Prospek Pertumbuhan Ekonomi 2012
Anggito Abimanyu, DOSEN DI FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UGM
Sumber : REPUBLIKA, 21 November 2011
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan ketiga
2011 ini sebesar 6,5 persen. Sementara, pertumbuhan ekonomi triwulan III 2011
dibandingkan triwulan II 2011 (q to q) sebesar 3,5 persen dan produk
domestik bruto (PDB) Rp 1.923,6 triliun pada triwulan III.
Meski mengalami perlambatan, pertumbuhan ekonomi
triwulan III sama dengan triwulan sebelumnya. "Kita tumbuh, tapi tumbuhnya
lambat. Masih ada perlambatan," kata Slamet Sutomo, deputi kepala Badan
Pusat Statistik (BPS). Hal itu tidak terlepas dari perlambatan ekonomi global.
Dia mengatakan, pasar domestik terpengaruh dari kondisi itu sehingga terjadi
perlambatan.
Pertumbuhan ekonomi q to q tertinggi berada di sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan sebesar lima persen. Diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 4,4 persen, kemudian sektor pengangkutan dan komunikasi 3,6 persen.
Pertumbuhan ekonomi year on year (yoy) tertinggi berada di sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 10,1 persen. Diikuti pengangkutan dan komunikasi 9,5 persen, kemudian sektor lainnya adalah sektor jasa sebsar 7,8 persen.
Pertumbuhan ekonomi triwulan III ini tidak berbeda dengan triwulan I dan II. Bedanya, sektor pertanian pada triwulan II 2011 tumbuh 3,7 persen setelah pada triwulan I 2011 meningkat 18,3 persen. Pertumbuhan triwulan II didorong subsektor tanaman perkebunan musiman yang tumbuh sebesar 58,9 persen.
Perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal melambat pada kuartal IV tahun ini. Konsensus prognosis memprediksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal terakhir tahun ini hanya sekitar 6,3 persen. Pertumbuhan ekonomi kuartal keempat ini sudah memperhitungkan realisasi belanja negara pada akhir tahun yang diperkirakan membeludak. Kalau pada 2010 lalu dari kuartal III ke kuartal IV (pertumbuhan) belanja pemerintah sebesar lima persen, 2011 diperkirakan delapan persen. Kalau secara yoy, spending pemerintah sudah naik lima persen.
Prediksi angka pertumbuhan kuartal IV ini lebih rendah dibandingkan kuartal III tahun ini. Pada periode Juli-September lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,5 persen. Ramalan itu juga lebih kecil bila dibandingkan angka pertumbuhan pada kuartal yang sama tahun lalu yang sebesar 6,9 persen.
Meski mengalami perlambatan, perekonomian Indonesia masih lebih baik ketimbang negara tetangga. Negara lain juga mengalami perlambatan dan bahkan lebih buruk. Contohnya, Malaysia awalnya mematok pertumbuhan ekonomi 5,2 persen tahun ini, tapi pada kuartal III kemarin ekonomi Malaysia hanya mampu tumbuh sekitar 4,8-5 persen. Filipina juga mungkin akan merevisi turun target pertumbuhannya pada 2011 yang sebesar 4,7 persen karena pada kuartal III hanya tumbuh empat persen.
Bank Indonesia juga optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih bisa mencapai 6,5 persen. Pasalnya, meski ada perlambatan, ekspor dan arus investasi masih cukup tinggi. Bahkan, BI memperkirakan pada kuartal IV tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh 6,6 persen.
Pertumbuhan ekonomi kuartal IV ditopang oleh sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Peningkatan kinerja industri pengolahan juga mendukung pertumbuhan pada kuartal IV. Selain itu, motor penggerak ekonomi lainnya, seperti investasi, konsumsi masyarakat, dan belanja pemerintah, bisa sedikit menopang perlambatan kinerja ekspor.
Pengaruh gejolak ekonomi global baru akan terasa di Indonesia pada tahun depan. Perkiraan pertumbuhan ekonomi pada 2012 diperkirakan berada pada kisaran 6,3-6,7 persen. Hanya saja, BI mengakui jika terjadi perlambatan ekonomi global, bisa jadi pertumbuhan ekonomi tahun depan hanya sekitar 6,3-6,5 persen. Karena itu, dengan upaya pemerintah (dalam mendorong belanja), mudah-mudahan bisa mencapai 6,7 persen.
Yang tentu mampu menyokong pertumbuhan adalah kondisi fundamental yang membaik. Itu ditunjukkan dengan cadangan devisa yang meningkat, rasio utang yang aman, Surat Berharga Negara cukup dalam dan efisien, serta investasi baik dalam bentuk portofolio maupun foreign direct investment (FDI), yang menggeliat.
Jika Krisis Berkelanjutan
Semua skenario di atas menggunakan asumsi bahwa situasi di Eropa tidak bertambah buruk. Saat ini saja dengan krisis awal negara berkembang mulai merasakan adanya fluktuasi nilai tukar mata uangnya dan perlambatan ekonomi lainnya sebagai dampak dari krisis yang melanda Yunani, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Dampak krisis AS, Yunani, dan Uni Eropa mulai merambat masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian. Kinerja pasar modal negara berkembang akhir-akhir ini terus mengalami fluktuatif, tetapi intensitasnya masih lebih rendah dibanding pasar modal negara maju. Itulah sebabnya imbal hasil di negara berkembang saat ini lebih baik dari negara maju sehingga terjadi capital inflow. Negara berkembang seperti Indonesia perlu memperhatikan penurunan harga komoditas primer serta ancaman krisis pangan, yakni beras.
Bagaimana jika krisis Eropa berkelanjutan? Bagaimana dengan Italia, Portugal, dan Spanyol yang mengalami krisis utang? Bisa jadi jika Italia mengalami //default atas surat utangnya, akan menyebabkan krisis baru di Eropa dan merembet menjadi krisis global. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa turun hingga 5,5 persen pada 2012.
Namun, jika Indonesia mampu memperkuat ekonomi domestik melalui ekspansi anggaran dan memanfaatkan harga-harga bahan baku yang menurun, kecenderungan keterlambatan tersebut bisa disetop. Apalagi pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini tengah mengalami fase ekspansi dalam situasi perekonomian dunia melambat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 bisa beralih ke ekonomi domestik di tengah pertumbuhan eksternal melambat.
Dengan perekonomian domestik tetap kuat, perekonomian Indonesia diperkirakan akan tumbuh di atas 6,0 persen pada 2012 dan inflasi akan tetap rendah pada kisaran 4,0 persen. `Capital inflow` masih akan terjadi pada 2011 dan saatnya Indonesia perlu memperkuat arus masuk investasi dan perekonomian domestik.
Bagaimanapun Indonesia perlu mengantisipasi krisis global lebih dini dan lebih komprehensif. Ekonomi domestik memberi kontribusi cukup besar terhadap PDB sepanjang kuartal ini, yaitu 2,7 persen.
Membaiknya kondisi ekonomi konsumen didorong oleh peningkatan pendapatan rumah tangga, rendahnya pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari, serta peningkatan konsumsi beberapa komoditas makanan dan bukan makanan.
Dengan demikian, ekonomi domestik Indonesia telah berhasil meredam dampak krisis global yang tengah terjadi. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) nasional pada triwulan III-2011 yang sebesar 110,24 mencerminkan kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan III-2011 meningkat.
Ekonomi domestik, lanjut Slamet, berhasil memberikan kontribusi signifikan pada laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sepertinya Indonesia memang mengandalkan kegiatan ekonomi domestik. Pembangunan infrastruktur juga ikut menunjang. Faktor internal berupa kegiatan ekonomi domestik telah memberi dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Akhirnya, semua terpulang pada upaya dalam negeri untuk mendorong perekonomian domestik melalui kebijakan pemerintah untuk sekali lagi menghilangkan semua hambatan-hambatan investasi di dalam negeri. Meskipun bukan hal yang baru, tidak ada salahnya selalu diingatkan konsistensi kebijakan dan keberanian adalah modal penting. ●
Pertumbuhan ekonomi q to q tertinggi berada di sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan sebesar lima persen. Diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 4,4 persen, kemudian sektor pengangkutan dan komunikasi 3,6 persen.
Pertumbuhan ekonomi year on year (yoy) tertinggi berada di sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 10,1 persen. Diikuti pengangkutan dan komunikasi 9,5 persen, kemudian sektor lainnya adalah sektor jasa sebsar 7,8 persen.
Pertumbuhan ekonomi triwulan III ini tidak berbeda dengan triwulan I dan II. Bedanya, sektor pertanian pada triwulan II 2011 tumbuh 3,7 persen setelah pada triwulan I 2011 meningkat 18,3 persen. Pertumbuhan triwulan II didorong subsektor tanaman perkebunan musiman yang tumbuh sebesar 58,9 persen.
Perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal melambat pada kuartal IV tahun ini. Konsensus prognosis memprediksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal terakhir tahun ini hanya sekitar 6,3 persen. Pertumbuhan ekonomi kuartal keempat ini sudah memperhitungkan realisasi belanja negara pada akhir tahun yang diperkirakan membeludak. Kalau pada 2010 lalu dari kuartal III ke kuartal IV (pertumbuhan) belanja pemerintah sebesar lima persen, 2011 diperkirakan delapan persen. Kalau secara yoy, spending pemerintah sudah naik lima persen.
Prediksi angka pertumbuhan kuartal IV ini lebih rendah dibandingkan kuartal III tahun ini. Pada periode Juli-September lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,5 persen. Ramalan itu juga lebih kecil bila dibandingkan angka pertumbuhan pada kuartal yang sama tahun lalu yang sebesar 6,9 persen.
Meski mengalami perlambatan, perekonomian Indonesia masih lebih baik ketimbang negara tetangga. Negara lain juga mengalami perlambatan dan bahkan lebih buruk. Contohnya, Malaysia awalnya mematok pertumbuhan ekonomi 5,2 persen tahun ini, tapi pada kuartal III kemarin ekonomi Malaysia hanya mampu tumbuh sekitar 4,8-5 persen. Filipina juga mungkin akan merevisi turun target pertumbuhannya pada 2011 yang sebesar 4,7 persen karena pada kuartal III hanya tumbuh empat persen.
Bank Indonesia juga optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih bisa mencapai 6,5 persen. Pasalnya, meski ada perlambatan, ekspor dan arus investasi masih cukup tinggi. Bahkan, BI memperkirakan pada kuartal IV tahun ini pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh 6,6 persen.
Pertumbuhan ekonomi kuartal IV ditopang oleh sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Peningkatan kinerja industri pengolahan juga mendukung pertumbuhan pada kuartal IV. Selain itu, motor penggerak ekonomi lainnya, seperti investasi, konsumsi masyarakat, dan belanja pemerintah, bisa sedikit menopang perlambatan kinerja ekspor.
Pengaruh gejolak ekonomi global baru akan terasa di Indonesia pada tahun depan. Perkiraan pertumbuhan ekonomi pada 2012 diperkirakan berada pada kisaran 6,3-6,7 persen. Hanya saja, BI mengakui jika terjadi perlambatan ekonomi global, bisa jadi pertumbuhan ekonomi tahun depan hanya sekitar 6,3-6,5 persen. Karena itu, dengan upaya pemerintah (dalam mendorong belanja), mudah-mudahan bisa mencapai 6,7 persen.
Yang tentu mampu menyokong pertumbuhan adalah kondisi fundamental yang membaik. Itu ditunjukkan dengan cadangan devisa yang meningkat, rasio utang yang aman, Surat Berharga Negara cukup dalam dan efisien, serta investasi baik dalam bentuk portofolio maupun foreign direct investment (FDI), yang menggeliat.
Jika Krisis Berkelanjutan
Semua skenario di atas menggunakan asumsi bahwa situasi di Eropa tidak bertambah buruk. Saat ini saja dengan krisis awal negara berkembang mulai merasakan adanya fluktuasi nilai tukar mata uangnya dan perlambatan ekonomi lainnya sebagai dampak dari krisis yang melanda Yunani, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Dampak krisis AS, Yunani, dan Uni Eropa mulai merambat masuk ke negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal ini tentunya harus menjadi perhatian. Kinerja pasar modal negara berkembang akhir-akhir ini terus mengalami fluktuatif, tetapi intensitasnya masih lebih rendah dibanding pasar modal negara maju. Itulah sebabnya imbal hasil di negara berkembang saat ini lebih baik dari negara maju sehingga terjadi capital inflow. Negara berkembang seperti Indonesia perlu memperhatikan penurunan harga komoditas primer serta ancaman krisis pangan, yakni beras.
Bagaimana jika krisis Eropa berkelanjutan? Bagaimana dengan Italia, Portugal, dan Spanyol yang mengalami krisis utang? Bisa jadi jika Italia mengalami //default atas surat utangnya, akan menyebabkan krisis baru di Eropa dan merembet menjadi krisis global. Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa turun hingga 5,5 persen pada 2012.
Namun, jika Indonesia mampu memperkuat ekonomi domestik melalui ekspansi anggaran dan memanfaatkan harga-harga bahan baku yang menurun, kecenderungan keterlambatan tersebut bisa disetop. Apalagi pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini tengah mengalami fase ekspansi dalam situasi perekonomian dunia melambat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 bisa beralih ke ekonomi domestik di tengah pertumbuhan eksternal melambat.
Dengan perekonomian domestik tetap kuat, perekonomian Indonesia diperkirakan akan tumbuh di atas 6,0 persen pada 2012 dan inflasi akan tetap rendah pada kisaran 4,0 persen. `Capital inflow` masih akan terjadi pada 2011 dan saatnya Indonesia perlu memperkuat arus masuk investasi dan perekonomian domestik.
Bagaimanapun Indonesia perlu mengantisipasi krisis global lebih dini dan lebih komprehensif. Ekonomi domestik memberi kontribusi cukup besar terhadap PDB sepanjang kuartal ini, yaitu 2,7 persen.
Membaiknya kondisi ekonomi konsumen didorong oleh peningkatan pendapatan rumah tangga, rendahnya pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari, serta peningkatan konsumsi beberapa komoditas makanan dan bukan makanan.
Dengan demikian, ekonomi domestik Indonesia telah berhasil meredam dampak krisis global yang tengah terjadi. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) nasional pada triwulan III-2011 yang sebesar 110,24 mencerminkan kondisi ekonomi konsumen pada Triwulan III-2011 meningkat.
Ekonomi domestik, lanjut Slamet, berhasil memberikan kontribusi signifikan pada laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sepertinya Indonesia memang mengandalkan kegiatan ekonomi domestik. Pembangunan infrastruktur juga ikut menunjang. Faktor internal berupa kegiatan ekonomi domestik telah memberi dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Akhirnya, semua terpulang pada upaya dalam negeri untuk mendorong perekonomian domestik melalui kebijakan pemerintah untuk sekali lagi menghilangkan semua hambatan-hambatan investasi di dalam negeri. Meskipun bukan hal yang baru, tidak ada salahnya selalu diingatkan konsistensi kebijakan dan keberanian adalah modal penting. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar