasil
penelitiannya. Sekarang ini banyak jurnal yang asal terbit dan kurang
bertanggung jawab. Telah banyak jurnal internasional dan nasional yang
dimasukkan ke daftar hitam (blacklisted).
Daftar jurnal yang masuk daftar hitam itu dapat diunduh di alamat: http://kepegawaian.ub.ac.id/wrp-con/uploads/2012/Blacklisted-Publishers-and-their-Respective-Journals.pdf.
Jeffrey Beall, seorang pustakawan
Auraria Library di Universitas
Colorado Denver, Amerika Serikat, telah melakukan tinjauan terhadap berbagai
sumber elektronik (akses terbuka). Beall sebagai pribadi berhasil membuat
daftar jurnal dan penerbit yang perlu dipertanyakan (questionable journals/ publishers). Daftar ini dapat dilihat dalam
situs http://scholarlyoa.com. Daftar
ini terakhir diperbarui pada 9 Agustus 2012. Beall merekomendasikan agar tidak
berhubungan atau melakukan transaksi dengan jurnal dan penerbit tersebut. Beall
juga menyarankan agar ilmuwan peneliti tidak memasukkan naskah, menjadi anggota
editor, maupun menjadi dewan anggota redaksinya. Karya tulis ilmiah yang
diterbitkan dalam jurnal ini harus dievaluasi ekstra, terutama jika akan
digunakan sebagai alat untuk promosi, angka kredit, apalagi jika akan dipakai
sebagai rujukan dalam proses pengambilan kebijakan.
Modus pelecehan terhadap ilmuwan
yang juga perlu diwaspadai adalah bertebarannya undangan dari penyelenggaraan
kegiatan seminar. Panitia penyelenggara menawarkan bantuan atau grant tiket pesawat dan biaya akomodasi
kepada pembawa makalah dengan cara diganti pada saat seminar dilaksanakan.
Ternyata seminar itu bohong, demikian juga hotel tempat menginap yang
direkomendasikan oleh penyelenggara.
Melihat kenyataan ini, ada
baiknya ilmuwan peneliti di seluruh Tanah Air meningkatkan kewaspadaannya.
Janganlah mudah terjebak oleh tawaran untuk mengirim naskah karya tulis ilmiah
ke suatu jurnal, jangan pula mudah terbujuk untuk membantu mereka sebagai
editor atau dewan editor jurnal ilmiah, dan jangan mudah terpancing jika
diundang untuk turut serta dalam kegiatan ilmiah, seperti seminar di luar
negeri.
Ilmuwan peneliti Indonesia harus
terus menjaga kredibilitasnya dengan berpegang teguh pada etika peneliti.
Sebagai informasi, LIPI sudah menerbitkan Pedoman Etika dan membentuk Komisi
Etika Peneliti. Upaya LIPI ini dapat pula dilakukan lembaga penelitian lain dan
perguruan tinggi yang melakukan penelitian.
Saat yang sangat tepat bagi
ilmuwan peneliti di Indonesia untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas output
penelitiannya, menuliskannya dalam jurnal ilmiah yang kita miliki. Dengan
tulisan yang kredibel dan tepercaya, hasil penelitian yang dipublikasikan
menjadi rujukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan selanjutnya dan proses
pengambilan kebijakan politik maupun investasi. Selamat berjuang! ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar