Kamis, 09 Mei 2013

Ujian Nasional secara Online


Ujian Nasional secara Online
Joko Sulistiyono   Guru TIK SMA 6 Semarang,
Peserta Magang Pengawas Sekolah di National Institute of Education International (NIEI) Nanyang Technological University Singapura
SUARA MERDEKA, 08 Mei 2013


Judul headline harian ini ”UN Terburuk” (SM, 16/04) untuk menggambarkan kekacauan pelaksanaan ujian nasional (UN) 2013, untuk satuan SMA dan sederajat. Mulai Senin, 6 Mei 2013, berbarengan adengan pelaksanaan ujian nasional jenjang sekolah dasar (SD), layak menjadi momentum mengevaluasi kebijakan Kemendikbud. 

Pertanyaan kristisnya, haruskaah pelaksanaan UN yang sudah mentradisi sejak 1965 terus-menerus dilakukan secara manual. Tatkala pada 22 Oktober 2009 M Nuh terpilih sebagai Mendiknas (kini Mendikbud) pada Kabinet Indonesia Bersatu II, sebagian orang berpikir akan lahir kebijakan ”revolusioner” dalam pemanfaatan teknologi informasi untuk pendidikan. 

Pemikiran itu mengingat M Nuh adalah mantan rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, bahkan sebelumnya menjabat Menteri Komunikasi dan Informatika (2007ñ2009). Prediksi tersebut ternyata tepat manakala Kemendikbud melakukan uji kompetensi guru (UKG) secara online. 

Meski masih banyak kekurangan, waktu itu langkah Kemendikbud patut diapresiasi karena telah mendobrak tradisi pelaksanaan ujian, dari secara manual menjadi online. Di sisi lain, upaya itu sekaligus ”memaksa” semua guru melek IT. Namun sepertinya Mendikbud berhenti pada titik itu, belum berani melaksanakan ujian online untuk UN. 

Padahal, ada peluang besar kesusksesan pelaksanaan UN manakala dilakukan secara online. Dengan anggaran Rp 331,8 triliun, sudah selayaknya pemerintah mengaji ulang sistem pelaksanaan UN yang selama ini dilakukan secara manual. Sistem yang sekarang ini ada masih sangat rentan terhadap  kecurangan yang bisa terjadi hampir pada tiap tahapan. 

Sistem online juga meminimalkan terjadinya kebocoran soal karena semua  pengolahan data dari proses soal sampai pada penilaian dijalankan lewat jaringan komputer. Dalam penyelenggaraan UN berbasis online ini proses penilaian juga dapat diketahui secara cepat dan tepat, karena kunci jawaban sudah dimasukkan dalam database.

Persoalan Lama

Model ini juga bisa mengatasi persoalan lama waktu proses penilaian dengan pemindai. Untuk mengantisipasi kendala geografis, sistem online ini dapat dibagi menjadi tiga zona, yaitu barat, tengah, dan timur, dan masing-masing zona mempunyai pusat server tersendiri. 

Berapa besar biaya untuk menyediakan perangkat keras dan perangkat lunak komputer? Biaya yang dibutuhkan cukup besar, namun manakala anggaran besar digunakan untuk pengadaan dan pengembangan perangkat teknologi informasi komunikasi, ketika UN selesai maka alat beserta propertinya masih utuh dan dapat digunakan lagi untuk pelaksanaan tahun berikutnya.

Masyarakat perlu mendorong gagasan ini mengingat pembelajaran pada abad ke-21 mengharuskan dunia pendidikan kita melek IT. Pemanfaatan teknologi informasi dalam UN, juga menjawab kekhawatiran para guru TIK yang saat ini tengah dirundung ketakutan manakala kurikulum 2013 diberlakukan maka pelajarannya terhapuskan. 

Dengan UN online maka keberadaan mata pelajaran TIK yang selama ini sudah ada dan berjalan akan makin penting dan dibutuhkan keberadaannya. Tentu kita tidak ingin selamanya bangsa kita menjadi bangsa yang gagap teknologi.
UN secara online juga akan menjadikan sekolah secara nyata menjadi pelopor lembaga yang ramah lingkungan sekaligus penanam kesadaran terhadap lingkungan bagi siswa. Dapat kita bayangkan, berapa pohon bahan baku kertas yang mampu kita selamatkan. 

Saatnya kebijakan nirkertas diimplementasikan di ruang kelas. Termasuk ketika penugasan paper harian, guru seharusnya membudayakan pengumpulan dalam bentuk file (berkas) digital melalui email. Saatnya teknologi makin memudahkan hidup, sekaligus menjadikan  makin ramah terhadap lingkungan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar